Wednesday, May 22, 2019

Kajian Nurul Iman / 23.03.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Apa yang Kau Inginkan?

Kajian Nurul Iman
23.03.19
Ust. Nuzul Dzikri
Apa yang Kau Inginkan?
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)


Bulan Rajab adalah salah satu bulan haram yg istimewa, gunakan untuk bertaqarrub dan menghindarkan diri dari dosa.

Apakah semua yg berilmu mendapatkan keutamaan yg Allah janjikan dan Rasulullah sampaikan? Tidak. Hanya orang2 berilmu yg berusaha mengamalkan ilmunya yg mendapatkan keutamaan yg Allah janjikan.

Sesungguhnya semua keutamaan yg Allah sebutkan dlm Al Qur'an dan hadits Rasul tentang pencari ilmu adalah untuk orang2 yg berusaha mengamalkan ilmunya. Sifat mereka adalah : ketika mereka belajar mereka mengharapkan wajah Allah SWT, menjunjung tinggi keikhlasan, dan niat mereka untuk mendekat kepada Allah di surga-Nya yg menawarkan kenikmatan. Bukan orang2 yg duduk di majelis dgn niat yg buruk, niat yg salah, atau keinginan2 yg merusak, atau kepentingan duniawi dari kekuasaan, kedudukan, nama baik, biar dikenal dlm dunia keilmuan, atau keinginan yg bersifat material.

Al Maidah 109 :
"(Ingatlah) pada hari ketika Allah mengumpulkan para rasul, lalu Dia bertanya (kepada mereka), “Apa jawaban (kaummu) terhadap (seruan)mu?” Mereka (para rasul) menjawab, “Kami tidak tahu (tentang itu). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.”"

Allah menceritakan apa yg akan terjadi di hari kiamat, hari dimana Allah kumpulkan seluruh Rasul-Nya. Lalu Allah bertanya pada semua Rasul-rasul-Nya : apa respon jamaah terhadap kalian? Jawaban Rasul2 Allah, kami tidak tahu, karena Engkau Ya Allah, Dzat yg Mengetahui seluruh hal2 ghaib.

This. Ini adab dari para Rasul. Meskipun mereka tau persis jumlah pengikutnya, tp mereka nggak tahu siapa yg ikhlas, siapa yg mengamalkan ilmu yg didapatkan. Yg paling tahu respon secara dzohir dan batin jamaah2 mereka adalah Allah. Karena yg mencari kesalahan, yg kontra, yg punya misi khusus juga hadir di majelis mereka. Jumlah bukan parameter. Parameternya adalah keikhlasan dan seberapa istiqomah kita berjalan di atas sunnah Rasul. 

Barangsiapa mempelajari ilmu untuk mendebat orang2 bodoh, atau show off sebagai ulama, atau menarik perhatian manusia, maka Allah akan memasukkan dia ke dalam api neraka.

Poinnya adalah : sifat utama ahli ilmu yg dipuji oleh Allah, yg mengamalkan ilmunya adalah NIAT. Maka niat adalah hal pertama kali yg kita pastikan ketika masuk ke pintu masjid tempat kita menuntut ilmu, kata Abdullah bin Mubarak. Pastikan niat kita bener. Karena tujuan itu yg menentukan kita. Kendaraan ditentukan setelah kita menentukan tujuan.

Malik bin Dinar dalam kita Hilyatul Aulia mengatakan : 
Kalau saja ilmu ini anda pelajari karena Allah SWT, maka niat yg ikhlas itu akan terlihat dalam diri anda dan akan tercermin dalam amalan2 anda. Niat akan terlihat dari perilaku, akan tersingkap motivasi kita karena Allah atau bukan. Diamalkan atau tidak.

Yahya bin Abi Katsir : 
Kalian harus belajar tentang niat, karena ini penentu. Karena seringkali niat itu lebih dalam dr pahala itu sendiri. Menentukan banyak hal. Kalo niat kita untuk menghilangkan kebodohan, maka akan diamalkan. Kalau niat kita untuk mendekat pada Allah, maka akan bersungguh-sungguh, perbuatan kita tidak akan bisa berbohong, menghilangkan keangkuhan, kesombongan dlm diri agar bisa lebih mendekat pd Allah.

Al Imam Asy Syafi'i, sbgmn disampaikan oleh Imam Adz Dzahabi : 
Apabila anda khawatir akan timbul sikap ujub sombong pada diri kita, maka ingat2 lagi, ridha siapa yg anda cari selama ini, dan nikmat apa yg anda inginkan, nikmat dunia kah atau nikmat akhirat, dan dari hukuman dan siksa siapa yg anda takuti, dan barangsiapa yg selalu memikirkan hal2 di atas maka dia akan selalu menganggap kecil dan kerdil amalan2 mereka, dia akan bersemangat dalam beramal. Allah lihat kita di kajian ngapain, nyimak nggak, nyatet nggak, diamalin nggak, apa pantes kayak gini dapet surga... 

Penuntut ilmu yg rajin beramal, penuntut ilmu yg bisa mengejawantahkan ilmunya dlm kehidupan sehari2, itu yg membuat kita berubah. Ini yg dikatakan oleh Malik bin Dinar. Ilmu yg ikhlas tercermin dlm perilaku kita, kata yg kita pilih, dsb. Ketika di kajian dan di luar berbeda, maka ada masalah dlm diri kita. Niat yg salah termasuk syirik kecil. Dan dosa syirik lebih besar drpd zina, meskipun syirik kecil. 

Niat yg salah dlm menuntut ilmu :

1.Mencari ilmu untuk mendebat orang2 bodoh

Ilmu itu sejatinya adalah ujian kepada seorang hamba tentang keikhlasannya, tentang ketawadhuannya, tentang apakah ia menggunakan adab2 ilmu atau tidak. Ketika nama di atas awan tp menjaga hati tetap di tanah, itu nggak mudah. 

Debat yg menunjukkan bahwa dia tampak unggul, niatnya nggak bener, ini yg bahaya. 

Muhammad bin Nail Husain sifat jahil orang2 bodoh adalah berdebat (debat kusir), menang2an, memperlihatkan dia yg paling jago.

Hasan Abdul Basri : Kami nggak pernah melihat ada ahli fiqih yg hobi debat kusir. Debat kusir adalah karakter spesialis orang awam. 

Hadits Rasul yg diriwayatkan Imam Abu Dawud : aku jamin istana di surga barangsiapa yg meninggalkan debat kusir walaupun dia di posisi yg benar.

Debat memang ada dalam Al Qur'an, An Nahl 125, "ajaklah manusia ke jalan Rabb mu dengan hikmah, dan nasehat yg baik, dan debatlah mereka dengan debat terbaik". Niatnya harus mencari kebenaran, bukan menang2an. Bahasanya juga bagus, kata2nya harus baik.

Imam Syafi'i kalo debat tu nggak peduli mau kebenaran datang dr lisannya atau lawannya, tp yg penting pulang membawa kebenaran.

Bahkan ulama ada yg diludahi setelah berdebat, meski perkataannya benar, dan beliau hanya menanggapi dgn berkata "ludah ini suci dgn kesepakatan para ulama". Tanpa kemarahan, tanpa dendam, tanpa pembalasan. Gitu deh kalo ulama.

Ilmu itu bukan untuk diperdebatkan, kita belajar untuk diamalkan, mendekat pd Allah, menjadi orang baik, bukan menang2an debat.

Hasan Al Basri :
Seorang mukmin itu menyampaikan ilmu dengan santun, tidak dengan debat kusir, menyebarkan hikmah dr Allah. Kalo yg disampaikan diterima oleh lawan bicaranya, maka dia akan memuji Allah, bukan menyombongkan dirinya. Hamidallah. Dan kalo dalilnya dibantah, dan bantahannya nggak jelas, nggak ilmiah, norak, kekanak-kanakan, maka dia tetap memuji Allah. Hamidallah. Ngga marah. Itu mukmin. Karena ikhlas. Sekali lg jangan terjebak debat. Apalagi sama orang tua. Jangan ngeyel jawab terus jawab terus.

Imam al Auza'i : 
Kalo Allah ingin keburukan pada suatu kaum, maka Allah jadikan mereka senang berdebat kusir dan mereka nggak beramal. Dan sebaliknya jika Allah menginginkan kebaikan pada suatu kaum, maka Allah jadikan mereka senang beramal dan menjauhi debat kusir. 

Imam Syafi'i menambahkan : 
Karena debat kusir itu mengeraskan hati. Berbantah2an. Karena insting kita untuk tampil, cari panggung, nggak mau kalah, akan aktif secara otomatis ketika kita berdebat. Kita menang debat, tp hati kita rusak. Lama ngebenerinnya.

Imam Al Ghazali dlm kitab Haqiqatul Qaulain menambahkan : 
Di sisi lain lawan debat kita akan tertambahkan kengeyelannya dan kebodohannya dan makin menolak kebenaran. 

2.Berlagak seperti ulama

Nabi SAW mengatakan berambisi menjadi bagian dr para ulama untuk diakui bahwa dirinya alim, untuk show off, menyombongkan diri akan dimasukkan ke neraka.

Boleh bercita2 jd ulama, tp bukan untuk show off. Dan ulama sejati menghindarkan diri diberi label ulama. Karena ilmu adalah tanggung jawab, bukan magnet yg bisa menarik pujian orang sekitar kita.

Bahkan Syaikh Al Fauzan tidak ingin dikatakan demikian (disebut ulama). Disuruh menceritakan dirinya nggak mau, cuma formalitas aja. Karena niatnya nyari akhirat. 

Muhammad bin Wasi' berbicara tentang dirinya : adapun bapakmu ini, semoga Allah nggak memperbanyak orang kayak dia karena banyak dosa. Saking dia merendah hati.

3.Berusaha mengarahkan wajah manusia ke dirinya

Kita ditugaskan mengarahkan wajah manusia ke Rabb nya, bukan ke ustadznya. Parameternya bukan siapa yg memegang bendera, tp bagaimana bendera itu berkibar. 

Al Ankabut 49 :
"Sebenarnya, (Al-Qur'an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zhalim yang mengingkari ayat-ayat Kami."

Kalian jangan taklid buta pada seorang ulama. Karena tugas di dunia ilmu adalah mengarahkan manusia ke Rabb mereka, bukan ke person / kelompok tertentu. Karena dengan seperti itu keikhlasan teruji. Dan hanya kembali pd Allah ketenangan didapatkan. Arahkan orang ke Rabb nya, jangan arahkan ke kita. Kajian Sabtu malam ini juga mengarahkan manusia ke Rabb nya. Karena potensi fanatik murid ke guru itu besar. Menghormati dan memuliakan ahli ilmu itu wajib, tp fanatisme tidak.


Pertanyaan : 
Imam Ahmad bin Abdul Halim : ulama itu bukan orang yg sebatas tau ini betul dan ini tidak, tp ketika dihadapkan dgn 2 kebaikan dia bisa memilih yg lebih bau......

Selama masih manusia, hatinya masih berubah2 dgn izin Allah, manusia itu mengontrol hatinya. Organ tsb dinamakan qolbu karena ia masih sangat mudah terbolak-balik.








No comments:

Post a Comment