Wednesday, May 22, 2019

Kajian Nurul Iman / 05.01.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Imam Syafi'i dan Wali Allah

Kajian Nurul Iman
05.01.19
Ust. Nuzul Dzikri
Imam Syafi'i dan Wali Allah
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)


Apabila ingin mempelajari sebuah bidang, maka belajarlah dari yg terbaik. Sebaik-baik manusia adalah generasiku, lalu generasi berikutnya, lalu generasi berikutnya: shahabat, tabiin, thabiuttabiin. Tidak akan bisa memperbaiki umat ini, kecuali konsep yg telah membuat memperbaiki umatnya.

Diantara konsep mereka belajar adalah pelajari adab, lalu pelajari ilmu.

Sahl bin Abdillah

Berkata Sahl Rahimahullah: "Barangsiapa yg ingin melihat majelis-majelis para Nabi, maka hendaklah ia melihat majelis para ulama, maka kenalilah oleh kalian mereka itu dgn hal tersebut." (Kalian akan mendapat bayangan majelis para Nabi adalah seperti majelis para ulama).

Bersungguh-sungguh lah sehingga kalian tidaklah berjumpa dgn Allah kecuali bersama dengan tempat tinta. Maksudnya adalah catatlah ilmu, ikatlah ilmu dengan catatan. 

Salah satu rukun iman adalah iman kepada Nabi dan Rasul, masa iya sih ga penasaran majelis para nabi gimana. 
Kaidah orang yg jatuh cinta adalah kepo, penasaran. Nah begitu juga kalo ngaku cinta sama Nabi dan Rasul kepo lah majelisnya gimana... 

Para ulama adalah pewaris para Nabi dan Rasul. Dan para Nabi dan Rasul tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mendapatkan ilmu mereka, maka dia mendapatkan warisan yg sangat banyak.

Kisah Abu Hurairah prihatin dgn hiruk-pikuk di pasar. (lihat catatan kajian 13.10.18 : Semua Beristighfar Untuknya)

Kita tidak pantas mengklaim diri kita ulama, ini adalah hakikat.

Imam Asy Syafi'i Rahimahullah

Kata Adz Dzahabi: Kalau akalnya, kecerdasan ilmu dan amalnya Imam Syafii ditimbang, lalu dibandingkan dgn setengah akal seluruh orang yg tinggal di bumin, maka yg menang adalah akal Imam Syafii.

Orang jujur bukan cari justifikasi atau oembenaran, tp mencari kebenaran. Kalo beliau blm paham, maka beliau diam dulu saking wara' nya. 

Judul buku Imam Syafii : Makna Perkataan Imam Al Muthallibi .... 

Jika kita jujur dengan Allah, maka Allah akan wujudkan keinginan ku

Al Waqi': sesungguhnya ilmu ini hanya bisa dikuasai oleh orang-orang yg jujur.

Asy Syafi'i: beliau mulia dr segi nasab, nasab beliau bertemu dgn Rasul pd Al Muthallib. Beliau matang pula pemikirannya. 

Barangsiapa yg tidak dimuliakan dgn ketakwaan maka tidak ada yg bisa memuliakan dia. Dan tidak sempurna seseorang sampai dia memiliki 4 sifat: 
1)Agamanya harus bagus, ibadahnya harus kenceng, doanya kuat, sujudnya kuat, rem thd hal haram kuat, baca Qur'an nya kuat.
2)Lalu dia amanah. Kepercayaan dijaga. 
3)Punya penjagaan: penjagaan diri dr haram, pergaulan, takut kena syubhat, takut terkontaminasi, takut dr harta haram, duit panas. Jaga tuh hidayah dan taufik dr Allah. Dr miliaran orang di dunia Allah pilih kita dapat hidayah. Jaga dgn ngaji, amalin ilmu yg didapat, beramal shalih. Azab Allah sangat pedih kalo kita nggak mensyukuri nikmat hidayah dan taufik ini...
4)Keteguhan, punya prinsip, nggak mudah terombang-ambing. Ga gampang galau, ga gampang jatuh. Pondasi, akarnya kudu kokoh. Orang bisa lukai kita tp nggak bisa lukai prinsip kita. Seperti Bilal yg tetap kokoh beriman meski dipukuli dan disiksa. Asiyah istri Fir'aun, disiksa oleh suaminya sendiri, tp tidak ada yg bisa menggoyahkan imanya, tidak ada yg bisa membeli imannya. Allah perlihatkan istananya di surga (At Tahrim ayat terakhir).

Keutamaan Imam Syafii dibukukan dlm buku Manakibu Al Imam Asy Syafi'i 2 jilid.

Misi kita salah satunya adalah menjadi jembatan para ulama 

Imam Ibnu Jama'ah menukilkan ucapan Imam Syafii, "Jika fuqoha/ulama yg mengamalkan ilmunya bukan wali2 Allah, maka Allah nggak punya wali di dunia ini."
Derajat kewalian itu sangat prestisius. Syarat mutlak jd wali Allah adalah ilmu, kita harus datang ke majelis taklim, kita harus ngaji. 
Karena kalo kita punya ilmu lalu kita amalkan maka kita adalah para wali. Misi kita ngaji adalah jadi wali. Wali bukan hanya milik orang tertentu aja, tp Imam Syafii berkata bahwa apabila seseorang punya ilmu lalu diamalkan ilmu tsb, mereka adalah wali Allah.

Ucapan Imam Syafi'i ini sesuai dgn firman Allah pd Yunus 62-63: wali Allah adalah orang yg beriman dan bertakwa pd Allah. Beriman dan bertakwa adalah nama lain dr ilmu dan amal. Karena kita ga mungkin mengimani sesuatu yg kita nggak tahu. Belajar dan berilmu maka kita. Iman tu percaya, yakin, setelah tahu, datanya valid.

Banyak wali Allah yg ga terkenal di dunia, bahkan diremehkan orang karena biasa aja di mata masyarakat. Contohnya adlh Uwais al-Qarni. 

Kenapa banyak orang males belajar dan belajar ngaji. Karena dipikirnya udah nggak pantes masuk surga, udah nggak bisa nih... Padahal standarnya adalah standar Allah. Dan sangat terbuka peluangnya : amalin ilmu yg udah kita dapetin. Ngaji, terus pulang ngaji diamalin. Kita di dunia ini bukan hanya jd penggembira, tp kita jadi wali Allah, mengamalkan ilmu yg didapatkan. Sejarah sudah membuktikan, dan sejarah itu berulang. Jujur sm Allah. Diamalkan. Diamalkan. Diamalkan. 

Ilmu (agama) ini unik, taufik dr Allah, anugerah. Dan Allah akan kasih taufik dan anugerah kalo kita jujur dgn Allah. Sesuai antara yg didengar dan yg dilaksanakan, sesuai antara yg diucapkan dgn yg dilakukan. Kita pasti akan tersungkur, tiap anak Adam pasti melakukan kesalahan dan manusia yg paling baik adalah yg bertaubat. Agar kita tetap percaya bahwa kesempurnaan hanya milik Allah.

Dan apabila orang2 melakukan fahisyah (dosa besar, parah, fatal) dan mendzolimi diri mereka sendiri, mereka mengingat Allah, dan mereka beristighfar meminta ampun pd Allah atas dosa2 mereka.

Apa sih untungnya jd wali Allah? Kenapa kita kudu ngaji dan mengamalkan? Dibahas minggu depan 😆😆😆😆😆


*QnA*

-Barangsiapa yg ga berdoa pd Allah maka Allah murka. Perbaiki diri, jujur dgn Allah. Doa yg banyak, minta kesembuhan, minta jodoh, minta taufik. Berdoa pd Allah dgn keyakinan bhw doa kita diijabah oleh Allah. Allah Maha Mampu. Kalo ragu malah Allah bisa jadi nggak kabulkan.

-Sahl bin Abdillah. Mencatat adalah ibadah, perintah dr Nabi SAW. Sebatas mencatat adalah sudah mengamalkan hadits. PR kita berikutnya adalah mengamalkan yg kita catat. Terutama apabila hal tsb adalah hal yg hukumnya wajib. Kalo hukumnya sunnah, maka kita mampu nggak melaksanakannya. Peluang orang yg mencatat untuk mengamalkan ilmu yg didapatkan lebih besar dr orang yg ga mencatat.

-Kunci agar kita bertahan mendapat serangan verbal adalah dgn dzikir dan shalat. Al Hijr 97-98. Fasabbih, bertasbihlah, wabihamdih, lalu bertahmidlah memuji Allah. Dan jadilah orang2 yg sujud. Wudhu, shalat, dzikir yg banyak. Dzikir pagi petang jangan putus.

-Tetap bangun silaturahim dgn orang yg menyakiti kita. Ujian hijrah. Apakah sama sikap orang yg sudah ngaji dan yg belum ngaji? Harusnya beda...

-Agar dapat mengamalkan ilmu yg didapatkan: Pastikan konsep dan alur benar. Ngajinya kudu sistematis. Belajarnya kudu dr basic. Banyak orang dikasih taufik untuk pergi ngaji, tp ga banyak orang yg dikasih taufik untuk mengamalkan apa yg didapat dr ngajinya. Frekuensi ngaji kudu dicek. Jangan kebanyakan tp juga jangan terlalu jarang. Al Qur'an itu syifa', penyembuh, tp dosisnya juga diperhatikan. Jaman dulu para ulama belajar 10 ayat, dan mereka tidak beranjak ke ayat ke-11 jika 10 ayat pertama belum mereka amalkan. Minta dan angkat tangan kita ke Allah, jangan2 kita kurang baca doa pagi Allahumma ilman nafian. Minta ke Allah kasih ilmu yg manfaat. Jaga pergaulan juga. Yg banyak bikin kita ga amalin ilmu adalah ga jaga pergaulan, ga gaul
Jangan sok kuat, manusia itu lemah dengan lingkungannya. Semangat jaga lisan, semangat baca Qur'an, semangat dzikir, semangat berkumpul dgn orang2 shalih.












No comments:

Post a Comment