Wednesday, May 22, 2019

Kajian Nurul Iman / 23.02.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Pahala yang Terus Mengalir

Kajian Nurul Iman
23.02.19
Ust. Nuzul Dzikri
Pahala yang Terus Mengalir
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)



Qaf ayat 6 :
Hujan berarti berkah. Ngaji di hari yg diguyur hujan akan membuat kita mendapat keberkahan dr Allah, membuat ilmu yg kita dapatkan semakin berkah.

Fokus kita bukan mencari konten ilmu, tp mencari keberkahan ilmu, karena itu yg akan merubah hidup kita. Ibnul Qayyim berkata bhw berkah itu manfaat, manfaat itu berkah.

Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung ujian, tingkat kesukaran, semakin sulit semakin besar pahalanya. Penuntut ilmu melihat hujan sebagai peluang.

Orang-orang yg berakal senantiasa melihat perkara dari sudut pandang hakikatnya, dan tidak tertipu dengan dzohirnya. Hujan, dzohirnya adalah basah, macet, dingin, banjir, tp pada hakikatnya adalah keberkahan.

Al An'am 116 :
Apabila kita mengikuti mayoritas manusia, mereka akan menyesatkan kita dari jalan Allah.

Selalu berfikir jangan seperti mayoritas manusia, ikuti kata Yang Membuat Manusia.

Al Qasas 79 :
Qarun show off kekayaannya, memamerkan kemewahannya, banyak yg memuji kesuksesannya. Lalu ahli ilmu berkata pahala orang2 yg beriman dan beramal shalih lebih baik, lebih mewah, lebih afdhal bagi kita. Pahala dr Allah tidak terlihat secara dzohir.

Ath Thalaq ayat 2 & 3 :
Barangsiapa yg bertaqwa pada Allah akan mendapat jalan keluar yg tidak diduga dan mendapat rezeki dr arah yg tidak disangka-sangka.

Al Fajr 15-16 :
Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.”
Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinaku.”
"Sekali-kali tidak!" Kata Allah....

Dunia itu perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah. Bukan wanita yg cantik. Kalo wanita yg cantik berarti nggak sesuai hakikatnya. Orang bilang, cantik itu ketika nggak ada masalah, kalo ada masalah nggak ada cantik2nya.

------------

Menaati ahli ilmu hukumnya wajib tp bukan mempertuhankan mereka, bukan fanatik, diingatkan ketika salah.

Taat orang tua hukumnya wajib tp apabila bertentangan dgn syariat tidak wajib ditaati, taat kepada suami juga demikian.

Seperti Ibnul Qayyim dlm kitabnya Madarijusshalihin saat meluruskan kesalahan gurunya, beliau tidak menjelek-jelekkan gurunya, menasehatinya dengan elegan: "guruku ini adalah syaikhul islam, kami menyayanginya, tp kebenaran lebih kami cintai."

(Poin 1-4 sudah dibahas kajian minggu lalu)

5. Ilmu itu manfaatnya dan maslahatnya tetap mengalir pada pemilik ilmu tsb, adapun ibadah2 sunnah akan berakhir dengan wafatnya orang yg melakukan ibadah sunnah tsb. Ilmu, walaupun orangnya sudah wafat, tp pahalanya terus mengalir.

Yg dimaksud pahalanya terus mengalir yaitu dnegan cara diajarkan, didakwahkan, baik secara verbal maupun tulisan.

Belajar - amalkan - ajarkan

Tp semua harus proporsional, nggak habis datang kajian malam ini lalu besoknya kita buka pengajian juga. Minimal kita bisa ajarkan ke pasangan kita, ke anak-anak kita, ke cucu kita.

Goalnya simple aja, misalnya kita harus ajarkan La Ilaha Illallah ke anak kita.
Bayangkan kalo kita ajarkan kalimat tauhid pada anak kita, dalam 24 jam ilmu yg kita ajarkan diamalkan olehnya. Misalnya kita ajarkan anak kita Al Fatihah, bayangin kalo anak kita bener baca Al Fatihahnya dari kita, minimum 17 kali diamalkan oleh anak kita, diamalkan setiap hari. Anak kita shalat tahajjud, kita tidur, kita dapat pahala, karena Al Fatihahnya diajarkan oleh kita.

Jangan sampe kita sibuk di dunia dakwah, tp cuma dapet capeknya aja, nggak dapat ilmunya.

Apabila seorang anak adam meninggal, maka amalannya terputus kecuali 3 perkara. Salah satunya ilmu yg bermanfaat. Maka kita belajar ilmu dulu. Belajar adab dulu.

Belajar - amalkan - ajarkan
Maka pahalanya akan terus mengalir.

Sufyan Ats Tsauri: ilmu lebih tinggi dr harta, jd fitnahnya lebih besar. Kudu sabar.

At Tahrim ayat 6
"Jagalah dirimu dan keluargamu dr api neraka." Caranya dengan dididik, diajarin. Kalo nggak akan ditanya pertanggungjawabannya di akhirat. Setiap orang akan diminta pertanggungjawaban siapa yg mereka pimpin.

6. Karena dengan eksisnya ilmu berarti menghidupkan syariat, dan menjadi pilar-pilar agama. Selama ilmu itu ada, maka syari'at itu hidup, sekaligus menjadi filter.

Yg mengemban ilmu ini adalah orang-orang yg adilnya. Adil adalah baik agamanya dan muruahnya (pernah dibahas pd kajian bbrp waktu lalu). Tugas mereka adalah meluruskan, yg melampaui batas, yg bodoh. Ilmu itu amanat yg harus kita jaga bersama-sama.

Hati kita tidak boleh sesak jika kita dikritik atau dibantah orang saat kita melakukan kesalahan. Karena ilmu adalah amanat. Kita belajar dan saling berbagi ilmu agat agama Allah dan syariah Allah tetap eksis, maka jika kita bersalah harus diluruskan, agar ilmu tetap terjaga orisinalitasnya.

Bahkan ulama memandang sesaknya dada ketika dikritik ketika salah bukan merupakan akhlaq orang beriman. Sesaknya dada adalah bukti tertipu dgn ilmu dan kesombongan, keangkuhan, dan kedustaan. Walaupun yg mengkritik tidak punya adab atau kasar, kita lihat isi kritikannya, adapun yg mengkritik dgn tidak beradab adalah urusan dia dengan Allah.

Untuk bisa menguasai ilmu yg bermanfaat perlu perangkat, sebagaimana yg disampaikan oleh Syaikh Utsaimin:

1. Syaikhul Fattah
Guru yg mampu membuka pintu hati kita, sudut pandang kita, paradigma berpikir kita, cara kita melihat khususnya mata hati kita.
Contohnya, kalo dilihat secara dzohir siapa yg mau dikritik, tp kritik itu yg membangun kita. Ilmu yg kita dapatkan dr kajian 30 menit bisa jadi disiapkan oleh ustadznya seminggu lamanya. Beliau buka segala referensi.

2. Aklun Rajjah
Akal yg sehat, yg cerdas, yg mampu mentadabburi.

3. Kutubun Shihah
Kitab yg valid, yg benar. Imam Az Zuhri berkata, merupakan kehinaan apabila datang kajian nggak pake buku. Kajian butuh buku, karena buku itu yg menjadi guidance, yg membuktikan bahwa ilmu tsb benar merupakan warisan dr para ulama, menjadi referensi. Karena apabila data salah, sikap akan salah, jalan yg dipilih juga akan salah.

4. Mudawamatun wa Ilhah
Belajarnya kontinyu. Man nabata tsabat. Siapa yg komitmen dlm suatu majlis dia yg akan berkembang.
Dan ilhah: terus menerus datang.

*Tanya Jawab:*

1. Merasa sulit melaksanakan syariat padahal Islam adalah agama yg mudah

Islam adalah agama yg mudah, tp personnya yg susah. Berjalan itu mudah, tp orang yg sakit kaki susah.
- Kalo iman lagi sakit semua ibadah terasa susah.
- Rasa sulit yg terasa tidak ringan saat ibadah menjalankan syariat, itu relatif. Allah membebankan segala sesuatu sesuai kesanggupan.
- Rasa sulit yg tidak ringan sangat dipengaruhi oleh ilmu kita dan sudut pandang kita.
- Dan yg paling penting, semua tergantung taufik dan hidayah oleh Allah. Dan inilah hakikat kesulitan, agar kita merengek oadah Allah, pada Al Qowwiy, agar kita selalu dimudahkan.

2. Umroh atau nikah dulu?

Menggabungkan 2 dalil lebih disukai drpd memilik salah satunya. Nikah aja di Masjidil Haram... Tp kalo suruh milih, ini kan masalah budgeting, umroh dan nikah yg sederhana.

3. Ketiduran ga shalat ashar udah masuk maghrib. Shalat begitu bangun atau begitu ingat.

4. Jawaban istikharah saat akan menikah. Diberi kemudahan seperti restu orang tua, tp beberapa kali mimpi buruk ttg calon istri.

Kembali saat kita istikharah, doanya kan begini :
- Apabila perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku.
- Apabila perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku, maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan
- Takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya

Istikharah itu baru 1 perangkat, bukan seluruh perangkat. Seperti rizki, kalo dengan doa doang, dan berangkat keluar rumah berusaha, nggak akan terwujud.
Poinnya adalah jalankan, mimpi buruk bisa jadi nggak baca doa saat akan tidur.

No comments:

Post a Comment