Wednesday, May 22, 2019

Kajian Nurul Iman / 02.02.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Tak Ada yang Sepertinya


Kajian Nurul Iman
02.02.19
Ust. Nuzul Dzikri
Tak Ada yang Sepertinya
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)


*Imam Sufyan Ats Tsauri dan Imam Asy Syafi'i*


Dijuluki amirul mukminin fil hadits (pemimpinnya umat Islam dalam ilmu hadits) kata Imam Syu'bah. Ayahnya (Said) adalah seorang ulama salah satu murid Asy Syafi'i. Menjelaskan kaidah secara umum bahwa bibit itu penting, orang2 penting memiliki bibit yg baik. Kalo ingin memiliki keturunan yg baik maka ibda' bi nafsih (mulai dari diri sendiri) perbaiki diri sendiri dan cari pasangan yg berkualitas. 


Sufyan Ats Tsauri juga pakar fiqih yg luar biasa. Salah satu pandangannya adalah: suatu hari seorang Al Mahdi ingin poligami, tp istrinya menginginkan sebelum Al Mahdi poligami agar konsultasi dulu ke para ulama (Ats Tsauri), lalu datanglah beliau ke Ats Tsauri. Dan beliau diminta untuk berpikir apakah bisa adil ataukah tidak. Lalu beliau tidak jadi poligami. Menunjukkan komitmen mereka berdua atas ilmu, mengedepankan pendapat ahli ilmu dalam hidup mereka.


Setiap orang lebih tahu mengenai dirinya masing2, dan setiap orang lebih mengetahui persiapan dirinya menjawab pertanyaan2 dr Allah, dan setiap orang akan dihisab sesuai amalan2nya dan diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya di hadapan Allah.


Perkataan Sufyan Ats Tsauri: "Tidak ada perkara yang lebih utama setelah mengerjakan kewajiban daripada menuntut ilmu."


Artinya amalan yg sedang kita lakukan adalah bernilai tinggi. Amalan yg sunnah, setinggi apapun, tetap lebih utama yg wajib terlebih dahulu. Hukum wajib adalah apabila dikerjakan dengan ikhlas mengharapkan ridha Allah akan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tanpa udzur syar'i maka berdosa. 


Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim. Harus kita perjuangkan. Harus kita kejar. Harus disempatkan. Harus diagendakan. Ini nih yg banyak dilupakan sama umat muslim kebanyakan. Nah nanti di ilmu agama ada pembagiannya lagi, yg fardhu ain (tauhid, adab kepada Allah SWT), ada yg fardhu kifayah (misal memandikan jenazah). Dan kita jangan sok sibuk di hadapan Allah SWT. 


Kalo udah ga punya waktu mengaji, kudu hati2, jangan2 Allah hilangkan keberkahan waktu kita, nggak menginginkan kebaikan kepada kita, hati2 dengan istidraj. Karena apabila Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya maka Allah akan memberikan kefahaman mengenai agama kepada hambanya tersebut. 


Allah berfirman dalam hadits Qudsi, "Dan tidak ada amalan yg dikerjakan oleh hamba-Ku yg lebih aku cintai kecuali amalan2 yg wajib"

Ilmu itu lebih utama, lebih tinggi dari emas dan perak. Namun banyak yg melupakan konsekuensinya. Dan fitnah dalam hadits lebih berat, lebih besar dari emas dan perak. 


Kita sering mendengar ilmu lebih utama dr harta, dan ujiannya pun lebih berat deri ujian harta. Nggak mudah. Nabi SAW mulai dicaci dan dihina umatnya, hingga harus pindah dr kampung halamannya. Ujian di dunia dakwah itu lebih berat, ujian di dunia ilmu pun seperti itu. Namun banyak yg tidak menyadari. Solusinya bukan mundur... 


Standarnya Sufyan Ats Tsauri: "Seseorang jika ingin menulis hadits dan masuk ke dunia ilmu maka dia belajar adab dan beribadah selama 20 tahun dulu" ini tp standarnya Sufyan yaa...

Artinya orang yg mau masuk ke dunia ilmu apalagi dakwah, dia harus belajar adab dan ibadahnya harus kuat. Kalo nggak akan babak belur.... Al Mudatsir 1-3: "Wahai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu beri peringatan dan agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu."
Sebagian ulama menafsirkan ibadah harus kuat, shalatnya dibanyakin. Nabi aja disuruh banyakin shalat. Dan membersihkan hati.... Jaga adab.... 


Alam Nasyrah. Syaikh Utsaimin berkata, orang yg terjun di dunia ilmu harus memiliki hati yg lapang. Banyakin ibadah, jaga adab. Adab yg paling utama adalah adab kepada Allah. Jaga keikhlasan.


Imam Malik: kita belajar untuk diri kita sendiri. Kita harus bercermin. Tanya diri kita. Buku adab apa yg udah tamat dibaca.


Sebelum hijrah kita mengedepankan logika logika logika. Tapi setelah hijrah Robbi Robbi Robbi, Allahumma Allahumma Allahumma... Tauhidnya dikedepankan. Minta tolong ke Allah dengan shalat dan sabar. Ibadah kuatin. Adab dijaga.



*Imam Az Zuhri*


Muhammad bin Muslim bin Syihab Az Zuhri salah satu murid dari Imam Malik bin Anas. Al Auza'i, Sufyan bin Uyainah, Uman bin Abdul Aziz juga murid dari Imam Malik bin Anas.

Az Zuhri sangat sungguh2 dalam belajar, dan beliau miskin, tp karena beliau jujur pd Allah, dan tahu cara meninggikan level yaitu dengan ilmu dan iman. Al Mujadilah ayat 11: "Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat". Maka beliau jadi ulama besar.

Cara Az Zuhri belajar adalah lututnya menempel dengan Said bin Musayyid 8 tahun. Said bin Musayyid adalah pakar fiqih nomor satu di kalangan thabi'in.... (Sangat dekat dengan ulama dan menuntut ilmu darinya)
Beliau juga selalu mencatat apa yg didengar dari majelis ilmu. Nggak resume aja, tp semua yg beliau dengar dicatat. 

"Tidak ada ibadah kepada Allah SWT yg setara dengan mempelajari ilmu agama"

Tidaklah Allah diibadahi dengan sesuatu yg lebih utama daripada ilmu.

1)Semua ibadah itu ketergantungan dengan ilmu. Imam Bukhari berkata, Al ilmu qoblal qouli wal amal. Ilmu itu sebelum berkata dan beramal. Al Isra 36: "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."

2)Keutamaan ilmu itu luar biasa. 

Ibnul Qayyim berkata, ilmu itu kehidupan dan cahaya. Al Hadid 28: "... dan Allah memberikan cahaya kepada kalian sehingga kalian bisa berjalan dengan cahaya tersebut." Cahaya diibaratkan ilmu. Bila tidak ada cahaya, kita berjalan di kegelapan kita rentan terluka. 


Ilmu itu membantu kita memahami pola kehidupan di dunia dan pola kehidupan di akhirat, yg membuat kita nggak gampang down, nggak gampang depresi.

QnA

1)Pernah berdoa agar sakit agar perhatian orang tua tercurah padanya. Kemudian sakit betulan dan dan divonis dokter seumur hidup harus berobat.

Abdullah bin Mas'ud. Bencana atau ujian itu sangat berkaitan dengan ucapan2 kita. Jadi jaga ucapan. Jangankan doa, kita ngomong aja kita diuji sama Allah. 
Al Ankabut 2: "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?"
Muhammad 31: "Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu."
Kita harus berhati2 dengan ucapan yg ada unsur kesombongan.
Kalo ingin perhatian orang tua, doa agar dibalikkan hati orang tuanya. 

Bertaubat nasuha kepada Robbul Alamin. Nangis di sepertiga malam terakhir. Maksimalkan momen2 terbaik. 10 hari terakhir, saat2 umroh, kalau ada rizki berhajilah. Vonis dokter bukan wahyu. 

Imam Qurthubi berkisah ada orang yg iktikaf di Masjidil Haram. Lalu ia ingin ke toilet padahal jauh, lalu dia minum air zamzam dgn niat agar nggak jadi kebelet dan Allah kabulkan.

Nggak usah khawatir dengan sakit. Kita pada hakikatnya hanya berpindah sebab kematian satu ke sebab kematian yg lainnya.


2)Nikah tanpa restu orang tua bagi laki2. Secara syariat tidak apa2. Tapi bisa mempengaruhi keberkahan. Karena ridha Allah tergantung pada orang tua.

3)Bekerja sbg pustakawan tp seringnya berkhalwat dengan lawan jenis.

Kasus zina terbanyak adalah spontanitas, terbawa suasana. Syaithan itu mainnya jago banget.

Khalwat terbagi jd 2. Khalwat yg dilarang adalah yg tidak bisa dipantau mata manusia. Khalwat yg diperbolehkan adalah yg bisa dipantau mata manusia lainnya. Misal di jalan protokol atau di mall



Jaga jarak kalau bisa.

No comments:

Post a Comment