Wednesday, May 22, 2019

Kajian Nurul Iman / 16.02.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Pembagian Warisan

Kajian Nurul Iman
16.02.19
Ust. Nuzul Dzikri
Pembagian Warisan
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2)

So, kalo pas kajian ilmu Allah lalu ngobrol atau tidur, maka kudu dipertanyakan keimanan kita.

Ilmu agama lebih utama dari ibadah sunnah. Ada 6 faktor yg dijelaskan oleh para ulama:

1. Manfaat ilmu itu untuk yg punya ilmu dan manusia secara umum. Beda dgn ibadah sunnah yg manfaatnya hanya bagi pelakunya saja. Sedangkan ilmu ketika diajarkan kepada orang lain maka manfaatnya dirasakan pemilik dan orang yg diajarkan.

2. Ilmu itu yg akan menunjukkan ibadah, mengatur ibadah, guidance nya ibadah. Ilmu yg menjadi imamnya amal. Berilmu sebelum bicara dan beramal. Ibadah2 itu butuh kepada ilmu dan bergantung pada ilmu. Tp ilmu blm tentu tergantung pd amalan

Misal ada orang punya ilmu haji, tp dia blm mampu. Dia kalo mengajarkan ilmu yg dia punya ke orang lain, lalu orang lain itu pergi haji, dia berpahala. Ilmunya ttg haji juga nggak ada masalah. Tapiii orang ketika akan berhaji harga mati wajib punya ilmu berhaji.

3. Ulama adalah ahli waris para Nabi. Dan keutamaan ini tidak dimiliki oleh orang yg hanya mengandalkan ibadah saja.
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah memperoleh keberuntungan yang banyak.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Warisan Rasulullah adalah warisan terbaik, termahal, termewah. Dan ini adalah rizki yg sejati.

Banyak orang mengasosiasikan uang dengan rizki. Padahal uang itu tidak harus sama dengan rizki. Bisa jadi banyak uang tp rizkinya seret. Misal orang kaya tp sakit komplikasi jd ga bisa makan enak.

Dan rizki yg paling besar adalah disebutkan pada surat Ath Thalaq 11:
"....Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan kebajikan, niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya."

Hanya iman dan amal shalih yg mengantarkan kita ke surga, dan itu adalah rizki terbaik. Rizki terbaik butuh ilmu. Rasulullah adalah orang terbaik, maka warisannya adalah warisan terbaik pula. Kalo ingin dapat warisan terbaik, kita harus punya ilmu, lalu ilmu itu menjadikan kita beriman dan beramal shalih.

Para ulama dulu menggelontorkan dana yg besar demi ilmu agama. Al Imam Al Maqdisi, ayahnya menjual rumah agar anaknya bisa langsung belajar kepada Imam Malik.

Ketika ilmu adalah warisan para nabi, maka ilmu kita, silsilah dan mata rantainya harus sampai pada Rasulullah. Bukan sebatas pemikiran saja.

Apabila ada orang yg disampaikan adalah hasil pemikirannya sendiri, maka itu bukan ilmu, karena ilmu itu warisan maka harus bisa disebutkan mata rantainya hingga ke Rasulullah SAW. Bukan hasil usaha pemikiran. Inilah pentingnya kita mengkaji kitab para ulama. Ilmu yg akan mengubah dunia dan akhirat kita adalah ilmu yg diwariskan dari para Nabi dan Rasul.

Orang yang mendapat warisan Rasulullah adalah orang yg memiliki hubungan khusus dengan beliau. Butuh tenaga dan kerja keras agar menjadi orang yg memiliki hubungan khusus dengan Rasulullah. Walau mungkin banyak kendala, salah satu yg membuat bertahan adalah mendapat warisan dr Rasulullah SAW.

Salah satu penyesalan ahli neraka dlm surat Al Mulk ayat 10: "Kalau saja kami mau mendengar pada saat di dunia, atau kami mau berfikir tentang ayat-ayat Allah, tentang kebesaran Allah, maka kami tidak akan diazab di dlm neraka yg menyala-nyala..."

Warisan Nabi itu nggak didapatkan dengan mudah. Nggak semua sahabat diterima menjadi ring 1 nya Nabi Muhammad. Hanya orang2 tertentu yg mendampingi Nabi, seperti Abu Bakar, Umar, Ali....

4. Mentaati ahli ilmu wajib hukumnya bagi yg orang awam. Ini kaidah yg banyak dilupakan oleh orang-orang pada saat ini...
- Al Anbiya 7
"Dan Kami tidak mengutus (rasul-rasul) sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui."

- An Nisa 59
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
Salah satu tafsir Ulil Amri adalah ahli ilmu (ahli fiqh dan ulama) menurut tafsir Ibu Abbas, Al Mujahid, Al Atha' dlm Al Imam At Thabari
Abu al Aliyah mengaitkan tafsir An Nisa 59 dengan tafsir An Nisa 83.


Apakah taat pada ahli ilmu seperti taat pada Rasulullah?
Jawabannya ada di hadits:
"Tidak ada ketaatan apabila bertentangan dengan dalil"
Ini yg membedakan taat pada Allah dan rasul-nya yg bersifat mutlak dan taat pada ulil amri. Artinya orang awam wajib taat pada ahli ilmu, kecuali jika terbukti arahan atau fatwanya berseberangan dengan dalil, dengan perintah dan larangan Allah. Tp kalo ga ada buktinya atau malah selaras maka kita wajib taat. Bukan kita bantah dengan ego kita, atau dengan pemikiran kita.

Kalau saja semua orang mengetahui kaidah ini, banyak sekali masalah yg terpecahkan, karena yg ahlinya lah yg bicara. Akan ada kejelasan sikap, akan ada pengerucutan masalah, karena ulama ngerti ilmu, ngerti dalil, ngerti akhlaq.
Apabila orang2 awam diam dan tidak banyak bicara, maka permasalahan banyak yg terselesaikan.
Oleh karena itu menurut Syaikh Ali Hasan, orang awam itu tugasnya mencari ulama yg benar2 ulama, mencari ahli ilmu yg benar2 ahli ilmu. Kita akan aman kalo kita istiqomah di belakangnya. Bisa dipertanggungjawabkan nggak dia.

Ilmu itu agama, maka lihat secara selektif darimana anda mengambil ilmu agama.


QnA:

1. Masih bermaksiat meski datang ke majelis ilmu, jd tidak tenang dan takut dicabut rahmat dr Allah:

- Bersyukur pd Allah bahwa ketika merasakan hal ini maka sensor keimanan kita berfungsi.

“Setiap bani Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”.

Dosa punya pengaruh pada ketenangan, maka perbanyak istighfar, taubat, dan perbuatan baik.

"Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan iringilah sesuatu perbuatan dosa (kesalahan)  dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”

Kehilangan rasa dan ruh ilmu bisa jadi karena masih melakukan maksiat, atau bisa jadi kesalahan ada pada pematerinya. Kalo kayak gini hendaknya dijadikan evaluasi bagi diri sendiri.


2. Bertanya adalah ibadah, tp bani Israil dicela karena banyak bertanya, gimana tuh ustadz?

-Ulama mengklarifikasikan pertanyaan ada 2: 1) Mencari kebenaran, Ibnu Abbas ditanya bagaimana mendapatkan ilmu yg banyak dengan taufik Allah, lisan yg banyak bertanya dan hati yg banyak berfikir. Bertanya jd ibadah, menjalankan perintah Allah untuk bertanya pada ahli Ilmu.
2. Bertanya untuk ngeles dan ngulur2, cari2 celah, ini yg tercela. Atau bertanya untuk pamer atau bahkan menyerang ulamanya. Ini bertanya yg dicela sbgmn bani Israil.


3. Lupa sujud udah 2x apa baru 1x.
- Pilih angka paling kecil. Lalu sujud sahwi.


4. Suami istri beda madzhab gimana?
- Ketika suami memerankan perannya sebagai seorang imam, maka istri harus mengikuti madzhab suami. Kalo imam sudah memutuskan (dlm masalah ijtihadiyah) maka makmum ikut imam.

5. Shaf terlalu rapat sehingga gerakan shalat tidak sempurna

- Menjaga hal yg berkaitan dgn inti sebuah ibadah lebih diprioritaskan drpd faktor lainnya. Inti shalat adalah kekhusyuan, tumakninah, dan rukun shalat yg lain sejak takbir hingga salam. Adapun shaf adalah di luar takbir dan salam. Sebaik2 shaf bagi laki2 adalah di paling deoan, tapi ketika di shaf oertama itu anda ga bisa khusyu karena sebelahnya mungkin bau badan, anda boleh mundur ke shaf kedua demi menjaga kekhusyuan. Missed di tataran luar tp mendapatkan inti dr ibadah shalat yg dilakukan yaitu kekhusyuan.

6. Bagaimana caranya mengetahui kalo ilmunya benar?
- Pertama, Minta kepada Allah, berdoa agar dikasih ilmu yg benar dan bermanfaat

Kedua, orang awam pd dasarnya tidak punya perangkat dan referensi dlm menentukan apakah ilmu itu benar dr Rasulullah atau bukan. Maka kita pastikan guru kita benar, jangan sampe salah pilih guru, pastikan beliau punya kapasitas, pastikan beliau berjalan di jalan yg lurus, ambil dr yg istiqomah.

Salah satu tanda hari kiamat adalah ilmu itu diambil dr orang2 kecil. Maksudnya adalah 1) orang yg menyimpang (ahlul bid'ah), 2) orang yg tidak punya kapasitas, nggak semua orang bisa ngajar agama, nggak semua orang bisa jd guru, nggak semua orang

Ketiga, usahakan punya majelis ilmu dgn kitab, karena kitab itu menjaga orisinalitas, dan kalo ada kekeliruan, kitab itu akan membantu membenarkan.

No comments:

Post a Comment