Wednesday, May 22, 2019

Kajian Nurul Iman / 01.09.18 / Ust. Nuzul Dzikri / Dengannya, Perjalanan ke Surga pun Dimudahkan

Kajian Nurul Iman 
01.09.18
Ust. Nuzul Dzikri
Dengannya, Perjalanan ke Surga pun Dimudahkan
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)


Dalam riwayat Turmudzi, "Barangsiapa yang berjalan langkahnya menuntut ilmu agama, maka Allah mudahkan jalannya ke surga." Hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu menuntut ilmu


  1. Ilmu yg bermanfaat adalah kebaikan dr awal sampai akhir
Buktinya, belum menuntut ilmu aja, masih jalan doang, udah Allah mudahkan jalannya ke surga. 

  1. Manusia punya fitrah yg tidak bisa dibantah, bahwa ketika dia menginginkan sesuatu maka ia akan berusaha mendapatkan sesuatu tersebut secepat mungkin, atau jalan pintas.
This point. Orang yg ngaku pengen masuk surga, tapi nggak pernah ngaji, nggak pernah menuntut ilmu, kayak nonsense. Jalan pintas dan jalan yg paling mudah menuju surga adalah menuntut ilmu. Kalo kita ngikutin dunia, pasti ga ada waktu, sibuk mulu... Buktikan dengan perilaku kalo kita beneran pengen surga. Jangan jadi penghamba dunia... 

  1. Sebagian para ulama memberikan bottom line ke kata "yaltamisu ilmi" berjalan dalam rangka yaltamisu ilmi
Sulaiman Rohaili: kata ini menunjukkan bahwa ilmu itu harus dituntut dan dipelajari dengan ketawadhuan, dengan kerendahan, bukan dengan keangkuhan, kesombongan, kepongahan. Permintaan atau tuntutan yg diminta oleh pihak yg sama (sejenis) dengan yg dimintai, tp pada hakikatnya yang meminta lebih rendah daripada yg diminta. 
Bahasa permintaan di Bahasa Arab ada beberapa:
  • Amara ya'muru: permintaan dr ayah ke anak, amandemen
  • Da'a yad'u: permintaan dr hamba kpd Allah
  • Iltamasaya yaltamisu: permintaan dengan sesama, pihak meminta sama dgn yg diminta, tp yg meminta lebih rendah dr yg diminta

Belajar Bahasa Arab dong, karena Rasulullah menyampaikan risalah Islam dlm Bahasa Arab.

Yaltamisu, ada pesan bagi kita bahwa penuntut ilmu harus tawadhu, harus lembut saat belajar dan dalam kehidupan sehari2, orang2 inilah yg akan mendapat janji Nabi yg akan dimudahkan jalannya menuju surga. Nggak semua orang dapat janji dimudahkan jalannya ke surga... An Najm 2-3: Nabi tidak berbicara dengan nafsunya, tp dengan wahyunya.

Ilmu sebelum bicara dan amal. Cara jalan orang yg udah menuntut ilmu aja beda. Muhammad bin Wasi pernah menegur anaknya karena berjalan dengan petantang petenteng. Ilmu itu mahal dan tinggi, ilmu itu peradaban. Hanya dengan adab kita bisa memahami hakikat ilmu. Knowledge aja cuma butuh kecerdasan dan daya ingat aja. Tp yg dijanjikan oleh Rasul adalah ketawadhuan. Allah ga kasih ilmunya ke semua orang, hanya kepada yg tau karakter ilmu. Karakter penuntut ilmu seharusnya sadar bahwa mereka hina dan kerdil di hadapan Allah.

Kalo orang tua bicara pada anak udah ga pake pencitraan. Muhammad bin Wasi bilang apabila dosa itu beraroma, maka tidak ada orang satupun yang mau duduk di sampung kita. 

Imam Ahmad bin Hambal sekalipun tidak pernah membanggakan prestasinya, kebaikannya, ilmunya kepada sahabatnya. Selalu merasa miskin di hadapan Allah. 

Ada  yg pernah mendoakan Imam ibnu Hambal "semoga Allah membalas jasa2mu terhadap Islam dengan sangat banyak." Jawab beliau "salah doanya, Semoga Allah memberikan kebaikan kepada Islam atas jasa Islam kepada saya." Tidak merasa berhak. 

Umar bin Khattab ditegur oleh Abu Ubaidah bin Zubair nyeker saat lewat genangan air saat membuka Baitul Maqdis. Kata Umar kita ini kaum yg dimuliakan Allah dengan Islam. Dan tiap kita cari kemuliaan dr selain Islam maka allah akan hempaskan dan hinakan.

Apa yg membuat rangkaian doa dzikir pagi petang jd dzikir terbaik sayyidul istighfar: ada kata "abuu ulaka binikmatika alayya wa abuu ulaka bidzambik": aku mengakui nikmat-Mu kepadaku, dan mengakui dosaku kepada-Mu

Banyak orang yg mendoakan Imam Ahmad, tp Imam Ahmad berkata "Aku khawatir ini adalah istidraj dr Allah, adzab dalam casing pujian." 

Imam Mawardi: Hanya orang yg ga punya ilmu yg membanggakan diri... Kalo ada yg sombong itu, either dia ilmunya masih dikit atau dia tidak sungguh2 belajar. Gimana kita mau bangga, Al Isra 85. Kita dikasih ilmu cuma sedikit. Adapun orang2 yg benar2 fokus tujuannya mengarah pada ilmu, dan terua belajar hingga ilmunya banyak, maka dia akan mengerti betapa jauhnya dia dr kesempurnaan ilmu. Dan dia nggak mampu untuk sampai pada puncak ilmu tsb, dia sadar ga mungkin menguasai semua ilmu, dan itu yg akan mencegah dia dr ujub kesombongan . 

Imam Sya'bi: ilmu ada 3 tingkat, barangsiapa yg berada di tingkat pertama (basic) dia akan merasa dia telah kuasai semua ilmu. Adapun setelah dia naik ke tingkatan berikutnya, maka dia akan merasa dirinya keciiil minta ampun, dan dia sadar dia belum mampu menguasai ilmu tersebut. Dan tingkatan ketiga adalah dia merasa tidak ada seorangpun yg bisa menguasainya.

Ulama nomor satu, seorang mufti aja masih datang ke kajian, duduk manis dan mendengarkan kajian anggota ulama nomor satu itu.... kalo ada orang yg dateng kajian masih ngobrol sama lainnya, maka dia bukan ahli ilmu, masih meremehkan ilmu. Pembuktian sikap kita berada di majelis, menentukan kita ahli ilmu apa bukan.

Yaltamisu, meminta dengan memahami bahwa posisinya kecil kerdil ga punya apa2. 

Syaikh Utsaimin: cara menasehati ulama bukan dengan langsung mengoreksi, gunakan kalimat tanya. Karena bisa jadi guru kita ulama tsb punya dalil yg kita blm baca, argumentasi yg blm kita telaah, pertimbangan yg kita blm pikirkan, jalan yg blm kita temukan. Tetap gunakan nasehat dengan merasa diri kita bodoh. Packaging cara penyampaian nasihat sebagai orang yg bodoh.

Menghilangkan kesombongan yg tipis terutama, butuh proses belajar dan pengamalan. Yg fatal adalah kalo kita ga belajar, kita ga meningkatkan kualitas ilmu kita. Maka kita akan selalu ngerasa sombong... Apalagi kalo kita ga belajar adab saat menuntut ilmu.

Abdullah Zein, ustadznya Ustadz Nuzul Dzikri, aja nggak berani menghakimi hadits itu dhoif atau gimana... Ilmu itu berkembang, bahkan sekaliber Imam Syafii aja merevisi fatwa.

Belajar ada konsepnya, harus jd Rabbani. Dengan konsep Allah, Ali Imran 79. Saat belajar dan mengajar jadilah Rabbani. Rabbani orang yg mendidik dan belajar dgn bertahap dr basic sampai hal2 besar. Kalo ga pake metode ini kita akan jd orang yg sombong, ngeremehin orang, dll. Solusinya saat jd sombong adalah terus menuntut ilmu. Barangsiapa yg sabar dan kokoh komitmen dan istiqomah dalam suatu majelis maka dia akan bertumbuh, grow up, karakternya berubah jadi faquha atau faquhu...




No comments:

Post a Comment