Wednesday, May 22, 2019

Kajian Nurul Iman / 20.04.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Mereka adalah Pembajak

Kajian Nurul Iman
20.04.19
Ust. Nuzul Dzikri
Mereka adalah Pembajak
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)



 “Jika kalian melewati taman-taman Surga, nikmatilah”, para sahabat bertanya: “Apa yang dimaksud taman-taman Surga?”, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Yaitu majlis-majlis dzikir (majlis yang digunakan untuk mendalami agama Allah).” [HR. Ahmad]

Akan ada sebuah waktu dan momen dimana kita diminta memilih oleh Allah, mau memilih dunia atau memilih akhirat. Sengaja dibenturkan oleh Allah. Akan ada ujian keimanan di kehidupan kita masing2. Maka mulailah dr majelis ilmu, mulai dari memuliakan ilmu Allah, maka Allah akan memuliakan kita (Syaikh Al Utsaimin).

*Bisyr Al Khafi (?)*

Abu Hanifah hikayat tentang kisah para ulama lebih ia sukai dr ilmu fiqh, bukan berarti beliau mengesampingkan ilmu fiqh, beliau adalah salah satu ulama fiqh yg terkenal.
Tp para ulama adalah fiqh real, panutan dalam pelaksanaan fiqh dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya teori, retorika belaka, bukan hanya jago bicara saja. Dan hari ini kita kekurangan qudwah, kekurangan teladan, salah satunya karena adalah jarak antara ulama dengan umat yg "jauh"

Salah satu perkataan Bisyr yg terkenal adalah "Anda tidak akan merasakan manisnya ibadah sampai anda membangun dinding antara anda dan syahwat anda."

Yahya Al Qaththan sangat suka pada Bisyr karena dia sangat serius saat belajar. "Anda jangan beramal agar dipuji oleh orang, agar nama anda dikenal. Sembunyikan amal ibadah anda sebagaimana anda jago menyembunyikan aib-aib dan dosa-dosa anda."

Maksud menyembunyikan amal disini adalah amalan ibadah yg sifatnya non syiar. Adapun amalan yg syiar (seperti shalat Jumat, memakai jilbab) hendaknya diperlihatkan.

Orang jaman sekarang haus akan popularitas. Padahal apakah hati kita akan bisa bertahan ketika mendapatkan euforia popularitas tsb kalo ilmu kita padahal masih cetek. Padahal dulu para ulama mikir gimana caranya dia sendiri bisa selamat (dr api neraka) terlebih dahulu baru menyelamatkan orang.

"Saya tidak tahu ada amalan yg lebih afdhal dr menuntut ilmu bagi orang yg bertaqwa pd Allah dan niatnya benar dalam belajar. Adapun saya, saya beristighfar kepada Allah SWT dr setiap langkah demi langkah yg saya gunakan untuk menuntut ilmu (kalo saya saya banyak dosa, saya takut nggak ikhlas, takut terkena noda)."

Dunia ilmu itu dunia kerendahan. Kita belajar dr Nabi Musa yg ditegur oleh Allah ketika dia mengatakan dia orang paling berilmu di dunia ini. Selalu merasa diri berdosa, benyak khilaf, takut nggak ikhlas.

Pada suatu saat, Bisyr didatangi seseorang lalu dipeluk dan disayang, di depan murid-muridnya. Lalu Bisyr berkata "Pemandangan yg kalian saksikan td, adalah seseorang yg mencintai saudaranya karena orang tsb menganggap saudaranya baik. Dia pikir saudaranya baik, bertaqwa pd Allah, tulus pd Allah. Adapun saudaranya yg ia cintai  tsb (Bisyr maksudnya) belum tentu selamat, dan belum tentu sesuai persangkaannya."

Para ulama dahulu sangat rendah hati. Inilah pondasi ilmu. Pondasi yg menjadi tonggak bangunan sebelum mereka belajar tentang fiqh, tentang hadits dll.

Allah memberi wahyu kepada Nabi Dawud (yg isinya) : "janganlah engkau menjadikan perantara Aku dan dirimu seorang alim yg terfitnah, karena dia akan menghalangimu dari mencintaiku Mereka adalah pembajak dan perampok para hamba-hamba-Ku"

Poinnya adalah : ahli ilmu yg terfitnah, yg tidak ikhlas, d/bisa mencegah kita dr mencintai Allah SWT. Dan itulah pembajak2 hamba Allah, membuat orang2 tidak mau mengenal Islam. Karena ketika ahli ilmu itu, orang yg sudah ngaji itu tidak ikhlas, maka ketidakikhlasan tsb akan ia tuangkan dalam ucapan dan perbuatannya. Produk seseorang adalah ucapan dan perbuatannya. Ketika negatif, maka otomatis hal itu dilihat oleh orang2 di sekitarnya. Orang nggak simpatik, "udah ngaji aja kayak gitu, udah kenal agama aja kayak gitu", maka orang jadi nggak mau mendekat. Mereka ini tanpa sadar memberikan kampanye negatif tentang belajar Islam.

Inilah yg dikatakan oleh Abdullah bin Abbas : Sesungguhnya seorang hamba menjaga ilmunya tergantung dengan tingkat keikhlasannya. Menjaga ilmu sehingga ilmunya di dalam jiwa, di dalam hatinya (Al Ankabut 49). PR kita adalah menjaga ilmu agar ilmu tsb nggak cuma di majelis taklim. Banyak orang begitu masuk rumah ilmunya ilang, nggak ada, sebatas konten aja, hafal tp gak ada aplikasi. 

Yg keluar harusnya bahasa2 positif, perilaku yg baik, niatnya kuat, penjagaannya bagus. Ilmu adalah rasa takut pd Robbul Alamin. 

Dan pasti ada teori sebab akibat. Begitu lingkungan melihat perilaku dan perkataan orang yg nggak ikhlas, maka lingkungan akan memberikan respon, salah satunya adalah membuat orang2 lari dr Islam, jd nggak suka, fobia thd agama Allah. Simbol Islam yg dia pakai membuat orang nggak suka pada Islam, nggak cinta pd Allah.

Berkaca. Kalo kita di dlm masjid ama di luar masjid beda, perbaiki niat. 

 
*Tentang Nisyfu Sya'ban*

1)Jumhur ulama menyatakan silakan berpuasa di pertengahan Sya'ban yg kedua. Tp mahzab Syafi'i menyatakan silakan berpuasa bagi yg sudah mulai puasa sebelum pertengahan kedua. Tetapi hadits Aisyah menyatakan bahwa Rasulullah berpuasa kebanyakan di bulan Sya'ban. Jd menurut jumhur ulama dipersilakan puasa 

2)Malam ke 15 adalah malam yg disampaikan Nabi SAW : Allah SWT melihat hamba2nya secara khusus laku mengampuni mereka, kecuali 2 golongan : 1) musyrikin (orang2 yg syirik) tidak diampuni oleh Allah kecuali dia bertaubat. Orang2 yg riya, orang2 yg sum'ah, 2) musyahin a)orang yg terlibat permusuhan horizontal antar manusia karena urusan dunia) kecuali kalo kita dibenci, kalo itu karena kedzaliman kita, selesaikan sebelum malam 15 ini berakhir. b) tafsir Al Auza'i membenci sahabat Nabi. c) Imam Ibrahim An Na .... : orang2 yg mengerjakan ibadah yg tidak ada tuntunannya. Karena untuk mendapatkan fadilah amal adalah kita perlu mencontoh Rasulullah. Malam 15 adalah malam yg istimewa tp tidak ada amalan khusus. 

3)masuknya kita di pertengahan Sya'ban menandakan perjumpaan kita dengan Ramadhan tinggal 15-an hari saja, harus ada persiapan, harus ada pemanasan, kalau tidak kita hanya akan menjadi pecundang di bulan Ramadhan. Para ulama dulu persiapannya sejak 6 bulan sebelum Ramadhan, sejak 1 Sya'ban mereka sudah beramal dengan giat seperti saat Ramadhan.

Hidup ini tentang skala prioritas. 

Hasan al Basri mengatakan "Wahai anak2 muda kalian harus mengejar akhirat. Dan 15 hari lagi adalah puncak2nya pencarian akhirat. Kita udah sering melihat orang2 yg mengejar akhirat, mereka pun mendapatkan dunia. Dan sebaliknya kami tidak pernah melihat ada satupun orang ug mencari dunia lalu dia dapatkan akhirat. Tidak pernah."

Rasulullah berkata :
"Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya (yang datang hanya sesuai takdir Allah saja). Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina."

“Apakah kalian menyangka masuk surga, padahal kalian belum merasakan musibah yang telah menimpa orang-orang sebelum kalian, mereka telah ditimpa malapeteka dan kesengsaraan dan digoncangkan sampai rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya menyatakan, “Kapan pertolongan Allah tiba?” Katakanlah, “Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al Baqarah 214)


Ujian adalah kesulitan dan rasa sakit. 
Rasa sakit harus dijalani, dan jangan berfikir kita masuk surga tanpa melalui rasa sakit. Dan kalau kita nggak bisa bertahan dengan rasa sakit di akhir Syaban, di bulan Ramadhan, lalu bagaimana kita bisa bertahan dengan rasa sakit di bulan2 lainnya, yang syaithan todak lagi dibelenggu...

Allah berfirman dlm QS As Sajdah 24

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.

Mereka harus merasakan rasa sakit lalu mereka merasakan kesabaran. Imam Syafi'i pernah ditanya, apakah yg harus kita pilih antara kemapanan atau kesulitan dan ujian? Jawab Imam Syafi'i, pertanyaan ini tidak tepat, anda tidak akan mapan sampai anda merasakan kesulitan diuji lalu anda sabar. 
Iman kita nggak akan mapan, ketakwaan kita nggak akan mapan, kalo kita nggak merasakan sakit. 

Pola Allah nggak akan berubah. Fathir 43.

Imam Malik mengatakan : umat ini nggak akan baik kecuali dengan pola yg membuat umat pertama ini baik. 

Fastabiqul Khoirot : olimpiade kebaikan adalah bulan Ramadhan.


Tanya Jawab

Apakah kajian termasuk syiar? Apabila ada yg suudzon kita tidak pernah datang kajian apakah harus diluruskan?
Al Maidah 54 


Pada akhirnya manusia akan mencari manusia, itu sunnatullah. Itu yg membuat Hawwa diciptakan untuk Adam, padahal Adam diciptakan dengan seluruh fasilitas.






1 comment:

  1. Alhamdulillah, ini full banget catatan nya kajian ustadz Muhammad Nuzul Dzikri. Ijin save yah

    ReplyDelete