Showing posts with label nuzuldzikri. Show all posts
Showing posts with label nuzuldzikri. Show all posts

Wednesday, May 22, 2019

Kajian Nurul Iman / 18.05.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Umar bin Al Khattab dan Akhir yang Indah

Kajian Nurul Iman
18.05.19
Ust. Nuzul Dzikri
Umar bin Al Khattab dan Akhir yang Indah


Hanya dengan adab kita bisa memahami hakikat ilmu. Kalo kita nggak bisa kondisikan anak2 kita di rumah Allah, maka gimana di tempat lain. Nggak mungkin. Kecuali tendensinya duniawi. Tp kalau keikhlasan kepada Allah, di masjidlah tempatnya kita mulai mengkondisikan untuk menjaga adab.

Jika ingin sukses di bulan Ramadhan, kita harus menggabungkan istianah dan ibadah. Inti kehidupan kita adalah 2 hal tsb : iyyaka na'budu wa iyyaka nastain. Minta pertolongan pada Allah lalu ibadah. Semua tentang hal itu.

Kajian hari ini akan berbicara tentang seorang tokoh yg direkomendasikan langsung oleh Rasulullah : "Ikutilah 2 nama ini setelah aku wafat, Abu Bakar dan Umar". 

*Detik2 terakhir Umar bin Khattab*

Sebuah cerita yg lahir dr sebuah doa dari tokoh utamanya sendiri. Beliau berdoa di sisi putrinya Hafshah. Doa yg hampir mustahil terwujud pada saat itu : "Ya Allah anugerahkan aku terbunuh di jalan-Mu, syahid di jalan-Mu, dan wafat di kota Nabi-Mu". 
Doa ini susah banget, karena hampir sudah tidak ada peperangan di kota Madinah. Di Madina sudah aman, dan peperangan hanya terjadi di kota2 yg belum ditaklukkan oleh Khilafah Islam.

Namun jawab Umar : Wahai putriku, Allah itu bisa menghadirkan sebuah kejadian yg ia inginkan, yg ia kehendaki. Tidak ada yg susah bagi Allah, Allah bisa menjadikan Umar mati syahid tanpa ada peperangan di kota Madinah. Akan ada saja jalannya. 

Dan riwayat ini shahih. Doa tsb beliau panjatkan setelah beliau mengerjakan amalan di Mina setelah berhaji di tahun 23 Hijriyah.

"Ya Allah umurku sudah tua, dan kekuatanku sudah melemah, tp di sisi lain rakyatku semakin banyak dan meluas tersebar dimana2." Beliau khawatir tidak amanah. Maka beliau katakan "Cabut saja nyawaku, ke Hadirat-Mu dlm kondisi aku tidak melalaikan hak siapapun dan tidak meremehkan siapapun."

Dan sebelum bulan Dzulhijjah berakhir, Umar wafat...

Dalam Hadits Muslim, Umar pernah berkhutbah, "Aku bermimpi seekor ayam mematukku 3x, dan firasatku mengatakan ini tentang kematianku, ajalku sudah datang." 

Tahun 23 H, bulan Dzulhijjah di tanggal 26 hari Rabu. Pada saat shalat Subuh, sebagaimana biasanya, Umar RA memimpin umat Islam dan menjadi imam shalat Subuh. Sebagaimana biasanya, beliau berjalan dan memeriksa kelurusan shaf2 umat muslimin. Beliau tidak akan mulai shalat apabila shaf belum lurus dan rapi. Ketika shaf2 itu sudah rapi, beliau baru memulai shalat subuh pada hari itu. 

Takbiratul ihram, doa iftitah, taawudz, Al Fatihah, lalu dlm riwayat beliau baca surah Yusuf atau An Nahl. Dan musibah itu terjadi. Sebagian jamaah mendengar beliau berteriak. Ada penyelundup, Abu Lu'luah seorang Majusi. Dia menikam Umar 3x, seperti mimpi Umar dipatuk ayam 3x. 2 di bahu belikat, 1 di bawah pusar, dgn belati bermata 2 yg sudah diberi racun, ada yg meriwayatkan belati tsb dilumuri racun selama satu bulan sebelum digunakan untuk menikam Amirul Mukminin. Umar ditusuk dengan tusukan yg dalam, ada riwayat yg mengatakan tusukan yg di perutlah yg paling mematikan, membuat beliau wafat. 

Dan beliau setelah ditusuk masih sempat membaca QS Al Ahzab 38 : "Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku" . Beliau masih tetap berusaha untuk melanjutkan shalat beliau. Tp akhirnya beliau tidak sanggup. Dan pada akhirnya beliau mengambil tangan Abdurrahman bin Auf di kanannya, menyuruhnya menggantikan beliau menjadi imam. 

Adapun dgn Abu Lu'luah langsung bergegas untuk kabur, dan tidaklah dia keluar dan menusuk orang yg berusaha menghalanginya sehingga menusuk 13 korban dan 7 diantaranya syahid. Dan ketika ada seseorang yg menaklukkannya, kemudian ia menikam dirinya sendiri dengan belati tsb. 

Pada saat itu dengan segala kepanikan, Abdurrahman bin Auf menggantikan Umar menjadi imam shalat, beliau melanjutkan shalat dgn shalat yg ringan (dgn bacaan surat yg pendek). Setelah itu Umar langsung dibawa ke rumah beliau, pd saat itu Umar sudah tidak sadarkan diri. Dan di saat subuh sudah hampir habis waktunya, Umar belum juga bangun padahal beliau belum shalat subuh. 

Kata seorang shahabat, kalau umar masih hidup, lalu kita ingin bangunkan nggak ada cara kecuali password nya harus benar. Bilang ke Umar "shalat". Karena beliau blm shalat subuh. Dan Umar bangun mendengar kata "shalat". 

Begitu beliau bangun, yg ditanyakan adalah "orang2 udah shalat belum?" Orang2 di sisi beliau menenangkan dgn menjawab "sudah ya Amirul Mukminin". 
Lalu kalimat kedua yg dikatakan beliau adalah "Tidak ada Islam bagi orang yg meninggalkan shalat"

Setelah 2 kalimat itu, beliau minta diambilkan air untuk berwudhu. Ibnu Umar meriwayatkan pada saat itu perut Umar berlubang, darah masih mengucur keluar dr lukanya. Lalu Umar shalat, di rakaat pertama beliau membaca Al Kafirun dan di rakaat kedua membaca Al Ikhlas.

Yg terucap dr lisan Umar itu data, dalil, selaras dgn wahyu. Karena dari awal hidupmya begitu. Bukan spontanitas, tp cermin, barangsiapa hidup dgn pola tertentu, ia akan diwafatkan dgn pola tsb. 

Setelah beliau shalat beliau minta dipanggilkan Abdullah bin Abbas. Abdullah bin Abbas merupakan tokoh kesayangan Umar karena selalu dilibatkan saat rapat dgn ahlul badar. Dlm riwayat Thabrani, Umar bertanya siapa yg menikamnya, dari mana asalnya. Bukan untuk balas dendam, tp bertanya apakah ia memiliki kesalahan pd orang tsb, apakah Umar pernah mendzoliminya shg dia balas dendam pd Umar. Beliau meminta Ibnu Abbas untuk menanyai setiap orang apakah ada yg merasa terdzolimi oleh Umar, apakah ada yg belum tertunaikan haknya oleh Umar. Ibnu Abbas kemudian keluar dan menanyai setiap orang.

Semua orang menangisi Umar, mereka menangis seperti mereka kehilangan anak mereka sendiri. Mereka sedih dan takut Umar meninggal dunia. Mereka berharap Allah panjangkan usia Umar dgn mengambil jatah umur mereka. Maka benarlah apa yg dikatakan Imam Ahmad : salah satu parameter kebaikan seseorang adalah ketika meninggal banyak yg merasa sedih dan kehilangan dan bertakziah.

Lalu Abdullah bin Abbas kembali, dan menyampaikan bahwa tidak ada yg merasa terdzolimi oleh Umar. Disampaikan pula bahwa mereka menangis sedih takut kehilangan Umar. Dan terlihat ekspresi kelegaan dan bahagia di wajah Umar.

Umar masih belum tahu siapa yg menikamnya dan apa yg terjadi padanya. Beliau berkata, "Aku ingatkan kepada kalian, kalau kalian ketemu dgnnya (yg menikamku), kalian kudu sabar dan tahan emosi, jangan dieksekusi."

Lalu disampaikan kepada beliau bahwa Abu Lu'luah lah yg menikamnya, dan dia sudah bunuh diri setelah menikamnya. Umar lalu berkata "innalilahi wa inna ilaihi roji'un"...

Abu Lu'luah adalah seorang Majusi budak Al Mughiroh. Pada dasarnya, Umar tidak mengijinkan selain umat Islam yg tinggal di Madinah. Tp Abu Lu'luah ini multitalenta, pakar kayu, pakar besi, pakar ukir. Maka dia bisa menciptakan belati bermata dua untuk menikam Umar. Al Mughiroh yg meminta izin agar dia boleh tinggal di Madinah karena dia mungkin bermanfaat bagi orang Muslim untuk mengajarkan keahliannya.

Abu Lu'luah marah karena Umar tidak mengijinkan pajaknya dikurangi (dulu selain Muslim harus bayar pajak untuk tinggal di Madinah). Namun Umar tidak memberikan keringanan bayar pajak untuk Abu Lu'luah. Dan kemudian bertambahlah kebencian Abu Lu'luah kepada Umar, karena Umar jugalah yg menaklukkan Persia (kota orang Majusi).

Begitu Umar mendengar nama Abu Lu'luah, beliau bertakbir karena Umar memang sudah berfirasat mengenai hal tersebut.
"Alhamdulillah, pembunuhku bukan seorang muslim. Pembunuhku tidak akan beralasan keimanan pd Allah kelak". Umar tidak ingin berhadapan dgn sesama umat muslim di akhirat nanti.

Dlm sebuah riwayat, Umar lalu minum obat dr dokter, dan semua yg ia minum keluar lewat lukanya. Ada juga yg membuatkan susu, keluar juga lewat lubang luka tsb. Bayangkan sebesar apa luka di perut Umar. Dokter tsb mengatakan, "semua orang tahu ini ajalnya Umar bin Al Khattab".

Lalu manusia mulai berdatangan, mereka memuji2 Umar bin Khattab dan menyebutkan prestasi2 besar beliau. Umar berkata, "Orang yg tertipu adalah orang yg senang mendengar pujian2 tsb". Dlm hadits Bukhari, datang seorang pemuda. Ia berkata : bergembiralah wahai Amirul Mukminin, engkau masuk Islam di awal perjuangan, berhijrah dgn Rasulullah, lalu engkau menjadi khalifah, lalu klimaksnya engkau akan syahid. Dan yg dikatakan Umar adalah "aku berharap kalaupun yg kausampaikan benar, itu menjadi penyeimbang timbangan skor dosa dan pahalaku di hari penimbangan kelak."

Seorang Umar bin Khattab. Yg sudah dijamin masuk surga oleh Allah. Menaklukkan banyak wilayah. Masih merasa tawadhu, merasa dosanya sangat banyak sehingga apapun kebaikan yg dia lakukan menyeimbangkan dosa2nya di akhirat kelak. 

Kita, yg surga aja belum tentu, ngerasanya udah pahalanya banyak banget... ☹️

Lalu anak muda tersebuh pergi, saat pergi jubahnya menyentuh lantai. Lalu pemuda itu dipanggil lagi agar bajunya tidak menyentuh lantai, lebih bersih dan lebih bertaqwa.

Bahkan di saat terakhirnya Umar masih berusaha ber amar makruf nahi mungkar. Mengingatkan pemuda tab agar bajunya tidak menyentuh lantai (isbal)

Intinya bukan besar kecil amalan, tp dari mana amalan tersebut, kalau sumbernya dr Allah dan Rasul-Nya maka semua akan dianggap besar. Karena kita nggak tahu amalan mana yg akan membawa kita ke surga, amalan mana yg kita lakukan dgn ikhlas, amalan mana yg diterima oleh Allah.

Umar menyuruh anaknya Abdullah bin Umar ke Aisyah, Ibunda Umat Islam. Kata Umar : Sampaikan ke Ibunda kita, Umar mengirim salam kepada beliau. Dan anaknya tidak boleh mengatakan bahwa salam itu dr Amirul Mukminin. Karena ini permintaan pribadi Umar sebagai Umar, bukan Umar sebagai pemimpin Khilafah pada waktu itu. Beliau meminta izin agar dimakamkan di sebelah Rasulullah, karena Aisyah juga ingin dimakamkan di samping Nabi SAW. Karena apabila Umar meminta izin Umar sebagai Amirul Mukminin, Aisyah harus taat kepadanya. Beliau tidak ingin memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.

Ibnu Umar mendatangi Aisyah, dan Aisyah sedang menangisi Umar pada saat itu. Aisyah pun mengizinkan, meski beliau juga sangat ingin dimakamkan di samping Rasulullah. 

Umar sangat semangat menunggu kabar dr Abdullah bin Umar, Umar ingin diangkat oleh Abdullah bin Abbas untuk mendengar berita itu. Padahal kondisinya sudah sangat lemah.

Ahlussunah itu harus kuat di adab. Umar juga menyadari bahwa Aisyah juga ingin dimakamkan di samping Rasulullah. Umar masih berpesan, "Kalau aku wafat, gotonglah jenazahku, sampaikan salamku kepada Aisyah, katakan Umar bin Khattab minta izin sekali lagi, kalau Aisyah mengizinkan maka kuburkan disini di samping makam Rasulullah, tetapi jika Aisyah berubah pikiran maka kuburkan aku di kuburan kaum muslimin." 

Di detik2 terakhir Umar, Umar ingin keningnya ditaruh di tanah, karena ia takut sombong dan ujub karena orang2 membicarakan prestasi Umar. Ibnu Abbas berkata, celakalah kau wahai Umar kalau Allah tidak mengampunimu...

Kita terlalu sering bermain dengan ayat harapan tp tidak dengan ayat ancaman.

Umar meningal 3 hari setelah peristiwa penusukan tsb. Kematian Umar sangat spesial : 
1) Umar meninggal bakda haji, dan haji yg diterima tidak ada balasan selain jannah, 
2) Beliau ditusuk ketika shalat, 
3) Beliau mati syahid, 
4) Beliau mati syahid di bulan haram (akhir Dzulhijjah), dan 
5) Beliau meninggal di kota Madinah. Rasulullah bersabda bahwa beliau akan memberikan syafaat bagi siapapun yg meninggal di kota Madinah.

Doa Umar tekabul. Doa yg hampir mustahil terwujud pada saat itu : "Ya Allah anugerahkan aku terbunuh di jalan-Mu, syahid di jalan-Mu, dan wafat di kota Nabi-Mu". Jika kita jujur pada Allah, maka Allah akan wujudkan cita-cita kita. Allah itu bisa menghadirkan sebuah kejadian yg ia inginkan, yg ia kehendaki. Tidak ada yg susah bagi Allah, Allah bisa menjadikan Umar mati syahid tanpa ada peperangan di kota Madinah. Akan ada saja jalannya. QS Yasin 82 "Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu."

Al Baqarah 184. Ramadhan hanya beberapa hari saja. Ini sudah hari ke-13. Kalo belum maksimal di 13 hari ini, maksimalkan di hari ke depannya. Jangan kalah dengan acara2 yg duniawi. 

Shalat. Adalah satu2nya perintah yg dijemput naik ke Sidratul Muntaha dimana mayoritas perintah itu diturunkan. 1x meninggalkan shalat wajib, dosanya lebih parah drpd zina, ijma oleh ulama. Sabar itu harus dipaksa dulu.










Kajian Nurul Iman / 04.05.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Sebab-sebab Kegagalan di Bulan Ramadhan

Kajian Nurul Iman
04.05.19
Ust. Nuzul Dzikri
Sebab-sebab Kegagalan di Bulan Ramadhan


Ramadhan, tamu yg tidak pernah datang dengan tangan kosong, membawa ampunan dr Allah SWT. Doa yg banyak, sesuai episode kehidupan kita.

Orang2 beriman adalah orang2 yg sifatnya ada di QS Ali Imran ayat 161 : orang2 yg senantiasa mengingat Allah kala berdiri, duduk, maupun berbaring.

Angka yg gagal di bulan Ramadhan tidak sedikit. Rasul dlm hadits Imam Ahmad mengatakan betapa banyak orang yg berpuasa, dimulai dgn kata "Rubbah", yg artinya dlm bahasa Arab untuk mengungkapkan sesuatu dlm jumlah banyak. Oleh karena itu hadits ini perlu kita camkan karena membicarakan sebuah kotak yg kuantitasnya banyak. Diterjemahkan dgn sederhana : "Betapa banyak orang yg berpuasa, tp puasanya hanya mendapatkan lapar dan haus". Yg tidak mendapatkan ampunan banyak, yg tidak mendapatkan pintu surga bernama Ar Rayyan banyak, yg tidak mendapatkan rahmat berkahnya Ramadhan itu banyak, karena yg ia dapatkan hanya lapar dan haus.

Nabi melanjutkan dlm hadits lain : "Dan betapa banyak orang yg qiyamullail, yg tarawih, ganjarannya hanya rasa kantuk karena tidak tidur semalaman (tidak diterima oleh Allah SWT)".

Kita jangan tertipu dengan suasana, banyaknya orang berbuka, banyak yg gagal, dan gagal di bulan Ramadhan artinya celaka.
Sebuah doa yg terkenal yg dibacakan oleh malaikat Jibril : "Celakalah seseorang, kehinaan bagi dia di dunia dan di akhirat, yg memasuki Ramadhan, dan ketika Ramadhan berakhir dosa2nya belum diampuni oleh Allah. Dan Rasulullah berkata "aamiin"...
Yg berdoa adalah malaikat terbaik, yg mengaminkan adalah manusia terbaik, maka bagaimanalah doa ini tidak dikabulkan oleh Allah....

Kalo kita tidak bisa memanfaatkan bulan ini, maka akan terjadi kecelakaan dan kehinaan di dunia kita, sebelum akhirat kita.

Sama seperti Makkah, di sana kita shalat 1 rakaat sama dengen pahala 100.000 rakaat, tp di sana pula niat buruk di hati kita langsung dibalas oleh Allah. Tempat mulia, waktu mulia, bukan tanpa resiko. Kalo kita bisa manfaatkannya maka kita bisa panen, tp kalau gagal maka kita ibarat menggali kubur kita sendiri.

Apa sebab-sebab terpuruk di bulan Ramadhan? Padahal syaithan dibelenggu, padahal pintu surga dibuka, dan pintu neraka ditutup.


1. Sebab yg pertama adalah karena dia lupa bertawakkal, bergantung pada Allah, dan meminta pertolongan pada Allah.

Mengandalkan kemampuannya sendiri, mengandalkan dirinya sendiri, pengalamannya, ilmunya secara teori. Dia lupa meminta pertolongan pada Al Qowiyy...

Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan, bergantung pada Allah itu setengah agama, karena setengah yg berikutnya adalah inabah, yaitu kembali pd Allah, karena agama kita itu isinya 2 hal besar. Seluruh syariah Islam, seluruh buku aqidah, fiqh, dan hadits terdiri dr 2 hal besar : istianah dan ibadah, meminta pertolongan pd Allah. Dan tawakkal itulah istianah, dan inabah itulah ibadah. Kembali pd Allah dgn mengerjakan ibadah. Dan inilah konsep iyyaka nabudu wa iyyaka nastain, "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan"...

Orang yg hanya mengandalkan ilmunya, tp dia lupa doa "Allahumma a'inni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik : Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu" orang yg lupa beristianah, ibarat iyyaka nabudu aja tanpa iyyaka nastain. Dia akan gagal dlm Ramadhan, selama apapun pengalamannya tidak akan sukses, sebanyak apapun ayat yg dihafalkannya, sebanyak apapun kajian yg diikutinya.

Yg ditawarkan oleh Ramadhan adalah pintu surga Ar Rayyan. Muadz bin Jabal bertanya pd Nabi, amalan apa yg membawa kita ke surga? Nabi mengatakan, Muadz, anda bertanya masalah yg besar, nggak mudah masuk surga, beratnya minta ampun, tp mudah bagi orang yg dimudahkan oleh Allah, yg diberi rahmat oleh Allah, yg diberikan hidayah oleh Allah, yg diberi taufik oleh Allah.

Banyakin berdoa "Allahumma ballighna Ramadhan". Para ulama udah baca doa ini sejak 6 bulan sebelum Ramadhan. Dan begitu hamba-Nya mengemis pada-Nya, maka "ud'uni astajib lakum : Berdoalah kamu kepada-Ku, pasti Aku akan mengabulkannya" QS Ghafir : 60

Kunci orang2 besar mengandalkan Allah. Nabi Musa ketika diperintahkan mendakwahi Firaun, beliau beristianah, berdoa minta pertolongan pd Allah (QS Thaha 25-32) : "Robbisrohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii, ..."
Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku,dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,(yaitu) Harun, saudaraku,teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia,dan jadikanlah dia teman dalam urusanku

Tujuan istianah Nabi Musa kemudian dijelaskan di ayat selanjutnya (QS Thaha 33-34) : agar bisa bertasbih yg banyak pd Allah, dan bisa berdzikir yg banyak pd Allah.

Hanya kebodohan yg membuat orang mengandalkan dirinya, yg membuat dia lupa bahwa kita ini lemah di hadapan Allah. Sebanyak apapun kajian yg kita ikuti, kita nggak mungkin keluar dr kaidah Allah. Nabi Syuaib : Dan tidak ada taufik yg kita dapatkan kecuali pertolongan dr Allah, bertawakkal pd Allah, berserah pd Allah,
"Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku berserah diri dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS Hud : 88)

Syiar kita Ramadhan ini adalah "la haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim" : Tidak ada usaha, kekuatan dan upaya selain dengan kehendak Allah.”

Jangan masuk ke Ramadhan dgn penggalan iyyaka na'budu aja, tp iyyaka na'budu wa iyyaka nastain..
Para ulama terdahulu berdoa :
"Ya Allah sebagaimana Engkau menjaga keningku dari bersujud pd selain-Mu, jaga lisanku agar tidak meminta kepada selain-Mu"

Ini tentang kekuatan Allah, bukan kelemahan kita, yg membuat Para ulama bisa khatam 10 juz sehari...
Rasulullah berdoa setiap pagi dan petang dlm dzikir pagi petang : "Ya Hayyu Ya Qoyyumbi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin"

Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu.

Sekejap mata. Bahkan untuk sekejap mata pun kita butuh pertolongan Allah. Ini Ramadhan 30 hari. Jadi kudu banget minta pertolongan pd Allah.


2. Sebab kegagalan di bulan Ramadhan yg kedua adalah tidak punya agenda, dan yg punya agenda nggak komitmen.

Rasulullah punya agenda yg baku di Ramadhan. Malaikat Jibril datang setiap malam pd Rasulullah dan mereka mengkaji Al Qur'an. Sehari sejuz itu mungkin banget. Bisa baca 2 lembar setelah shalat fardhu. Ketika Nabi itikaf di masjid, dan ada udzur, beliau menggantinya di hari Syawwal. Itu menunjukkan Rasulullah komitmen dan punya agenda di bulan Ramadhan.

Buat agenda. Kalo nggak, akan tergerus. Karena yg menyibukkan kita di bulan Ramadhan banyak.


3. Sebab ketiga adalah lupa memperhatikan masalah hati

Adapun untuk sukses di bulan Ramadhan harus naikkan hati kita. Banyak orang yg gagal karena cuma fokus di ibadah fisik aja, sunnah2 puasa aja.
Yg Allah janjikan ampunan itu kan punya kriteria : berpuasa karena iman, dan mengharapkan pahala, dan ini semua amalan hati. Orang yg nggak memainkan hatinya nggak mendapatkan ampunan dr Allah. Seneng ketemu Ramadhan, termasuk amalan hati juga...

Syaratnya memainkan hati...

Amalan fisik bagus, nggak boleh didiskreditkan, tp yg jd masalah adalah memasuki Ramadhan cuman mengandalkan amalan fisik aja tanpa mengandalkan amalan hati, dan itu nggak mungkin....

Mainkan hati kita dr hari pertama sampau hari terakhir Ramadhan, maka kita akan dapatkan ampunan dr Allah SWT. Kata para ulama, kita bisa dapatkan dunia kita dgn amalan fisik kita, tp mendapatkan akhirat harus dgn hati, harus jujur dgn Allah SWT. Mainkan hati, jaga keikhlasan. Karena fenomena menampilkan riya itu banyak di bulan Ramadhan.


4. Sebab kegagalan keempat adalah ketika seseorang memasuki Ramadhan dgn membawa dosa2nya.

Dia nggak beristighfar dan bertaubat atas dosa2nya ketika memasuki bulan Ramadhan. Yg membuat kita lemah dlm beribadah itu dosa kita. Al Insyirah ayat 1-3 : "Bukankah Kami telah melapangkan dadamu? Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu". Dosa2 kita inilah yg membuat kita seolah2 tarawih dengan menggendong tas ransel, ngantuk. Padahal kita nonton 3 jam bisa.

Ayat ini menunjukkan semua tentang taufik dan dosa. Allah yg turunkan beban kita (taufik dr Allah) dan dosa kita sendiri yg memberatkan kita (dari perbuatan kebaikan). Hati2 dengan dosa. Itu dosa bikin capek. Sesungguhnya salah satu ganjaran atau hukuman dosa, adalah menyeret kita ke dosa berikutnya (Imam ibnu Rajab).


5. Sebab Kegagalan yg berikutnya kelima adalah tidak berani memprioritaskan dan menomorsatukan akhirat di atas dunia di bulan suci Ramadhan.

"Baltutsirunal hayataddunya : Sedangkan kamu memilih kehidupan dunia" QS Al A'la : 16.

Kita tidak bica substansi, tp justifikasi. QS Muhammad : 31
"Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu."

Kalo kita ga bisa menomorsatukan akhirat, menomorsatukan Allah di bulan dimana syaithan dibelenggu, lalu gimana di bulan lain?

Ulama bisa superior dan menampilkan aksi heroik di bulan Ramadhan karena mereka berani meninggalkan keduniawian. Kita seolah2 lebih sibuk drpd mereka. Satu bulan aja masa ga bisa. Kalo kita ga bisa cuti, maka maksimalkan.

Ada orang yg ingin umrah Ramadhan, tp ga diperbolehkan sm perusahaannya, dia keluar dr perusahaannya. Kalo udah bawa2 ibadah itu ekstrim. Tp kalo urusan dunia nggak ada tuh yg bilang ekstrim, fundamentalis. Padahal harusnya kan kebalik.

Ramadhan adalah momentum memprioritaskan akhirat.

Konsep kita adalah berusaha kasih makan buka ke temen kita. Mentalnya tuh ngasih, bukan dikasih. Pahala itu mahal. Setiap orang itu beramal sesuai takdirnya masing-masing.


6. Sebab kegagalan keenam adalah karena mereka gagal dalam menghadirkan rasa "oh bisa jadi ini Ramadhan terakhir kita".

Ini kesempatan sahur terakhir kali, terakhir kali berbuka puasa, terakhir kali mendengar merdunya suara imam. Kita tuh males karena kita panjang angan2, seakan2 masih hidup sampai tahun depan. Kalo bisa menghadirkan rasa ini, pasti kita akan mengolah sedemikian rupa waktu Ramadhan.

Bahkan Rasulullah mengibaratkan masalah ini bukan pd Ramadhan, tp pada ibadah shalat. Shalatlah seakan2 itu shalat terakhir kita, karena shalat itu ibadah yg paling rutin.

Banyaknya bertemu dan berinteraksi itu akan membunuh rasa dan sensitivitas. Beda rasanya kita tinggal di Zimbabwe trus ketemu sama sesama orang Indonesia, dgn ketemu sesama orang Indonesia di Tanah Abang.

Shalat itu ketemunya 5x sehari. Bahaya kan, makanya banyak orang shalat gitu2 aja. Kalo misalnya la qadarullah kita dieksekusi mati ba'da shalat isya, lalu kita diijinkan untuk shalat isya sebelum dieksekusi, itu akan jd shalat isya terbaik di hidup kita, bisa jadi baru takbiratul ihram aja udah nangis... 15 menit sebelum kiamat sughra kita. Meresapi arti doa iftitah yg jauhkan aku dan dosaku seperti jauhnya timur dan barat. Meresapi arti setiap ayat Al Fatihah, dsb...

Kegagalan ibadah kita adalah karena tidak bisa menghadirkan rasa terakhir ini....

Ini Ramadhan terakhir kita, ini presentasenya besar, 50%. Banyak dr kita yg mengalami yg tahun lalu masih shaum dgn istrinya, anaknya, orangtuanya, tp tahun ini sudah tidak bersama. Nggak ada Ramadhan setelah ini, nggak ada sahur dan buka setelah ini....

Ini hari pertama, tp bisa jd hari terakhir kita,
Ini hari kedua, tp bisa jd hari terakhir kita,
Ini hari ketiga, tp bisa jd besoknya kita sudah di keranda... Didoakan Allahummaghfirlahu....

Kalo kita menyia-nyiakan Ramadhan, kita yg akan dihukum oleh Rabbul Alamin.


Tanya Jawab :

1. Shalat sebagai makmum tp ingin ikut menyimak dgn gadget atau mushaf ketika dibacakan ayat, agar tidak ngantuk...
Shalatnya sah, tp kehilangan dua keutamaan : bersedekap secara sempurna dan melihat ke tempat sujud. Hanya saja apabila itu bisa membuat kita lebih khusyu tidak apa2, karena menjaga kekhusyuan lebih penting dan utama daripada kita ngeblank saat imam baca ayat pd saat shalat tp sedekap sempurna dan lihat tempat sujud.

2. Orangtua menyuruh pulang di 10 hari terakhir, tp ingin memaksimalkan 10 hari terakhir mencari lailatur qadar, gimana ustadz?
Mencari Lailatul Qadar secara penuh otu hukumnya sunnah, tp birrul walidain itu hukumnya wajib. Sibuk mengerjakan hal wajib tp jd tidak mengerjakan sunnah, itu dimaafkan oleh Allah. Tp kalo sebaliknya sibuk mengerjakan hal sunnah tp mengabaikan hal wajib itu terperangkap perdaya iblis....
Kita harus memainkan hati di sini, misinya adalah pahala dr Allah.

3. Boleh ga, nggak mendengarkan kultum di shalat tarawih tp baca Al Qur'an?
Pada dasarnya itu hukumnya boleh dan tidak mencederai ibadah shalat tarawih kita
Pertama kita menjaga kondisi tidak membuat orang tersinggung. Kedua jaga adab kita ke Al Qur'an, ke orang lain, adab dalam majelis.

4. Tarawih yg baik?
Perlama bacaan, sedikitkan jumlah rakaat

Kajian Nurul Iman / 20.04.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Mereka adalah Pembajak

Kajian Nurul Iman
20.04.19
Ust. Nuzul Dzikri
Mereka adalah Pembajak
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)



 “Jika kalian melewati taman-taman Surga, nikmatilah”, para sahabat bertanya: “Apa yang dimaksud taman-taman Surga?”, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Yaitu majlis-majlis dzikir (majlis yang digunakan untuk mendalami agama Allah).” [HR. Ahmad]

Akan ada sebuah waktu dan momen dimana kita diminta memilih oleh Allah, mau memilih dunia atau memilih akhirat. Sengaja dibenturkan oleh Allah. Akan ada ujian keimanan di kehidupan kita masing2. Maka mulailah dr majelis ilmu, mulai dari memuliakan ilmu Allah, maka Allah akan memuliakan kita (Syaikh Al Utsaimin).

*Bisyr Al Khafi (?)*

Abu Hanifah hikayat tentang kisah para ulama lebih ia sukai dr ilmu fiqh, bukan berarti beliau mengesampingkan ilmu fiqh, beliau adalah salah satu ulama fiqh yg terkenal.
Tp para ulama adalah fiqh real, panutan dalam pelaksanaan fiqh dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya teori, retorika belaka, bukan hanya jago bicara saja. Dan hari ini kita kekurangan qudwah, kekurangan teladan, salah satunya karena adalah jarak antara ulama dengan umat yg "jauh"

Salah satu perkataan Bisyr yg terkenal adalah "Anda tidak akan merasakan manisnya ibadah sampai anda membangun dinding antara anda dan syahwat anda."

Yahya Al Qaththan sangat suka pada Bisyr karena dia sangat serius saat belajar. "Anda jangan beramal agar dipuji oleh orang, agar nama anda dikenal. Sembunyikan amal ibadah anda sebagaimana anda jago menyembunyikan aib-aib dan dosa-dosa anda."

Maksud menyembunyikan amal disini adalah amalan ibadah yg sifatnya non syiar. Adapun amalan yg syiar (seperti shalat Jumat, memakai jilbab) hendaknya diperlihatkan.

Orang jaman sekarang haus akan popularitas. Padahal apakah hati kita akan bisa bertahan ketika mendapatkan euforia popularitas tsb kalo ilmu kita padahal masih cetek. Padahal dulu para ulama mikir gimana caranya dia sendiri bisa selamat (dr api neraka) terlebih dahulu baru menyelamatkan orang.

"Saya tidak tahu ada amalan yg lebih afdhal dr menuntut ilmu bagi orang yg bertaqwa pd Allah dan niatnya benar dalam belajar. Adapun saya, saya beristighfar kepada Allah SWT dr setiap langkah demi langkah yg saya gunakan untuk menuntut ilmu (kalo saya saya banyak dosa, saya takut nggak ikhlas, takut terkena noda)."

Dunia ilmu itu dunia kerendahan. Kita belajar dr Nabi Musa yg ditegur oleh Allah ketika dia mengatakan dia orang paling berilmu di dunia ini. Selalu merasa diri berdosa, benyak khilaf, takut nggak ikhlas.

Pada suatu saat, Bisyr didatangi seseorang lalu dipeluk dan disayang, di depan murid-muridnya. Lalu Bisyr berkata "Pemandangan yg kalian saksikan td, adalah seseorang yg mencintai saudaranya karena orang tsb menganggap saudaranya baik. Dia pikir saudaranya baik, bertaqwa pd Allah, tulus pd Allah. Adapun saudaranya yg ia cintai  tsb (Bisyr maksudnya) belum tentu selamat, dan belum tentu sesuai persangkaannya."

Para ulama dahulu sangat rendah hati. Inilah pondasi ilmu. Pondasi yg menjadi tonggak bangunan sebelum mereka belajar tentang fiqh, tentang hadits dll.

Allah memberi wahyu kepada Nabi Dawud (yg isinya) : "janganlah engkau menjadikan perantara Aku dan dirimu seorang alim yg terfitnah, karena dia akan menghalangimu dari mencintaiku Mereka adalah pembajak dan perampok para hamba-hamba-Ku"

Poinnya adalah : ahli ilmu yg terfitnah, yg tidak ikhlas, d/bisa mencegah kita dr mencintai Allah SWT. Dan itulah pembajak2 hamba Allah, membuat orang2 tidak mau mengenal Islam. Karena ketika ahli ilmu itu, orang yg sudah ngaji itu tidak ikhlas, maka ketidakikhlasan tsb akan ia tuangkan dalam ucapan dan perbuatannya. Produk seseorang adalah ucapan dan perbuatannya. Ketika negatif, maka otomatis hal itu dilihat oleh orang2 di sekitarnya. Orang nggak simpatik, "udah ngaji aja kayak gitu, udah kenal agama aja kayak gitu", maka orang jadi nggak mau mendekat. Mereka ini tanpa sadar memberikan kampanye negatif tentang belajar Islam.

Inilah yg dikatakan oleh Abdullah bin Abbas : Sesungguhnya seorang hamba menjaga ilmunya tergantung dengan tingkat keikhlasannya. Menjaga ilmu sehingga ilmunya di dalam jiwa, di dalam hatinya (Al Ankabut 49). PR kita adalah menjaga ilmu agar ilmu tsb nggak cuma di majelis taklim. Banyak orang begitu masuk rumah ilmunya ilang, nggak ada, sebatas konten aja, hafal tp gak ada aplikasi. 

Yg keluar harusnya bahasa2 positif, perilaku yg baik, niatnya kuat, penjagaannya bagus. Ilmu adalah rasa takut pd Robbul Alamin. 

Dan pasti ada teori sebab akibat. Begitu lingkungan melihat perilaku dan perkataan orang yg nggak ikhlas, maka lingkungan akan memberikan respon, salah satunya adalah membuat orang2 lari dr Islam, jd nggak suka, fobia thd agama Allah. Simbol Islam yg dia pakai membuat orang nggak suka pada Islam, nggak cinta pd Allah.

Berkaca. Kalo kita di dlm masjid ama di luar masjid beda, perbaiki niat. 

 
*Tentang Nisyfu Sya'ban*

1)Jumhur ulama menyatakan silakan berpuasa di pertengahan Sya'ban yg kedua. Tp mahzab Syafi'i menyatakan silakan berpuasa bagi yg sudah mulai puasa sebelum pertengahan kedua. Tetapi hadits Aisyah menyatakan bahwa Rasulullah berpuasa kebanyakan di bulan Sya'ban. Jd menurut jumhur ulama dipersilakan puasa 

2)Malam ke 15 adalah malam yg disampaikan Nabi SAW : Allah SWT melihat hamba2nya secara khusus laku mengampuni mereka, kecuali 2 golongan : 1) musyrikin (orang2 yg syirik) tidak diampuni oleh Allah kecuali dia bertaubat. Orang2 yg riya, orang2 yg sum'ah, 2) musyahin a)orang yg terlibat permusuhan horizontal antar manusia karena urusan dunia) kecuali kalo kita dibenci, kalo itu karena kedzaliman kita, selesaikan sebelum malam 15 ini berakhir. b) tafsir Al Auza'i membenci sahabat Nabi. c) Imam Ibrahim An Na .... : orang2 yg mengerjakan ibadah yg tidak ada tuntunannya. Karena untuk mendapatkan fadilah amal adalah kita perlu mencontoh Rasulullah. Malam 15 adalah malam yg istimewa tp tidak ada amalan khusus. 

3)masuknya kita di pertengahan Sya'ban menandakan perjumpaan kita dengan Ramadhan tinggal 15-an hari saja, harus ada persiapan, harus ada pemanasan, kalau tidak kita hanya akan menjadi pecundang di bulan Ramadhan. Para ulama dulu persiapannya sejak 6 bulan sebelum Ramadhan, sejak 1 Sya'ban mereka sudah beramal dengan giat seperti saat Ramadhan.

Hidup ini tentang skala prioritas. 

Hasan al Basri mengatakan "Wahai anak2 muda kalian harus mengejar akhirat. Dan 15 hari lagi adalah puncak2nya pencarian akhirat. Kita udah sering melihat orang2 yg mengejar akhirat, mereka pun mendapatkan dunia. Dan sebaliknya kami tidak pernah melihat ada satupun orang ug mencari dunia lalu dia dapatkan akhirat. Tidak pernah."

Rasulullah berkata :
"Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya (yang datang hanya sesuai takdir Allah saja). Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina."

“Apakah kalian menyangka masuk surga, padahal kalian belum merasakan musibah yang telah menimpa orang-orang sebelum kalian, mereka telah ditimpa malapeteka dan kesengsaraan dan digoncangkan sampai rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya menyatakan, “Kapan pertolongan Allah tiba?” Katakanlah, “Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al Baqarah 214)


Ujian adalah kesulitan dan rasa sakit. 
Rasa sakit harus dijalani, dan jangan berfikir kita masuk surga tanpa melalui rasa sakit. Dan kalau kita nggak bisa bertahan dengan rasa sakit di akhir Syaban, di bulan Ramadhan, lalu bagaimana kita bisa bertahan dengan rasa sakit di bulan2 lainnya, yang syaithan todak lagi dibelenggu...

Allah berfirman dlm QS As Sajdah 24

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.

Mereka harus merasakan rasa sakit lalu mereka merasakan kesabaran. Imam Syafi'i pernah ditanya, apakah yg harus kita pilih antara kemapanan atau kesulitan dan ujian? Jawab Imam Syafi'i, pertanyaan ini tidak tepat, anda tidak akan mapan sampai anda merasakan kesulitan diuji lalu anda sabar. 
Iman kita nggak akan mapan, ketakwaan kita nggak akan mapan, kalo kita nggak merasakan sakit. 

Pola Allah nggak akan berubah. Fathir 43.

Imam Malik mengatakan : umat ini nggak akan baik kecuali dengan pola yg membuat umat pertama ini baik. 

Fastabiqul Khoirot : olimpiade kebaikan adalah bulan Ramadhan.


Tanya Jawab

Apakah kajian termasuk syiar? Apabila ada yg suudzon kita tidak pernah datang kajian apakah harus diluruskan?
Al Maidah 54 


Pada akhirnya manusia akan mencari manusia, itu sunnatullah. Itu yg membuat Hawwa diciptakan untuk Adam, padahal Adam diciptakan dengan seluruh fasilitas.






Kajian Nurul Iman / 13.04.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Terjebak Makar Sendiri

Kajian Nurul Iman
13.04.19
Ust. Nuzul Dzikri
Terjebak Makar Sendiri
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)



Parameternya adalah niat. Niat yg menentukan baik buruknya kita, apakah kita berhasil dalam.menuntut ilmu agama atau tidak. Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Abbas : "Sesungguhnya seseorang menghafal atau menguasai ilmu itu tergantung niatnya."

Imam Hammad bin Salamah :
"Barangsiapa yang menuntut ilmu hadits bukan karena Allah Ta'ala, maka dia akan terkena makar dari perbuatannya sendiri."

Sebelum menerima nasihat, kita sepatutnya mengenal siapa yang memberi kita nasihat.

Umat harus dijembatani untuk mengenal para ulama klasik. Karena umat tidak akan menjadi baik kalau tidak mengikuti pola ulama generasi terdahulu.

Imam Hammad adalah samudera ilmu. Beliau adalah pakar hadits, pakar bahasa Arab, pakar fiqh, dan salah satu tokoh besar dalam sunnah Rasulullah SAW. Dan beliau ahli ibadah.

Kalau ada yg mengatakan kepada Imam Hammad engkau akan meninggal esok hari, maka beliau tidak mampu menambah amalnya lagi (Imam Hammad bingung mau ngapain lagi, beramal apalagi, semuanya udah dilakukan oleh beliau, subhanallah). Waktunya itu habis untuk ibadah, tasbih, takbir...

Sebenarnya banyak orang yg lebih banyak beribadah drpd beliau, tp tidak ada orang yg lebih istiqomah drpd beliau, tidak ada yg lebih kontinyu drpd beliau. Rutin dalam beribadah itu penting. Karena amalan yg paling Allah cintai adalah yg kontinyu, rutin, walaupun sedikit. Itu yg membuat Imam Hammad sukses dan beliau menjadi icon umat Islam pada zamannya. Bahkan Yahya mengatakan jika anda mengatakan kalau ada yg mencela Hammad bin Salamah, maka perlu dikatakan keislamannya. Beliau sebelum mengajar suatu hadits membaca 100 ayat Al Qur'an dulu.

Ibnu Abdul Barr mengatakan agama itu rutinitas adat kebiasaan. Karena kebaikan itu rutinitas. Orang yg sukses bukan orang yg membuat karya semata, bukan orang yg mendapatkan momentum, tp orang yg menghargai setiap inci kehidupannya, dan mengisi setiap inci tsb dengan ibadah dan amal shalih. Mereka paham bahwa setiap inci itu membentuk puzzle kehidupan mereka.

Barangsiapa yg hidup dalam suatu pola tertentu maka akan wafat dgn pola yg ia rutinkan tsb. Kita akan diwafatkan dalam kondisi rutinitas kita, sesuai pola yg kita bangun pd saat kita hidup.

Maka parameter baik atau buruk bukan pada kajian ini, tp bagaimana rutinitas kita dlm mengikuti kajian ini.

Tidak akan beranjak kaki seorang hamba sampai ia ditanya 4 perkara. Salah satunya tentang umur kita untuk apa dihabiskan.
Pertanyaan ttg umur adalah pertanyaan tentang waktu, setiap detik kehidupan kita, bagaimana kita mengamalkan setiap inci kehidupan kita. Kajian kita cuma pilot project aja. Kalo di masjid aja kita ga bisa jaga image, di rumah Allah aja kita nggak jaga perilaku, apalagi di rumah sendiri yg bebas sebebas-bebasnya? Itu kenapa para ulama menekankan adab.

Imam Abu Hanifah pernah mengatakan cerita2 nyata ttg para ulama dan kebaikan2 mereka lebih disukai dr banyaknya ilmu fiqh. Bukan berarti meremehkan ilmu fiqh ya, beliau adalah imamnya ilmu fiqh. Karena perilaku ulama adalah fiqh yg real yg nyata, contoh nyata penerapan fiqh di kehidupan sehari2.

Kualitas Islam kita dilihat dr rutinitas kita sehari2. Bukan sikap kita di majelis ilmu semata, bukan sikap kita di depan bos kita. Sikap kita menunjukkan mukminkah kita atau munafikkah kita.

Orang2 besar adalah orang yg memiliki identitas dan bangga dengan identitasnya. Identitas kita ditentukan dari bagaimana ibadah kita, bagaimana kita mengelola hati kita, bagaimana kita bersikap.

Hadits Ibnu Majah : Agama itu rutinitas

Orang itu secara fitrah nggak suka dengan maksiat, kalo mau melakukan maksiat itu maju mundur, tp godaan syaitan itu luar biasa.

1. Salah satu berkah nya ilmu adalah menyebutkan referensi siapa yg memberikan ilmu tsb kepada kita.

2. Saling memberikan masukan, tambahan informasi, adalah kultur dunia ilmu. Para penuntut ilmu itu saling menyayangi, saling memperbaiki, mendukung, memberi masukan, meluruskan dgn cara yg bijak. Karena semua ilmu bersumber pd Al Qur'an, dan Qur'an adalah kitaburrahmah (QS Yunus ayat 57) "Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman."

3. Yg menyampaikan ilmu belum tentu mengetahui semuanya. Buktinya Ustadz Nuzul dikoreksi oleh ustadz lain mengenai perkataan ibnu Barr yg ternyata juga hadits Ibnu Majah. Parameter orang baik bukan yg menguasai, tp yg kebaikannya mengalahkan keburukannya, dan orang yg buruk adalah orang yg kebaikannya dikalahkan keburukanya

Kalo kita mengisi kajian di suatu majelis ilmu, lalu ada pertanyaan yg tidak bisa dijawab, maka sesekali bacakan pertanyaan tsb jika kondisi memungkinkan lalu jawab saya tidak tahu jawabannya. Agar murid kita tahu bahwa gurunya tidak maksum, gurunya terbatas juga ilmunya, pesannya adalah guru mereka pun haus belajar seperti mereka, belum sampai titik maksimal. Dan seluruh faidah, siapapun yg menyampaikan, kita harus tawadhu pd kebenaran. Karena kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Dan tanggung jawab guru bukan hanya menyampaikan materi tp juga memberikan keteladanan.

Ali Imran 54
"Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya (makar). Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya (makar)."

Ketika kita belajar bukan karena Allah, maka kita pasti akan terkena batunya. Pasti. Orang yg makar itu di depan kita baik, tulus, tp di belakangnya ternyata semua dilakukan untuk kepentingan dia. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas perbuatan makar. Mereka diberikan kecerdasan tp tidak kebersihan hati. Mereka paham tp tidak mendapatkan hidayah dr Allah. Imam Adz Dzahabi mengatakan para kaum mu'tazilah itu contoh yg ilmunya tidak bermanfaat.

Riya itu syirik kecil dan secara umum lebih parah dr dosa besar lainnya. Munafiq dengan riya tidak bisa dipisahkan. Orang kafir itu masih fair play, terang2an. Tp pelaku riya itu bermain, dia punya kepentingan lain, dia berusaha bermakar kepada Allah, tampaknya shalih, tp di belakang punya kepentingan lain. Dan Allah akan balas. Kecuali kalau kita berubah, bertaubat.

Salah satu bukti keikhlasan kita adalah ilmu kita berbuah amal kita sehari2. Tugas kita adalah merutinkan iman, ibadah, adab dlm keluarga kita.

Ali Imran 191
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka."


Orang2 yg bertakwa merutinkan di setiap kondisinya mengingat Allah saat duduk, berdiri, dan berbaring. Dan juga merutinkan keluarganya untuk mengingat Allah. Mulai dr diri kita, lalu orang terdekat, lalu sekitaran. Jangan sampai Allah balikkan makar Allah ke diri kita sendiri.

Barangsiapa yg akhirat menjadi ambisinya, maka Allah akan berikan kemudahan pada urusannya, dan Allah akan memberikan kekayaan dalam hatinya. Karena kekayaan itu tentang rasa, bukan harta. Kekayaan itu bukan aset, tp jiwa. Dan dunia akan datang ke dia dlm kondisi hina.


Tanya Jawab

1) Bagaimana mengamalkan ilmu di majelis ilmu dlm kehidulan sehari2
Pertama2 kalo takut tidak bisa mengamalkan solusinya bukan jadi tidak datang ke majelis ilmu. Belajar dan mengamalkan adalah satu paket. Belajarlah secara bertahap, karena kalo belajar secara random, maka kerepotan mengamalkannya. Dan konten2 kajian tidak semata2 mudah diamalkan. Hatinya kita yg belum siap untuk mengamalkan. Al Qur'an aja diturunkan secara bertahap. Bukan langsung satu mushaf. Dan begitulah cara Allah memantapkan, mengokohkan hati Muhammad. Hati Nabi padahal udah dicuci. Karena hati nggak kuat. Robbana ma khalaqta hadza bathila. "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka". Polanya Allah dlm QS Fathir 43.

Bukan masalah konten, tp masalah timing kita kapan mempelajari sebuah ilmu. Bukan kajiannya yg salah, tp kitanya yg belum siap menerima pelajaran selanjutnya. Begitu hati kita kokoh, maka untuk mengamalkan itu mudah. Begitu para shahabat hatinya kokoh, ayat larangan khamr diamalkan dalam waktu kurang dr 1x24 jam. Bahkan yg minum khamr beberapa saat sebelum ayat tsb turun aja memuntahkan khamr yg mereka minum, bukannya bersyukur oh sempet minum sebelum dilarang...

2) Sunnah Nabi tuh kalo suami nggak mau bangun maka dicipratin wajah suami itu dengan air, bukan dibacain ayat kursi.

3) Karir atau mengurus keluarga? Tp suami inginnya bekerja agar mensupport perekonomian keluarga.

Poinnya adalah bagaimana memprioritaskan keluarga. Kalau ingin berkarir jangan sebatas mencari uang aja, hidup kita terlalu mahal untuk cari uang aja, tanpa ada suatu karya yg kita tinggalkan untuk amal jariyah. Dan pentingnya proses pranikah untuk menyamakan frekuensi. Kalo nggak menemukan persamaan yaudah nggak usah lanjut.

4) Balasan itu tergantung jenis perbuatan. "Ada dua pintu (amalan) yang disegerakan balasannya di dunia yaitu kedzaliman dan durhaka (pada orang tua)." (HR Hakim)

5) Diberi fasilitas dunia, bagaiman agar tetap bertaqwa?

Barangsiapa yg mengerti akan manusia, dia akan beristirahat. Maksudnya mayoritas pujian manusia tidak tepat sasaran, dan banyak yg berlebihan. Imam Ibnu Halim.

Al Anbiya 35
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami."

Dua2nya adalah ujian, Allah akan tanya nanti. Nggak ada alasan kita berbangga atas fasilitas dunia. Yg harus kita pikirkan adalah bagaimana kita menjawab pertanyaan Allah di akhirat kelak. Kuatkan dengan mentadabburi tauhid asma wa shifat.

Kajian Nurul Iman / 30.03.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Ngaji = Neraka ??

Kajian Nurul Iman
30.03.19
Ust. Nuzul Dzikri
Ngaji = Neraka ??
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)


Hikmah dr Allah Taala : tidak setiap orang diberikan kesempatan menuntut ilmu agama sejak usia muda. 

Intinya adalah militansi dalam menuntut ilmu. Ada upaya keikhlasan, ada semangat, ketawadhuan, kesitiqomahan. 

Belajarlah ilmu agama sebelum anda menjadi orang besar, sebelum tua, sebelum sukses, kata Umar bin Khattab. Lalu ditambahkan oleh Imam Bukhari : Dan begitu juga ketika anda sudah anda menjadi orang tua, setelah sukses, dan setelah menjadi orang besar. Karena kunci kebahagiaan adalah ilmu Allah.

Para shahabat Nabi pun banyak yg menuntut ilmu di usia yg sudah tidak muda lg. Ilmu yg berkah itu bukan hanya konten yg benar, tp prosesnya juga harus benar.

Barangsiapa yg fase awalnya dibakar oleh kerja keras, pengorbanan, keringat, maka fase akhirnya akan bersinar. Mulai dari nol, istiqomah, dan serius, dan akhirnya banyak orang yg dapat hidayah karena kerja keras tsb 

Semua orang beramal sesuai takdirnya, tp yg namanya surga firdaus itu butuh upaya, kerja keras. Surga itu dikelilingi hal hal yg nggak sesuai dengan keinginan kita...

Jangan curangi proses, karena proses tidak akan berubah. Dan anda tidak akan menemukan sunnatullah itu berubah, pola hidup, pattern.

QS Fathir 43
"Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri. Mereka hanyalah menunggu (berlakunya) ketentuan kepada orang-orang yang terdahulu. Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu."

Dan diantara pola hidup adalah yg tertera dlm QS Al Ankabut 69
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik."

Jihad di sini bukan yg artinya perang, karena ayat ini diturunkan sebelum ada syariat ttg berjihad perang, tp maksudnya berjihad adalah berjuang dan totalitas. 

Rasulullah aja jalan kaki dr Makkah ke Madinah untuk hijrah,
Rasulullah harus mengalami fase dicaci maki untuk dapat diterima ajarannya,
Masa iya kita santai2 minta surga...
Rasulullah pun juga menjalani pola Allah...

Ilmu itu diangkat dengan diwafatkannya ahli ilmu. Lalu sampai tidak ada lg orang yg berilmu, dan kemudian orang2 akan mencari dan mengangkat orang2 bodoh yg ditokohkan, lalu mereka saling sesat dan menyesatkan.

Kufur nikmat, dikasih Allah nikmat tp kita ga dimanfaatkan, maka Allah akan cabut nikmat tsb.

"Dari Nabi SAW, barangsiapa yg menuntut ilmu untuk selain Allah SWT, atau yg dia inginkan selain mengharapkan wajah Allah, maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka."

Sanad hadits ini lemah, ttp makna hadits ini didukung oleh dalil2 yg lain:

Nabi SAW bersabda di dlm hadits yg shahih diriwayatkan oleh abu Dawud
"Barangsiapa yg menuntut ilmu yg seharusnya diniatkan untuk mencari wajah Allah, dia tidak mempelajarinya kecuali karena ingin memperoleh dunia, dia tidak akan mencium bau surga di hari kiamat kelak."

"Sesungguhnya manusia yg disidang dan dieksekusi di neraka ada 3, salah satunya adalah seseorang yg mempelajari ilmu, dan mengajarkan dan membaca Al Qur'an, lalu Allah menjelaskan nikmat yg diberikan kepadanya di dunia, dan orang tsb mengakui semua nikmat Allah kepadanya. Lalu Allah bertanya untuk apa semua nikmat tsb? Orang tsb menjawab bhw semua itu dilakukan untuk mencari wajah Allah. Lalu Allah menjawab "engkau dusta. Sejatinya engkau belajar agar dinobatkan sebagai ulama, dan membaca Qur'an agar mendapat gelar qori, dan gelar itu telah engkau dapatkan. Lalu Allah panggil malaikat2nya untuk memasukkan orang tsb ke api neraka."

Yg bisa diambil pelajaran dr hadits ini adalah:

#1. Jaga keikhlasan.
Karena perkara menjaga keikhlasan ini nggak mudah. Kalo kita gagal, maka semua ini berakhir.

Hisyam mengatakan : demi Allah, saya tidak berani mengatakan bahwa sy pernah keluar sehari aja dlm rangka menuntut ilmu hadits dan ilmu agama semata2 mengharap wajah Allah.
Imam Adz Dzahabi ketika menukilkan perkataan Hisyam juga berkata "saya pun demikian"

Karena mereka mengerti dan paham hadits ini, kita peluangnya tuh besar banget jadi yg pertama dieksekusi masuk neraka.

Ikhlas itu perkara yg berat. Tp jangan juga gagal paham, habis ini resign dr kajian. Mendingan mabok, mending nyimeng drpd kajian.
Yg maksiat, yg nggak ngaji, emang mggak kena hadits ini, tp kena dalil yg lain. Solusinya adalah menjaga keikhlasan, bukan lari ke maksiat. Maksiat yg bikin kita ribet. Ilmu adalah kunci. Jangan terlena dengan prestasi

#2. Lihat bagaimana kebodohan orang2 yg tidak ikhlas. 

Jadi karena hidup mereka terbiasa bersandiwara, luar dalam beda, depan belakang beda. Mereka berkata manis dan menyembunyikan kedok mereka rapat2, kebiasaan ini terbawa hingga akhirat. Tricky. 

Barangsiapa yg hidup dalam sebuah pola/lifestyle, maka dia akan meninggal dgn pola tsb, dan dia akan dibangkitkan dengan pola tsb juga. Orang2 ini bahkan akan membohongi Allah. Al 'Alim berusaha dibohongi. Pada hakikatnya orang2 yg mencari pujian dlm beramal melakukan kebohongan publik. 

Tidak ikhlas di fase awal penuntut ilmu adalah sebuah pelajaran dan pengalaman juga. Imam Ad Daruquthni berkaya, dulu kita belajar bukan karena Allah, tp karena berkah ilmu, jujur dan memperbaiki diri, berkah ilmu akan mengarahkan kita.

#3. Ternyata orang2 yg pertama kali akan diaidang dan dieksekudi ke dalam api neraka adlah orang2 di dunia berkecimpung di dunia kebaikan.

Yg pertama adalah orang yg mati di medan jihad. Yg ketiga adalah orang yg suka bersedekah. Prestasinya diakui oleh manusia dan masyarakat. Maka respon Allah engkau dusta, engkau berjihad agar dikatakan pemberani. Bersedekah agar dikatakan dermawan oleh manusia. 

Barangsiapa yg mengetahui hakikat manusia, pujian manusia tidak ada artinya, hinaan manusia tidak ada artinya, maka dia yg akan nyaman dlm hidup. 

Imam Nawawi pd saat mendengar gelar yg diberikan yg diberikan manusia kepada beliau, maka beliau berkata
Gelar beliau "Muhyiddin" : penghidup agama. Seakan-akan Islam mati suri lalu dibangkitkan kembali karena karyanya. Udah kayak dapet nobel. Penghargaan luar biasa. Tp Imam Nawawi berkata "saya tidak akan halalkan dan akan tuntut sampai hari kiamat semua pihak yg memberikan gelar ini kepada saya"
Kenapa? Karena gelar ini PR besar, PR baru, lebih susah lg menjaga keikhlasan. Makin tinggi gelar seseorang, tantangan keikhlasan semakin berat.

Abu Hamid berkata, salah satu orang yg ikhlas adalah tidak suka dipuji, tidak suka diikuti dan dan tidak suka dielu-elukan.


#4. Saat kita belajar hadits ini, jangan gagal paham. 

Gunakan dalil seperti ini untuk mengevaluasi diri kita. Ketika kita membaca hadits Muslim atau Imam Ahmad orang2 munafik yg paling besar populasinya di zaman ini adalah para qori2nya, dalil ini kita tembakkan ke diri kita. Bukan kita gunakan untuk menyerang orang lain dan saudara kita, bukan untuk membidik teman atau sodara kita. 

Imam Malik berkata bahwa kita kalo belajar Qur'an dan Hadits adalah untuk diri saya sendiri, bukan untuk ditembakkan ke orang lain atau untuk dikomentari.

Apabila orang di fase awal belajarnya sudah pintar mencela orang, maka bagaimana dia bisa sukses di dunia ilmu?

Ingat kaedah : ke diri sendiri itu suudzon, tp ke orang lain husnudzon. Maksudnya jangan punya mental suka membela diri sendiri. Mencari pembenaran diri sendiri, jangan2 aku yg salah aku yg gagal paham,

An Najm 32 
"Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa"
Maka janganlah kalian merekomendasi diri kalian sendiri, menganggap suci diri kalian sendiri. 

Adapun untuk sodara kita, kita husnudzon, maka kasih 70 uzur kalo kata para ulama. Mungkin mereka dia punya alasan sendiri, mungkin dia udah baca dalil yg belum kita baca.

Al Hujurat 12 
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain."

Ternyata belajar bisa sama dengan neraka jika kita tidak ikhlas.


Sesi Tanya Jawab
#1
Apakah Allah ridha pada saya? Kadang sy ingin kembali ke masa lalu

Siapa yg bisa menghalangi anda dr taubat kepada Allah? 
Siapa yg bisa menghalangi ridha Allah yg diberikan pada anda?

Khalid bin walid, Abu sufyan, adalah orang yg paling bertanggungjawab atas meninggalnya 70 sahabat di Perang Uhud. Dosa2 yg anda lakukan mungkin tidak sebesar yg mereka lakukan, masa lalu anda yg kelam bisa jadi tidak sekelam masa lalu mereka beedua menghilangkan nyawa 70 sahabat Nabi. Tp mereka kemudian menjadi bagian dr sahabat Rasul. 

At Taubah 100
"Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah."

Jatuh istighfar taubat introspeksi diri bangkit jalan lagi.

#2
Mau belajar ilmu harus belajar adab dulu sebagaimana perkataan Ibnu Sirin : adab menyertai ilmu, perkataan Umar bin Khattab : beradab dulu sebelum berilmu, adab kepada Allah, adab kepada Rasul. Adab kepada Allah adalah tentang tauhid, tentang akidah.

Ibnu Umar mengajarkan, Nabi SAW mengajarkan iman dulu baru Al Qur'an, makrifatullah, membuat orang hatinya terpaut kepada Allah sehingga ketika mereka berinteraksi dgn Al Qur'an berarti mereka benar2 merasa Allah menyampaikan firmannya kepada mereka


#3
Protes 


#4 
Berbakti hanya karena perintah, bukan karena sayang, bolehkah?
Sisi humanis kita harus keluar. Sayangi yg ada di bumi nanti Dzat yg di langit akan menyayangi kalian.

Wanita yg dijamin masuk surga salah satunya adalah penyayang. Hadits An Nasai. Al Wadud. Mawaddah. Wanita yg sangat cinta kepada suaminya dan bisa mengekspresikan rasa cintanya kepada suaminya. Rasa cinta dan rasa sayang itu penting. Imam Ahmad bin Ibnu Halim mengatakan seluruh gerakan yg positif itu lahir dr rasa cinta, dalam bukunya berjudul Kaidah Cinta. Kaidah masalah cinta di sini adalah cinta dlm masalah akidah.

Yg jd masalah adalah kita berbuat baik sm ortu dlm posisi merespon mereka. Padahal yg diminta Allah bukan merespon. Karena kamu nggak perhatian maka aku berbakti karena pwrintah aja. Karena kamu begini maka aku begitu. Padahal harusnya nggak gitu. 

#5 
Wanita haid masuk masjid, khilaf klasik. Tp menurut ustadz boleh.

#6
Sering gelisah susah tidur, tenang ketika kajian, tp kalo pulang galau lagi. Harus bagaimana? Ditambahkan kajiannya khususnya di hari kerja. Galau dan gelisah salah satu faktornya adalah karena kebanyakan mikir kurang dzikir. Banyakin dzikir mikirnya dikurangin. Lo galau mikirin apa sih? Bukan lo galau dzikirin apa sih?
Alam semesta udah ada yg ngatur. Dan sehebat apapun anda mikir, sehebat apapun anda berkeinginan nggak akan terjadi kecuali di acc oleh Allah.

#6
Kesel kalo ibadah ketahuan.


Kalo bisa menyembunyikan ibadah, sembunyikan. Tp tawadhu lah di depan orang tua. 

Kajian Nurul Iman / 23.03.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Apa yang Kau Inginkan?

Kajian Nurul Iman
23.03.19
Ust. Nuzul Dzikri
Apa yang Kau Inginkan?
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)


Bulan Rajab adalah salah satu bulan haram yg istimewa, gunakan untuk bertaqarrub dan menghindarkan diri dari dosa.

Apakah semua yg berilmu mendapatkan keutamaan yg Allah janjikan dan Rasulullah sampaikan? Tidak. Hanya orang2 berilmu yg berusaha mengamalkan ilmunya yg mendapatkan keutamaan yg Allah janjikan.

Sesungguhnya semua keutamaan yg Allah sebutkan dlm Al Qur'an dan hadits Rasul tentang pencari ilmu adalah untuk orang2 yg berusaha mengamalkan ilmunya. Sifat mereka adalah : ketika mereka belajar mereka mengharapkan wajah Allah SWT, menjunjung tinggi keikhlasan, dan niat mereka untuk mendekat kepada Allah di surga-Nya yg menawarkan kenikmatan. Bukan orang2 yg duduk di majelis dgn niat yg buruk, niat yg salah, atau keinginan2 yg merusak, atau kepentingan duniawi dari kekuasaan, kedudukan, nama baik, biar dikenal dlm dunia keilmuan, atau keinginan yg bersifat material.

Al Maidah 109 :
"(Ingatlah) pada hari ketika Allah mengumpulkan para rasul, lalu Dia bertanya (kepada mereka), “Apa jawaban (kaummu) terhadap (seruan)mu?” Mereka (para rasul) menjawab, “Kami tidak tahu (tentang itu). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.”"

Allah menceritakan apa yg akan terjadi di hari kiamat, hari dimana Allah kumpulkan seluruh Rasul-Nya. Lalu Allah bertanya pada semua Rasul-rasul-Nya : apa respon jamaah terhadap kalian? Jawaban Rasul2 Allah, kami tidak tahu, karena Engkau Ya Allah, Dzat yg Mengetahui seluruh hal2 ghaib.

This. Ini adab dari para Rasul. Meskipun mereka tau persis jumlah pengikutnya, tp mereka nggak tahu siapa yg ikhlas, siapa yg mengamalkan ilmu yg didapatkan. Yg paling tahu respon secara dzohir dan batin jamaah2 mereka adalah Allah. Karena yg mencari kesalahan, yg kontra, yg punya misi khusus juga hadir di majelis mereka. Jumlah bukan parameter. Parameternya adalah keikhlasan dan seberapa istiqomah kita berjalan di atas sunnah Rasul. 

Barangsiapa mempelajari ilmu untuk mendebat orang2 bodoh, atau show off sebagai ulama, atau menarik perhatian manusia, maka Allah akan memasukkan dia ke dalam api neraka.

Poinnya adalah : sifat utama ahli ilmu yg dipuji oleh Allah, yg mengamalkan ilmunya adalah NIAT. Maka niat adalah hal pertama kali yg kita pastikan ketika masuk ke pintu masjid tempat kita menuntut ilmu, kata Abdullah bin Mubarak. Pastikan niat kita bener. Karena tujuan itu yg menentukan kita. Kendaraan ditentukan setelah kita menentukan tujuan.

Malik bin Dinar dalam kita Hilyatul Aulia mengatakan : 
Kalau saja ilmu ini anda pelajari karena Allah SWT, maka niat yg ikhlas itu akan terlihat dalam diri anda dan akan tercermin dalam amalan2 anda. Niat akan terlihat dari perilaku, akan tersingkap motivasi kita karena Allah atau bukan. Diamalkan atau tidak.

Yahya bin Abi Katsir : 
Kalian harus belajar tentang niat, karena ini penentu. Karena seringkali niat itu lebih dalam dr pahala itu sendiri. Menentukan banyak hal. Kalo niat kita untuk menghilangkan kebodohan, maka akan diamalkan. Kalau niat kita untuk mendekat pada Allah, maka akan bersungguh-sungguh, perbuatan kita tidak akan bisa berbohong, menghilangkan keangkuhan, kesombongan dlm diri agar bisa lebih mendekat pd Allah.

Al Imam Asy Syafi'i, sbgmn disampaikan oleh Imam Adz Dzahabi : 
Apabila anda khawatir akan timbul sikap ujub sombong pada diri kita, maka ingat2 lagi, ridha siapa yg anda cari selama ini, dan nikmat apa yg anda inginkan, nikmat dunia kah atau nikmat akhirat, dan dari hukuman dan siksa siapa yg anda takuti, dan barangsiapa yg selalu memikirkan hal2 di atas maka dia akan selalu menganggap kecil dan kerdil amalan2 mereka, dia akan bersemangat dalam beramal. Allah lihat kita di kajian ngapain, nyimak nggak, nyatet nggak, diamalin nggak, apa pantes kayak gini dapet surga... 

Penuntut ilmu yg rajin beramal, penuntut ilmu yg bisa mengejawantahkan ilmunya dlm kehidupan sehari2, itu yg membuat kita berubah. Ini yg dikatakan oleh Malik bin Dinar. Ilmu yg ikhlas tercermin dlm perilaku kita, kata yg kita pilih, dsb. Ketika di kajian dan di luar berbeda, maka ada masalah dlm diri kita. Niat yg salah termasuk syirik kecil. Dan dosa syirik lebih besar drpd zina, meskipun syirik kecil. 

Niat yg salah dlm menuntut ilmu :

1.Mencari ilmu untuk mendebat orang2 bodoh

Ilmu itu sejatinya adalah ujian kepada seorang hamba tentang keikhlasannya, tentang ketawadhuannya, tentang apakah ia menggunakan adab2 ilmu atau tidak. Ketika nama di atas awan tp menjaga hati tetap di tanah, itu nggak mudah. 

Debat yg menunjukkan bahwa dia tampak unggul, niatnya nggak bener, ini yg bahaya. 

Muhammad bin Nail Husain sifat jahil orang2 bodoh adalah berdebat (debat kusir), menang2an, memperlihatkan dia yg paling jago.

Hasan Abdul Basri : Kami nggak pernah melihat ada ahli fiqih yg hobi debat kusir. Debat kusir adalah karakter spesialis orang awam. 

Hadits Rasul yg diriwayatkan Imam Abu Dawud : aku jamin istana di surga barangsiapa yg meninggalkan debat kusir walaupun dia di posisi yg benar.

Debat memang ada dalam Al Qur'an, An Nahl 125, "ajaklah manusia ke jalan Rabb mu dengan hikmah, dan nasehat yg baik, dan debatlah mereka dengan debat terbaik". Niatnya harus mencari kebenaran, bukan menang2an. Bahasanya juga bagus, kata2nya harus baik.

Imam Syafi'i kalo debat tu nggak peduli mau kebenaran datang dr lisannya atau lawannya, tp yg penting pulang membawa kebenaran.

Bahkan ulama ada yg diludahi setelah berdebat, meski perkataannya benar, dan beliau hanya menanggapi dgn berkata "ludah ini suci dgn kesepakatan para ulama". Tanpa kemarahan, tanpa dendam, tanpa pembalasan. Gitu deh kalo ulama.

Ilmu itu bukan untuk diperdebatkan, kita belajar untuk diamalkan, mendekat pd Allah, menjadi orang baik, bukan menang2an debat.

Hasan Al Basri :
Seorang mukmin itu menyampaikan ilmu dengan santun, tidak dengan debat kusir, menyebarkan hikmah dr Allah. Kalo yg disampaikan diterima oleh lawan bicaranya, maka dia akan memuji Allah, bukan menyombongkan dirinya. Hamidallah. Dan kalo dalilnya dibantah, dan bantahannya nggak jelas, nggak ilmiah, norak, kekanak-kanakan, maka dia tetap memuji Allah. Hamidallah. Ngga marah. Itu mukmin. Karena ikhlas. Sekali lg jangan terjebak debat. Apalagi sama orang tua. Jangan ngeyel jawab terus jawab terus.

Imam al Auza'i : 
Kalo Allah ingin keburukan pada suatu kaum, maka Allah jadikan mereka senang berdebat kusir dan mereka nggak beramal. Dan sebaliknya jika Allah menginginkan kebaikan pada suatu kaum, maka Allah jadikan mereka senang beramal dan menjauhi debat kusir. 

Imam Syafi'i menambahkan : 
Karena debat kusir itu mengeraskan hati. Berbantah2an. Karena insting kita untuk tampil, cari panggung, nggak mau kalah, akan aktif secara otomatis ketika kita berdebat. Kita menang debat, tp hati kita rusak. Lama ngebenerinnya.

Imam Al Ghazali dlm kitab Haqiqatul Qaulain menambahkan : 
Di sisi lain lawan debat kita akan tertambahkan kengeyelannya dan kebodohannya dan makin menolak kebenaran. 

2.Berlagak seperti ulama

Nabi SAW mengatakan berambisi menjadi bagian dr para ulama untuk diakui bahwa dirinya alim, untuk show off, menyombongkan diri akan dimasukkan ke neraka.

Boleh bercita2 jd ulama, tp bukan untuk show off. Dan ulama sejati menghindarkan diri diberi label ulama. Karena ilmu adalah tanggung jawab, bukan magnet yg bisa menarik pujian orang sekitar kita.

Bahkan Syaikh Al Fauzan tidak ingin dikatakan demikian (disebut ulama). Disuruh menceritakan dirinya nggak mau, cuma formalitas aja. Karena niatnya nyari akhirat. 

Muhammad bin Wasi' berbicara tentang dirinya : adapun bapakmu ini, semoga Allah nggak memperbanyak orang kayak dia karena banyak dosa. Saking dia merendah hati.

3.Berusaha mengarahkan wajah manusia ke dirinya

Kita ditugaskan mengarahkan wajah manusia ke Rabb nya, bukan ke ustadznya. Parameternya bukan siapa yg memegang bendera, tp bagaimana bendera itu berkibar. 

Al Ankabut 49 :
"Sebenarnya, (Al-Qur'an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zhalim yang mengingkari ayat-ayat Kami."

Kalian jangan taklid buta pada seorang ulama. Karena tugas di dunia ilmu adalah mengarahkan manusia ke Rabb mereka, bukan ke person / kelompok tertentu. Karena dengan seperti itu keikhlasan teruji. Dan hanya kembali pd Allah ketenangan didapatkan. Arahkan orang ke Rabb nya, jangan arahkan ke kita. Kajian Sabtu malam ini juga mengarahkan manusia ke Rabb nya. Karena potensi fanatik murid ke guru itu besar. Menghormati dan memuliakan ahli ilmu itu wajib, tp fanatisme tidak.


Pertanyaan : 
Imam Ahmad bin Abdul Halim : ulama itu bukan orang yg sebatas tau ini betul dan ini tidak, tp ketika dihadapkan dgn 2 kebaikan dia bisa memilih yg lebih bau......

Selama masih manusia, hatinya masih berubah2 dgn izin Allah, manusia itu mengontrol hatinya. Organ tsb dinamakan qolbu karena ia masih sangat mudah terbolak-balik.








Kajian Nurul Iman / 16.03.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Yang Dipuji dan Disanjung

Kajian Nurul Iman
16.03.19
Ust. Nuzul Dzikri
Yang Dipuji dan Disanjung
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)



Merasa bodoh ketika belajar itu penting, merupakan sebuah ketaatan kepada Al Aliim...

Ulama adalah satu dr tiga pihak yg diberikan izin dan diberikan hak untuk membicarakan agama Allah, dan dimintakaan ampunan oleh ikan2 dan penduduk langit dan bumi. Dan kemampuan itu tidak diberikan pada orang2 yg pintar agama, tp kepada ulama yg berusaha mengamalkan ilmunya, yg berusaha mengisi kehidupannya dengan kebaikan demi kebaikan. Ini menunjukkan bahwa ilmu kalo kita pelajari tp nggak diamalkan, kita tidak akan mendapatkan keutamaan2 ilmu.

- Imam Syatibi :
Ilmu menjadi ibadah ketika niatnya untuk diamalkan. Kita akan selamat di hari kiamat ketika kita berhasil menjawab pertanyaan Allah di hadits Tirmidzi "Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya."

Pertanyaannya ga cuma satu, tp dua : apa yg telah ia amalkan dari ilmu yg dimilikinya. Intinya bukan banyak2an ikut kajian, tp ilmu dan amal berjalan paralel.

Salah seorang dr kita kalo udah hafal Al Baqarah dan Ali Imran, maka standarnya tinggi. Maksudnyaaa bukan cuma hafal tp juga sudah memahami tafsir Al Baqarah dan Ali Imran dan mengamalkan hukum2 yg di dalamnya juga.

Kalo ada orang ikut kajian 5x sehari, mungkin otaknya jago, tp hatinya kuat ga mengamalkan apa yg ia dapatkan, bagaimana ia mengejawantahkan ilmu yg dia dapat dlm kehidupan sehari-hari.

Contohnya simple : hadits tentang shalat rawatib 12 rakaat (hadits riwayat ummu habibah)
“Barangsiapa yang sholat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga“
Ummu Habibah mengatakan aku tidak pernah meninggalkan 12 rakaat ini semenjak aku mendengar hadits ini dari Rasulullah. Diamalkan terus without missing any days. Demikian pula shahabat2 yg mendengar ilmu (hadits) ini setelah Ummu Habibah (perawi2 hadits mengenai shalat rawatib ini). Ini yg membuat mereka menjadi generasi terbaik, mendapatkan ilmu, lalu segera mengamalkannya. Begitulah semangat generasi terbaik menuntut ilmu, bukan hanya mendapatkan ilmu tp juga mengamalkannya.

- Sahl Ibnu Abdillah :
lmu itu semuanya dunia, yg menjadi akhirat hanya yg kita amalkan. Sesuai dengan perkataan Imam Syatibi : ilmu itu menjadi ibadah ketika diamalkan. Tanya lagi ke diri kita, evaluasi diri kita, semua amalan kita ini untuk dunia atau akhirat kita? Kita yg paling tau diri kita sendiri. Ilmu dan amal bagaikan dua sisi mata uang. Pembuktiannua di amalan. Benarkah kita betaubat, berhijrah. Evaluasi amal kita : bener ga untuk akhirat, atau untuk dunia tp packagingnya akhirat.

- Imam Syafi'i :
Sesungguhnya barangsiapa yg mendapatkan ilmu ttg hukum Allah baik secara nash (tidak ada peluang untuk multitafsir) atau yg diketahui setelah proses pendalilan lalu Allah kasih taufik kepada dia untuk menypaukan dan mengamalkan maka itulah yg menang dengan segala keutamaan2 ilmu bagi agama dan dunianya.

Kalo dateng kajian tp ga diamalin maka nggak ada kesempatan. Ada ga azzam untuk mengamalkan yg didapatkan saat kita dateng kajian?

Kita tidak akan mendapatkan hikmah dan menjadi orang baik, menjadi semakin taat, tanpa mengamalkan ilmu. Kalo ingin semakin lama belajar, semakin taat dan tawadhu, serta berubah ke arah yg lebih baik : amalkan ilmu yg didapatkan. Hanya dengan mengamalkan ilmu yg didapatkan maka kita mendapatkan hikmah.

- Adz Dzahabi :
Barangsiapa menuntut ilmu untuk diamalkan maka ilmunya tsb akan menghancurkan keangkuhannya. Shg dia merasa kerdil kecil di hadapan Allah. Dia akan merasa nggak punya daya dan kekuatan kecuali kembali kepada Allah. Lalu dia sibuk mengurusi dosa2nya, menangisi dosa2nya.
Dan barangsiapa menuntut ilmu untuk sebuah kursi di majelis (sebatas jd ulama shg namanya harum, diakui sbg mufti, show off kecerdasannya, berbangga2, dipuji orang) dia akan melakukan sebuah kedunguan, perbuatan bodoh, dan hidupnya tidak stabil, tidak balance. Dan dia akan hancur dgn sifat ujubnya. Jd kalo orang ngajinya nggak diamalin, dia akan melakukan hal yg bodoh dan dungu.

- Hasan Al Basri :
Tujuan dan ambisi ulama ketika belajar adalah untuk menjaga ilmu Allah dengan cara diamalkan, biar ilmu itu tetap eksis di kehidupan nyata. Tp ambisinya orang2 bodoh sebatas menyampaikan riwayat. Sharing. Copy pasting. Yg penting kirim. Tp diamalkan mah enggak.

- Al Imam Abdullah bin Mu'tazz :
Ilmunya orang munafik di lisannya, dan ilmunya orang2 beriman di pengamalannya, penerapannya, aplikasinya, implementasinya.


Pertanyaan

1) Semua yg terjadi itu takdir. Termasuk menjadi istri kedua. Bagaimana adab menerima pinangan poligami?

- Bagi akhwat, perhatikan benar siapa yg maju. Pastikan yg maju mengerti fiqh poligami, bukan hanya siap berlaku adil, tp juga manajemen konflik dll. Dan benar2 punya karakter sebagai pemimpin sejati.

2) Dilarang orang tua mengaji.
- Kita kudu baik2in orang tua, doain orang tua. Hati itu sangaat mudah terbolak-balik.

3) Terkena bipolar, tp cenderung fase depresi drpd mania, terpikir ingin bunuh diri. Bolehkah diruqyah?

- Kuncinya kembali ke Ar Ra'd 28 "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram". Dzikir pd Allah bukan cuma di lisan tp selalu mengingat Allah di setiap keadaan. Minta diruqyah bukan solusi terbaik. Karena kalo kita minta diruqyah itu nggak dapet fast track masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.
Benahi diri sendiri, mendekat pd Allah. Pastikan ketergantungan kita ke Allah. Minta bimbingan profesional dan bantuan orang2 terdekat

4) Sakit, bolehkah minta didoakan oleh ustadz?
Salman Al Farisi pernah dimintai doa, lalu dia menjawab bahwa dia bukan Nabi yg doanya selalu diijabah. Tapi jika mendoakan orang lain, kita akan mendapat pahala juga, kita pun juga menyenangkan hati orang yg minta didoakan.

Nabi SAW mengajak kita berpikir out of the box, ketika beliau menjenguk seorang wanita yg sakit bernama Umul Allak. Bergembiralah Umul Allak, sakitnya seorang Muslim seperti api yg membakar kerak pada besi. Yg harus kita tangisi adalah kalo kita melakukan maksiat tp merasa aman, yg harus kita sesali adalah kalo kita banyak dosa. Jangan sampai situasi hati kita hanya down, ciut, karena sakit. Hidup itu seni melihat sesuatu. Untuk melihat kita butuh ilmu. Apalagi ketika mata hati kita sakit puluhan tahun. Banyak orang sehat yg lebih perlu dikasihani karena mereka nggak shalat, melakukan kesyirikan, dsb.

5) Bagaimana menyikapi teror di New Zealand?

An Naml 69-70
“Berjalanlah kamu di bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa. Dan janganlah engkau bersedih hati terhadap mereka, dan janganlah (dadamu) merasa sempit terhadap upaya tipu daya mereka.”

An Nisa 83
Masalah2 besar harus dikembalikan ke ulama2 senior.

An Nisa 93
“Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahanam. Ia kekal di dalamnya, Allah murka kepadanya, mengutukinya, serta menyediakan azab yang besar baginya.”

Tidak ada ancaman yg lebih banyak pada suatu ayat kecuali membunuh muslim di surat An Nisa : dimasukkan ke neraka Jahannam, kekal selamanya, dan Allah murka, Allah kutuk dia dan hidupnya penuh laknat dr Allah, dan Allah persiapkan untuk dia azab yg sangat parah dan berat. Padahal azab paling ringan adalah dipakaikan terompah dr neraka dan otak kita mendidih.
Jelas para teroris itu tidak mendapatkan apa yg mereka ingin dapatkan. Para korban meninggal di waktu dan tempat terbaik : hari Jumat, bada shalat, dan di masjid. Semoga Allah ampuni.

Marah karena Allah jelas, tp tetap harus terkontrol.

Kajian Nurul Iman / 23.02.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Pahala yang Terus Mengalir

Kajian Nurul Iman
23.02.19
Ust. Nuzul Dzikri
Pahala yang Terus Mengalir
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)



Qaf ayat 6 :
Hujan berarti berkah. Ngaji di hari yg diguyur hujan akan membuat kita mendapat keberkahan dr Allah, membuat ilmu yg kita dapatkan semakin berkah.

Fokus kita bukan mencari konten ilmu, tp mencari keberkahan ilmu, karena itu yg akan merubah hidup kita. Ibnul Qayyim berkata bhw berkah itu manfaat, manfaat itu berkah.

Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung ujian, tingkat kesukaran, semakin sulit semakin besar pahalanya. Penuntut ilmu melihat hujan sebagai peluang.

Orang-orang yg berakal senantiasa melihat perkara dari sudut pandang hakikatnya, dan tidak tertipu dengan dzohirnya. Hujan, dzohirnya adalah basah, macet, dingin, banjir, tp pada hakikatnya adalah keberkahan.

Al An'am 116 :
Apabila kita mengikuti mayoritas manusia, mereka akan menyesatkan kita dari jalan Allah.

Selalu berfikir jangan seperti mayoritas manusia, ikuti kata Yang Membuat Manusia.

Al Qasas 79 :
Qarun show off kekayaannya, memamerkan kemewahannya, banyak yg memuji kesuksesannya. Lalu ahli ilmu berkata pahala orang2 yg beriman dan beramal shalih lebih baik, lebih mewah, lebih afdhal bagi kita. Pahala dr Allah tidak terlihat secara dzohir.

Ath Thalaq ayat 2 & 3 :
Barangsiapa yg bertaqwa pada Allah akan mendapat jalan keluar yg tidak diduga dan mendapat rezeki dr arah yg tidak disangka-sangka.

Al Fajr 15-16 :
Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.”
Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinaku.”
"Sekali-kali tidak!" Kata Allah....

Dunia itu perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah. Bukan wanita yg cantik. Kalo wanita yg cantik berarti nggak sesuai hakikatnya. Orang bilang, cantik itu ketika nggak ada masalah, kalo ada masalah nggak ada cantik2nya.

------------

Menaati ahli ilmu hukumnya wajib tp bukan mempertuhankan mereka, bukan fanatik, diingatkan ketika salah.

Taat orang tua hukumnya wajib tp apabila bertentangan dgn syariat tidak wajib ditaati, taat kepada suami juga demikian.

Seperti Ibnul Qayyim dlm kitabnya Madarijusshalihin saat meluruskan kesalahan gurunya, beliau tidak menjelek-jelekkan gurunya, menasehatinya dengan elegan: "guruku ini adalah syaikhul islam, kami menyayanginya, tp kebenaran lebih kami cintai."

(Poin 1-4 sudah dibahas kajian minggu lalu)

5. Ilmu itu manfaatnya dan maslahatnya tetap mengalir pada pemilik ilmu tsb, adapun ibadah2 sunnah akan berakhir dengan wafatnya orang yg melakukan ibadah sunnah tsb. Ilmu, walaupun orangnya sudah wafat, tp pahalanya terus mengalir.

Yg dimaksud pahalanya terus mengalir yaitu dnegan cara diajarkan, didakwahkan, baik secara verbal maupun tulisan.

Belajar - amalkan - ajarkan

Tp semua harus proporsional, nggak habis datang kajian malam ini lalu besoknya kita buka pengajian juga. Minimal kita bisa ajarkan ke pasangan kita, ke anak-anak kita, ke cucu kita.

Goalnya simple aja, misalnya kita harus ajarkan La Ilaha Illallah ke anak kita.
Bayangkan kalo kita ajarkan kalimat tauhid pada anak kita, dalam 24 jam ilmu yg kita ajarkan diamalkan olehnya. Misalnya kita ajarkan anak kita Al Fatihah, bayangin kalo anak kita bener baca Al Fatihahnya dari kita, minimum 17 kali diamalkan oleh anak kita, diamalkan setiap hari. Anak kita shalat tahajjud, kita tidur, kita dapat pahala, karena Al Fatihahnya diajarkan oleh kita.

Jangan sampe kita sibuk di dunia dakwah, tp cuma dapet capeknya aja, nggak dapat ilmunya.

Apabila seorang anak adam meninggal, maka amalannya terputus kecuali 3 perkara. Salah satunya ilmu yg bermanfaat. Maka kita belajar ilmu dulu. Belajar adab dulu.

Belajar - amalkan - ajarkan
Maka pahalanya akan terus mengalir.

Sufyan Ats Tsauri: ilmu lebih tinggi dr harta, jd fitnahnya lebih besar. Kudu sabar.

At Tahrim ayat 6
"Jagalah dirimu dan keluargamu dr api neraka." Caranya dengan dididik, diajarin. Kalo nggak akan ditanya pertanggungjawabannya di akhirat. Setiap orang akan diminta pertanggungjawaban siapa yg mereka pimpin.

6. Karena dengan eksisnya ilmu berarti menghidupkan syariat, dan menjadi pilar-pilar agama. Selama ilmu itu ada, maka syari'at itu hidup, sekaligus menjadi filter.

Yg mengemban ilmu ini adalah orang-orang yg adilnya. Adil adalah baik agamanya dan muruahnya (pernah dibahas pd kajian bbrp waktu lalu). Tugas mereka adalah meluruskan, yg melampaui batas, yg bodoh. Ilmu itu amanat yg harus kita jaga bersama-sama.

Hati kita tidak boleh sesak jika kita dikritik atau dibantah orang saat kita melakukan kesalahan. Karena ilmu adalah amanat. Kita belajar dan saling berbagi ilmu agat agama Allah dan syariah Allah tetap eksis, maka jika kita bersalah harus diluruskan, agar ilmu tetap terjaga orisinalitasnya.

Bahkan ulama memandang sesaknya dada ketika dikritik ketika salah bukan merupakan akhlaq orang beriman. Sesaknya dada adalah bukti tertipu dgn ilmu dan kesombongan, keangkuhan, dan kedustaan. Walaupun yg mengkritik tidak punya adab atau kasar, kita lihat isi kritikannya, adapun yg mengkritik dgn tidak beradab adalah urusan dia dengan Allah.

Untuk bisa menguasai ilmu yg bermanfaat perlu perangkat, sebagaimana yg disampaikan oleh Syaikh Utsaimin:

1. Syaikhul Fattah
Guru yg mampu membuka pintu hati kita, sudut pandang kita, paradigma berpikir kita, cara kita melihat khususnya mata hati kita.
Contohnya, kalo dilihat secara dzohir siapa yg mau dikritik, tp kritik itu yg membangun kita. Ilmu yg kita dapatkan dr kajian 30 menit bisa jadi disiapkan oleh ustadznya seminggu lamanya. Beliau buka segala referensi.

2. Aklun Rajjah
Akal yg sehat, yg cerdas, yg mampu mentadabburi.

3. Kutubun Shihah
Kitab yg valid, yg benar. Imam Az Zuhri berkata, merupakan kehinaan apabila datang kajian nggak pake buku. Kajian butuh buku, karena buku itu yg menjadi guidance, yg membuktikan bahwa ilmu tsb benar merupakan warisan dr para ulama, menjadi referensi. Karena apabila data salah, sikap akan salah, jalan yg dipilih juga akan salah.

4. Mudawamatun wa Ilhah
Belajarnya kontinyu. Man nabata tsabat. Siapa yg komitmen dlm suatu majlis dia yg akan berkembang.
Dan ilhah: terus menerus datang.

*Tanya Jawab:*

1. Merasa sulit melaksanakan syariat padahal Islam adalah agama yg mudah

Islam adalah agama yg mudah, tp personnya yg susah. Berjalan itu mudah, tp orang yg sakit kaki susah.
- Kalo iman lagi sakit semua ibadah terasa susah.
- Rasa sulit yg terasa tidak ringan saat ibadah menjalankan syariat, itu relatif. Allah membebankan segala sesuatu sesuai kesanggupan.
- Rasa sulit yg tidak ringan sangat dipengaruhi oleh ilmu kita dan sudut pandang kita.
- Dan yg paling penting, semua tergantung taufik dan hidayah oleh Allah. Dan inilah hakikat kesulitan, agar kita merengek oadah Allah, pada Al Qowwiy, agar kita selalu dimudahkan.

2. Umroh atau nikah dulu?

Menggabungkan 2 dalil lebih disukai drpd memilik salah satunya. Nikah aja di Masjidil Haram... Tp kalo suruh milih, ini kan masalah budgeting, umroh dan nikah yg sederhana.

3. Ketiduran ga shalat ashar udah masuk maghrib. Shalat begitu bangun atau begitu ingat.

4. Jawaban istikharah saat akan menikah. Diberi kemudahan seperti restu orang tua, tp beberapa kali mimpi buruk ttg calon istri.

Kembali saat kita istikharah, doanya kan begini :
- Apabila perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku.
- Apabila perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku, maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan
- Takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya

Istikharah itu baru 1 perangkat, bukan seluruh perangkat. Seperti rizki, kalo dengan doa doang, dan berangkat keluar rumah berusaha, nggak akan terwujud.
Poinnya adalah jalankan, mimpi buruk bisa jadi nggak baca doa saat akan tidur.

Kajian Nurul Iman / 16.02.19 / Ust. Nuzul Dzikri / Pembagian Warisan

Kajian Nurul Iman
16.02.19
Ust. Nuzul Dzikri
Pembagian Warisan
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2)

So, kalo pas kajian ilmu Allah lalu ngobrol atau tidur, maka kudu dipertanyakan keimanan kita.

Ilmu agama lebih utama dari ibadah sunnah. Ada 6 faktor yg dijelaskan oleh para ulama:

1. Manfaat ilmu itu untuk yg punya ilmu dan manusia secara umum. Beda dgn ibadah sunnah yg manfaatnya hanya bagi pelakunya saja. Sedangkan ilmu ketika diajarkan kepada orang lain maka manfaatnya dirasakan pemilik dan orang yg diajarkan.

2. Ilmu itu yg akan menunjukkan ibadah, mengatur ibadah, guidance nya ibadah. Ilmu yg menjadi imamnya amal. Berilmu sebelum bicara dan beramal. Ibadah2 itu butuh kepada ilmu dan bergantung pada ilmu. Tp ilmu blm tentu tergantung pd amalan

Misal ada orang punya ilmu haji, tp dia blm mampu. Dia kalo mengajarkan ilmu yg dia punya ke orang lain, lalu orang lain itu pergi haji, dia berpahala. Ilmunya ttg haji juga nggak ada masalah. Tapiii orang ketika akan berhaji harga mati wajib punya ilmu berhaji.

3. Ulama adalah ahli waris para Nabi. Dan keutamaan ini tidak dimiliki oleh orang yg hanya mengandalkan ibadah saja.
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah memperoleh keberuntungan yang banyak.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Warisan Rasulullah adalah warisan terbaik, termahal, termewah. Dan ini adalah rizki yg sejati.

Banyak orang mengasosiasikan uang dengan rizki. Padahal uang itu tidak harus sama dengan rizki. Bisa jadi banyak uang tp rizkinya seret. Misal orang kaya tp sakit komplikasi jd ga bisa makan enak.

Dan rizki yg paling besar adalah disebutkan pada surat Ath Thalaq 11:
"....Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan kebajikan, niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya."

Hanya iman dan amal shalih yg mengantarkan kita ke surga, dan itu adalah rizki terbaik. Rizki terbaik butuh ilmu. Rasulullah adalah orang terbaik, maka warisannya adalah warisan terbaik pula. Kalo ingin dapat warisan terbaik, kita harus punya ilmu, lalu ilmu itu menjadikan kita beriman dan beramal shalih.

Para ulama dulu menggelontorkan dana yg besar demi ilmu agama. Al Imam Al Maqdisi, ayahnya menjual rumah agar anaknya bisa langsung belajar kepada Imam Malik.

Ketika ilmu adalah warisan para nabi, maka ilmu kita, silsilah dan mata rantainya harus sampai pada Rasulullah. Bukan sebatas pemikiran saja.

Apabila ada orang yg disampaikan adalah hasil pemikirannya sendiri, maka itu bukan ilmu, karena ilmu itu warisan maka harus bisa disebutkan mata rantainya hingga ke Rasulullah SAW. Bukan hasil usaha pemikiran. Inilah pentingnya kita mengkaji kitab para ulama. Ilmu yg akan mengubah dunia dan akhirat kita adalah ilmu yg diwariskan dari para Nabi dan Rasul.

Orang yang mendapat warisan Rasulullah adalah orang yg memiliki hubungan khusus dengan beliau. Butuh tenaga dan kerja keras agar menjadi orang yg memiliki hubungan khusus dengan Rasulullah. Walau mungkin banyak kendala, salah satu yg membuat bertahan adalah mendapat warisan dr Rasulullah SAW.

Salah satu penyesalan ahli neraka dlm surat Al Mulk ayat 10: "Kalau saja kami mau mendengar pada saat di dunia, atau kami mau berfikir tentang ayat-ayat Allah, tentang kebesaran Allah, maka kami tidak akan diazab di dlm neraka yg menyala-nyala..."

Warisan Nabi itu nggak didapatkan dengan mudah. Nggak semua sahabat diterima menjadi ring 1 nya Nabi Muhammad. Hanya orang2 tertentu yg mendampingi Nabi, seperti Abu Bakar, Umar, Ali....

4. Mentaati ahli ilmu wajib hukumnya bagi yg orang awam. Ini kaidah yg banyak dilupakan oleh orang-orang pada saat ini...
- Al Anbiya 7
"Dan Kami tidak mengutus (rasul-rasul) sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui."

- An Nisa 59
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
Salah satu tafsir Ulil Amri adalah ahli ilmu (ahli fiqh dan ulama) menurut tafsir Ibu Abbas, Al Mujahid, Al Atha' dlm Al Imam At Thabari
Abu al Aliyah mengaitkan tafsir An Nisa 59 dengan tafsir An Nisa 83.


Apakah taat pada ahli ilmu seperti taat pada Rasulullah?
Jawabannya ada di hadits:
"Tidak ada ketaatan apabila bertentangan dengan dalil"
Ini yg membedakan taat pada Allah dan rasul-nya yg bersifat mutlak dan taat pada ulil amri. Artinya orang awam wajib taat pada ahli ilmu, kecuali jika terbukti arahan atau fatwanya berseberangan dengan dalil, dengan perintah dan larangan Allah. Tp kalo ga ada buktinya atau malah selaras maka kita wajib taat. Bukan kita bantah dengan ego kita, atau dengan pemikiran kita.

Kalau saja semua orang mengetahui kaidah ini, banyak sekali masalah yg terpecahkan, karena yg ahlinya lah yg bicara. Akan ada kejelasan sikap, akan ada pengerucutan masalah, karena ulama ngerti ilmu, ngerti dalil, ngerti akhlaq.
Apabila orang2 awam diam dan tidak banyak bicara, maka permasalahan banyak yg terselesaikan.
Oleh karena itu menurut Syaikh Ali Hasan, orang awam itu tugasnya mencari ulama yg benar2 ulama, mencari ahli ilmu yg benar2 ahli ilmu. Kita akan aman kalo kita istiqomah di belakangnya. Bisa dipertanggungjawabkan nggak dia.

Ilmu itu agama, maka lihat secara selektif darimana anda mengambil ilmu agama.


QnA:

1. Masih bermaksiat meski datang ke majelis ilmu, jd tidak tenang dan takut dicabut rahmat dr Allah:

- Bersyukur pd Allah bahwa ketika merasakan hal ini maka sensor keimanan kita berfungsi.

“Setiap bani Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”.

Dosa punya pengaruh pada ketenangan, maka perbanyak istighfar, taubat, dan perbuatan baik.

"Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan iringilah sesuatu perbuatan dosa (kesalahan)  dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”

Kehilangan rasa dan ruh ilmu bisa jadi karena masih melakukan maksiat, atau bisa jadi kesalahan ada pada pematerinya. Kalo kayak gini hendaknya dijadikan evaluasi bagi diri sendiri.


2. Bertanya adalah ibadah, tp bani Israil dicela karena banyak bertanya, gimana tuh ustadz?

-Ulama mengklarifikasikan pertanyaan ada 2: 1) Mencari kebenaran, Ibnu Abbas ditanya bagaimana mendapatkan ilmu yg banyak dengan taufik Allah, lisan yg banyak bertanya dan hati yg banyak berfikir. Bertanya jd ibadah, menjalankan perintah Allah untuk bertanya pada ahli Ilmu.
2. Bertanya untuk ngeles dan ngulur2, cari2 celah, ini yg tercela. Atau bertanya untuk pamer atau bahkan menyerang ulamanya. Ini bertanya yg dicela sbgmn bani Israil.


3. Lupa sujud udah 2x apa baru 1x.
- Pilih angka paling kecil. Lalu sujud sahwi.


4. Suami istri beda madzhab gimana?
- Ketika suami memerankan perannya sebagai seorang imam, maka istri harus mengikuti madzhab suami. Kalo imam sudah memutuskan (dlm masalah ijtihadiyah) maka makmum ikut imam.

5. Shaf terlalu rapat sehingga gerakan shalat tidak sempurna

- Menjaga hal yg berkaitan dgn inti sebuah ibadah lebih diprioritaskan drpd faktor lainnya. Inti shalat adalah kekhusyuan, tumakninah, dan rukun shalat yg lain sejak takbir hingga salam. Adapun shaf adalah di luar takbir dan salam. Sebaik2 shaf bagi laki2 adalah di paling deoan, tapi ketika di shaf oertama itu anda ga bisa khusyu karena sebelahnya mungkin bau badan, anda boleh mundur ke shaf kedua demi menjaga kekhusyuan. Missed di tataran luar tp mendapatkan inti dr ibadah shalat yg dilakukan yaitu kekhusyuan.

6. Bagaimana caranya mengetahui kalo ilmunya benar?
- Pertama, Minta kepada Allah, berdoa agar dikasih ilmu yg benar dan bermanfaat

Kedua, orang awam pd dasarnya tidak punya perangkat dan referensi dlm menentukan apakah ilmu itu benar dr Rasulullah atau bukan. Maka kita pastikan guru kita benar, jangan sampe salah pilih guru, pastikan beliau punya kapasitas, pastikan beliau berjalan di jalan yg lurus, ambil dr yg istiqomah.

Salah satu tanda hari kiamat adalah ilmu itu diambil dr orang2 kecil. Maksudnya adalah 1) orang yg menyimpang (ahlul bid'ah), 2) orang yg tidak punya kapasitas, nggak semua orang bisa ngajar agama, nggak semua orang bisa jd guru, nggak semua orang

Ketiga, usahakan punya majelis ilmu dgn kitab, karena kitab itu menjaga orisinalitas, dan kalo ada kekeliruan, kitab itu akan membantu membenarkan.