Kajian Nurul Iman
09.02.19
Ust. Nuzul Dzikri
Ilmu > 1000 rakaat
Kajian Kitab Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adabi al-'Alim wa al-Muta'allim (Ibnu Jamaah)
Rasul bersabda: Dunia itu dilaknat, dan seluruh yg ada pun terlaknat. Terlaknat adalah dijauhkan dr rahmat Allah. Tp ada pengecualian bagi 4 golongan:
1. Mereka yg berdzikir meningat Allah SWT
2. Setiap aktivitas yg dicintai dan diridhai oleh Allah,
3. Ulama (ahli ilmu)
4. Orang yg belajar agama.
Ketika kita belajar kita seakan dibentengi dr laknat Allah, dilimpahi dengan rahmat. Karena banyak sekali orang yg terfitnah dgn hiruk pikuk dunia. Padahal kebahagiaan hanya bisa didapatkan dengan ilmu. Ini juga pembuktian kita berakal atau tidak.
Imam Ahmad berkata, orang berakal melihat hakikat, nilai, value sesuatu. Bukan sebatas melihat yg dzohir apalagi tertipu dgn yg dzohir dan kasat mata (tertipu dengan penampilan). Yg membuat bahagia adalah ilmu dan amal.
An Nahl 97
"Barangsiapa mengerjakan kebajikan (beramal shalih), baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (kebahagiaan) dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
Ali Imran 185
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya."
Yg membedakan mukmin dan munafiq adalah nilai, iman, dan batinnya.
Pada hari ini kita akan membahas perkataan Abu Dzar dan Abu Hurairah:
"Satu bab ilmu yg kami pelajari, lebih kami cintai dari 1000 rakaat shalat sunnah. Dan satu bab ilmu yg kami ajarkan, lalu diamalkan atau belum diamalkan, lebih kami cintai dari 100 rakaat shalat sunnah"
*Abu Dzar*
Ali bin Abi Thalib mengatakan, hari ini tidak ada orang lain yg cuek menghadapi celaan orang kafir thd orang muslim selain Abu Dzar. Bahkan Ali aja merasa kalah dr Abu Dzar dalam hal ini. Abu Dzar kalo udah berjalan di atas kebenaran, sangat tidak peduli dengan apa kata orang.
Al Maidah 54
"Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui."
Jangan pernah merasa dibutuhkan, jangan pernah merasa dibutuhkan oleh Allah dan agama Allah. Jangan pake diksi "kalo bukan kita siapa lagi". Banyak stoknya. Kalo anda ga ibadah, Allah akan ganti anda dgn yg lain, yg lebih loyal pd Allah, taat pd Allah. Yg hancur anda, yg berantakan kita.
Contohnya udah bukan malas ngaji, zina, minum minuman keras lagi, tp murtad! Keluar dr ajaran Islam. Akan diganti dgn Allah dgn mereka selalu rendah hati, mereka menunjukkan kemuliaan di hadapan, mereka yg berjuang di hadapan Allah, dan mereka nggak takut dicela orang2 yg mencela.
Ridhanya manusia itu cita2 yg mustahil. Cuek aja kalo dicela orang. Tp tetep santun, tetep beradab dan berakhlak baik, tetep amalkan surat Al Furqon 63.
"Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam,”"
Penuntut ilmu harus ingat perkataan Imam Waqi', harus jujur!
Abu Dzar pernah ada masalah dgn seseorang lalu adu mulut, dan mencela orang tsb, lalu diadukan kepada Rasulullah. Abu Dzar tetap jujur dan nggak ngeles di hadapan Rasul meski Rasul bilang sesungguhnya di dlm dirinya masih ada sifat2 dzalim
Jujur, nggak ngeles, no excuse adalah kunci.
Kita nggak maksum, yg maksum adalah konsepnya manhaj kita. Kita berusaha mengikuti dengan segala keterbatasan. Tp semoga yg penuh keterbatasan ini diterima oleh Allah SWT. Kejujuran akan membawa kita kepada kebaikan.
*Abu Hurairah*
Abu Hurairah mengatakan, "aku bersahabat dan berinteraksi dgn Rasulullah hanya selama 3 tahun".
Tp 5000-an hadits berhasil diriwayatkan olehnya. Kuncinya dia sangat bersemangat dan berhasrat untuk mendengar hadits.
Abu Nuaim bercerita, Nabi pernah mengatakan kepada Abu Hurairah, "wahai Abu Hurairah, kamu jangan meminta padaku harta rampasan perang sebagaima sahabat2ku minta kepadaku", jawab Abu Hurairah, "Tidak ya Rasulullah, yg aku minta padamu adalah tolong ajarkan ilmu yg Allah berikan pada dirimu kepadaku"
Kita boleh expert di ilmu2 lain, tp syaratnya:
Ilmu agama harus bagus, aqidah harus tau, tauhid harus kuat.
Nilai seseorang tergantung ilmu dan skill yg dia miliki. Namun perkataan ini ditambahkan oleh Imam Ahmad: Nilai seseorang itu tergantung apa yg dia kejar dan ia cita-citakan. Kita secerdas apapun, seberilmu bagaimanapun, kalo tujuannya duniawi aja ya nggak berkelas. Kalo tujuan kita Al Jabbar, Al Qowiy baru bernilai tinggi.
Ibnu Sa'ad mengatakan, Abu Hurairah setiap hari bertasbih 12.000 kali tasbih, beliau bertasbih sesuai dengan dosa2 beliau. Maka nggak heran bagaimana Allah mengangkat derajat beliau, udah orang miskin, kalah start dengan sahabat2 nabi yg lain, tp beliau menduduki peringkat pertama dlm meriwayatkan hadits Nabi SAW. Hubungan beliau dgn Allah itu sangat kuat.
Kita nggak boleh kalah, dzikir pagi, dzikir sore, dzikir ba'da shalat dirutinkan. Para salafushshalih selalu ingat Allah. Lha kita, tasbih sih tasbih, tp ga ada peresapan menyucikan Allah. Ingetnya makhluk terus, dzikir habis shalat aja disambi buka handphone. Astaghfirullah...
Orang tuh kalo udah berilmu, lalu berinteraksi dgn Al Qur'an dan Al Hadits, maka dia harusnya makin tawadhu.
Dan ikutilah perbuatan buruk itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan yg buruk. Bukan merasa ngaji makin merasa suci bersih dr kesalahan... Tp makin belajar makin menyingkap dosa2 kita dahulu, lalu merasa bersalah, lalu menyesali kesalahan, dan makin mendekat pd Allah, makin tawadhu pd Allah.
Abu Hurairah aja merasa diri banyak dosa. Kita tuh masih ada ego, pride, membela diri. Ulama dulu tu merasa diri kerdil, banyak dosa...
"Satu bab ilmu yg kami pelajari, lebih kami cintai dari 1000 rakaat shalat sunnah. Dan satu bab ilmu yg kami ajarkan, lalu diamalkan atau belum diamalkan, lebih kami cintai dari 100 rakaat shalat sunnah"
Pesan yg ingin disampaikan oleh Abu Hurairah dan Abu Dzar adalah : ilmu (ilmu agama) itu lebih tinggi daripada amalan2 yg hukumnya sunnah (kesimpulan dr Ibnul Qayyim).
Diantara dalil bhw ilmu lebih tinggi drpd amalah dzohir yg sunnah salah satunya yg dijelaskan oleh Al Hafidz Ibnu Rajab adalah ketika Allah SWT memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam. Bukan sebaliknya Nabi Adam yg disuruh sujud ke Malaikat, karena Nabi Adam diberi ilmu oleh Allah.
Al Baqarah 31, "Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”"
Adapun malaikat, aktivitasnya bersujud dan beribadah pd Allah tanpa jemu. Tp disuruh sujud pd Nabi Adam.
Al Anbiya 20, "Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang."
Tanpa bermaksud merendahkan ibadah sunnah, tp komparasi drpd amal shalih. Shalat dan haji sama2 wajib, tp shalat dicantumkan di rukun iman kedua dan haji kelima.
Ibnu Jamaah menjelaskan mengapa ilmu lebih tinggi drpd ibadah sunnah yg dzohir:
1. Manfaat ilmu itu untuk yg punya ilmu dan manusia secara umum. Adapun ibadah yg sunnah badaniah spt shalat dhuha, tahajud, puasa sunnah, manfaatnya sebatas yg mengerjakan ibadah itu saja. Sedangkan ilmu, manfaatnya tersebar dan meluas. Bayangin kalo ada ahli ilmu yg menjelaskan manfaat shalat dhuha kepada 5000 muridnya, lalu 5000 muridnya itu mengamalkan shalat dhuha. Pahalanya untuk ahli ilmu yg menjelaskan itu 5000x shalat dhuha... Hadits itu lebih mahal dr emas dan perak, maka badai ujiannya pun lebih berat dr emas dan perak. Belajar dulu, belajar adab juga sebelum belajar ilmu.
2. Karena ilmu lah yg menjadi panduan dan korekai bagi ibadah2 yg lain (guidance, petunjuk, pengoreksi) misal posisi sujud masih salah, tauhid masih ga sesuai, iman pd takdir masih blank, itu semua butuh ilmu untuk memandu mengoreksi.
Jelas ilmu itu harus dibarengi dengan pengamalan. Tapi beramal tanpa ilmu, pasti cacat amalnya apalagi ilmunya.
3. Dilanjutin minggu depan
*Pertanyaan*
1. Lihat siapa yg bicara (menjelaskan siapa yg bicara dahulu baru perkataannya apa) atau lihat apa yg dibicarakan jangan lihat siapa yg bicara.
* Kalo anda udah punya perangkat untuk menilai kebenaran, boleh. Mata rantai ilmu itu bagian dr agama. Ulama dulu bergitu ada fitnah, maka diminta untuk menyebutkan guru2nya.
2. Nikah dengan syarat berbaikat pd suatu kelompok dan bersyahadat ulang.
* Ga ada syaratnya, tp perlu dipertimbangkan lagi. Karena di syarat nikah nggak ada syarat tsb. Perlu dipikirkan juga ke depannya gimana karena nikah ga cuma menyatukan 2 insan, tp 2 keluarga besar. Sanggup nggak punya mertua kayak gitu. Istikharah dan dibicarakan ulang syarat tsb.
3. Keinginan kita banyak, pilihan di hadapan kita banyak, tp buatlah skala prioritas. Banyak doa Allahumma inni as'aluka ilman nafian.
4. Kata ustadz kan dunia terlaknat, sy iri dengki dendam dgn orang yg bisa memanfaatkan dunia untuk akhiratnya. Bisa tidak orang-orang sekarang melampauinya amal ibadah orang-orang terdahulu?
* Pada umumnya kita nggak bisa. Karena orang terdahulu apalagi generasi salafushshalih. Tp untuk 1 atau 2 person bisa melampaui. Keikhlasannya.
5. Semua bertahap. Kajian rutin istiqomah. Diamalin. Kalo udah bisa tambah kajian. Allah menciptakan sesuatu juga bertahap. Guru yg bisa mendidik dan mengarahkan dulu.
6. Membedakan syubhat dan mubah bagaimana?
* Syubhat adalah sesuatu yg rancu, zona abu2. Kotak ditengah-tengah halal dan haram.
* Syubhat bukan sebuah pandangan objektif, tp subjektif. Secara objektif tidak ada, kalo ga halal ya haram. Maka hadits ttg syubhat adalah setelah penjelasan halal dan haram. Yg halal dan haram itu jelas, tp karena 1) keterbatasan ilmu, 2) kurang maksimal belajarnya, atau 3) niat kita yg kurang ikhlas, maka bisa menimbulkan syubhat kata Syaikh Utsaimin.
* Syubhat itu relatif. Bisa jadi untuk kita syubhat tp orang yg lain tidak. Kalo kita merasa itu syubhat maka jangan dikerjakan. Walaupun bisa jadi secara objektif perkara tsb halal.
* Kita nanti di akhirat akan ditanya sesuai kadar ilmu kita masing2. Rasul bersabda, "Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya"
* Al Isra 36, "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."
* Kalo terbiasa mengerjakan perkara syubhat maka kita akan menggampangkan perkara haram.
"Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599)
7. Menggunakan ayat Qur'an untuk pengobatan?
* Boleh. Al Qur'an sebagai obat untuk menyembuhkan.
Bertanya itu ibadah, baik dijawab ustadznya atau tidak, maka bertanyalah.
No comments:
Post a Comment