Wednesday, October 6, 2010
Monday, May 10, 2010
penggalan surat cinta hari ini
Aku berharap hangatnya tetap kita rasa, membakar luar biasa semangat segunung mimpi...
Esok lusa, ketika kotamu hujan dan pelanginya tak sampai terlihat di kotaku
Aku berharap langit malam tetap menitipkan kabar senyuman lewat cahaya dan bentuk bulan sabit yang sama...
Kalau kehidupan adalah tentang kematian
Esok lusa, ketika kamu bertemu Tuhanmu
Esok lusa, ketika aku bertemu Tuhanku
Pada Tuhan yang sama, kita akan bersaksi sama...
Kita pernah sama-sama bahagia, menyayangi, dan saling memberi arti....
:)
Sunday, May 2, 2010
Berjuta Syukur Hari Ini
Kami diterima dengan baik oleh pengasuh di sana. Pengasuh menceritakan beberapa kondisi anak-anak yang tinggal di sana. Ada 28 anak dengan berbagai tingkatan ketunaan di sana. Tingkatan ketunaan ada tiga: mampu didik, mampu latih, dan mampu rawat. Keterangan selanjutnya bisa didapatkan di Eyang Google :D. 28 anak tadi diasuh oleh 8 pengasuuh. Jumlah yang sangat kurang ideal memang. (Kalo kata Bu Indati, jalan ke surga emang ga mudah..., kebanyakan Psikolog lebih milih kerja yang dapet duit banyak di area PIO, kalo Perkembangan sedikit peminatnya, tapi deket ke surga, hehe...)
28 anak dengan berbagai macam ketunaan. Ada yang hidrosefalus, ada yang gabungan tunadaksa-tunanetra-tunaru
Dan ketika kami dipersilakan berkeliling di sana, rasa haru terpaksa kami tahan kuat-kuat. Rasa syukur yang saya yakin membuncah di dalam dada kami masing-masing.
Ketika di depan kami ada anak berusia 2 tahun, dengan fisik yang masih seperti bayi, serta berkepala sangat besar sehingga otaknya tertekan dan menjadi tipis, membuatnya tidak bisa merespon apa-apa, sehingga makan-minum pun melalui selang, apa yang anda rasakan?
Ketika di depan kami ada perempuan berusia 18 tahun dengan usia mental 4 tahun 8 bulan, berwajah Mongoloid dan berkepala datar. Seorang anak laki-laki, tampan wajahnya, berkulit putih bersih, tapi hanya bisa berbaring tanpa daya karena tunadaksa, tunanetra, tunarungu dan tunawicara, serta mikrosefali. Bagaimana perasaan anda?
Dan masih banyak keadaan anak-anak di sana. Sungguh, jika bukan karena kuasa Allah....
Maka nikmat Tuhan-Mu manakah yang kamu dustakan?
Satu kata yang terngiang: SYUKUR.
Kita di sini masih bisa bergerak, melihat, mendengar, berbicara, beraktivitas, berpikir tentang ini itu, berusaha mewujudkan mimpi, dan banyak lagi. Mereka di sana, hanya bisa tergolek lemah dengan bantuan selang, dengan obat-obat yang mengontrol tubuh mereka. Maka bersyukurlah teman... alhamdulillah... :)
Thursday, March 18, 2010
Dream
Monday, March 15, 2010
Semesta Amanah
Pagi datang memberi amanah pada mentari untuk menyinari bumi
Senja pun tiba dan rembulan mengambil perannya menemani sang bintang menghiasi langit malam
Kesepian alam mengabarkan burung untuk berkicau bersama desiran angin
Dan...Ketika pagi datang (lagi), bulan pun menyerahkannya pada matahari
Saat senja tiba, mentari mengulur amal pada rembulan
Bila bau tanah semerbak menyeruak, hujan pun menyerahkan pada tunas dan kecambah untuk mekar
Keramaian alam tiba, saatnya sungai berbisik bersama riak
Begitulah semesta amanah, semua akan berganti peran, bila alam berganti suasana
Pagi kepada siang, senja kepada malam, hujan kepada panas, dan sepi kepada ramai
puisi ini judulnya "Semesta Amanah", entah siapa yang mengarang... Nemu di LPJ Departemen PSDM GC 7, baguuusss ^_^
Menghargai Hak Orang Lain: Sebuah Pelajaran dari Bapak Penjual Sarung Handphone
Saat itu saya berada di Stasiun Depok Baru, menunggu KRL yang akan membawa saya ke Stasiun Jakarta Kota. Saya tertarik dengan sarung handphone yang dijual di salah satu kios di dalamnya. Lalu saya pun bertanya harganya pada bapak penjual sarung tadi. Setelah sepakat dengan harga yang diberikan (Rp 7.000), saya pun membayarnya dengan uang Rp 20.000.
Karena saat itu mungkin saya terlalu excited dengan sarung hape yang baru saya beli, setelah mengucapkan terima kasih pada bapak itu, saya pun ngeloyor saja tanpa meminta kembalian uang saya. Eh ternyata bapak itu menyusul saya memberikan kembalian sejumlah Rp 13.000 sambil bicara,
"Neng, ngeloyor aja, ini kembaliannya Neng...".
Saya kaget dan bilang, "Oiya Pak, lupa... Wah makasih sekali ya, Pak. Semoga dagangan Bapak laris deh Pak.."
Si Bapak bilang, "Amin, iya Neng.. mana sekarang lagi seret..." dan bla bla bla bapak itu bercerita tentang kondisi perekonomiannya yang kurang beruntung.
Pembicaraan itu diakhiri dengan perkataan bapak itu: "Sekarang mah kalo jujur aja ga cukup Neng. Tadi di uang 13000 mungkin buat Eneng biasa aja, buat saya mah banyak, hampir tiga kali harga sarung hape yang dibeli Eneng. Kalo Eneng lupa ambil kembalian mah mungkin untung buat saya, tapi ada Allah yang Maha Melihat, Neng. Takutnya gak berkah. Di sana juga ada hak Eneng dapet kembalian dari saya. Sekarang mah belajar menghargai hak orang lain biar berkah rejekinya."
Wuih masya Allah... di jaman seperti ini Bapak itu masih memegang prinsip: Menghargai hak orang lain, ada Allah yang Maha Melihat. Bagaimana dengan kita???
Aku suka ...
- Aku senang bisa masuk Fakultas Psikologi UGM
- Aku senang sekali ketika mendapat surprise birthday party
- Aku bersyukur dilahirkan menjadi seorang perempuan
- Aku suka mandi dengan shower
- Aku suka cokelat
- Aku senang saat masakanku enak dan dihabiskan
- Aku suka sosis dan keju
- Aku suka sensasi saat jatuh cinta
- Aku bahagia saat berhasil membuat bolu kukus sendiri saat SMP dulu
- Aku merasa damai saat mengaji
- Aku suka berjalan di tepi pantai sambil melihat sunset
- Aku puas setelah berbelanja dan menawar barang
- Aku bersyukur internet ditemukan
- Aku senang degan anak kucing
- Aku suka teh, hangat maupun dingin
- Aku suka melihat bintang
- Aku suka berjalan di pegunungan dan melihat kabut
- Aku bahagia saat berkumpul dengan keluarga
- Aku senang saat bersepeda melewati jalan yang belum pernah kulalui sebelumnya
- Aku suka sensasi saat naik pesawat terbang
- dan masih banyak (juga akan bertambah lagi)
Friday, February 26, 2010
Bandung-Bogor-Depok-Bekasi (Part 1)
Friday, February 19, 2010
Thursday, February 18, 2010
Saturday, February 13, 2010
Sunday, February 7, 2010
Thursday, February 4, 2010
Wednesday, February 3, 2010
Tuesday, February 2, 2010
Monday, February 1, 2010
Sunday, January 31, 2010
Thursday, January 28, 2010
Jogja-Solo Persi Lain
-repost lagi dari milist Gama Cendekia, written by Rahmat Al Fathi- Huhu… Hari yang melelahkan ya… Eh, ampe lupa nyapa teman-teman sekalian… Assalamu’alaikuum… Pengen tau apa yang dikerjakan sebagian Executive Organizer-nya Gama Cendekia hari ini…?? Thursday, January 26th 2010 (ditulis langsung setelah nyampe di kost, hehe) Hari ini pada jalan-jalan lho… Ha…??? Enaq banget…??? (ya iyalah…) Koq cuma sebagian…??? (emang…) Yang lain pada kemana…?? (mau tau aja, hehe…) Jadi begini ceritanya, Senin 25 Januari 2010 itu ayahnya Alifah Hidayatunnisa, Sekretaris Umum GC VIII masuk RS karena hipertensi. RSnya di Solo. Nah, karena Para EO a.k.a PH GC IX mempunyai rasa solidaritas yang tinggi, timbullah inisiatif untuk menjenguk beliau. Hmm, beneran solidaritas kan…??? Hehe…, sebenarnya pengen jalan-jalan juga sih, terutama Presiden kita yang yaah… bisa dibilang agak-agak kuper lah. Hehe… Ada banyak banget yang menarik untuk diceritakan. Oo.. sebelumnya dijawab dulu ya, kenapa ga semua PH GC yang ikut… Jadi sebenarnya semua itu udah diajakin, PH GC IX, GC VIII semua diajakin, tapi pada ga bisa kebanyakan, apalagi kan emang dadakan ya. Akhirnya yang bisa cuma lima orang saja, yaitu presiden kita Kang Anggi Suranggi, Sekjend Teh Bella Marsella, Humas Neng Kiki Basuki (^^), Mang Selma … (apa ya panjangnya) sama Aa’ Mamat Surahmat. Janjian di setasiun Tugu pukul 09.30, tapi pagi-pagi Kang presiden udah bikin sport jantung. Kereta bakal berangkat pukul 10.05, tapi ampe pukul 10.00 kaga keliatan juga jempol kakinya. Beneran, jempol kakinya aja yang keliatan kita udah seneng banget, tapi harapan tak selalu sesuai kenyataan ya… Ditelepon kaga pernah diangkat. Sekalinya diangkat, eh suaranya berubah jadi cewe. Hehe, ternyata si penelepon saking paniknya nelepon Teh Bella yang jelas-jelas di depan matanya. (hm, lupa, siapa ya yang nelepon…). Dan begonya, Teh Bella juga ngangkat dan berhalo-halo… haha… Awalnya Kang presiden mau ditinggal aja, tapi karena masih pada baek hati, Presiden dibeliin tiket aja dulu, datang ga dateng ntar minta ganti. Kalo ga dateng duitya dobel. Jadi sebenarnya ngarep ga dateng sih, biar diganti dobel, hehe… tapi untungnya ( atau sayangnya) akhirnya pukul 10.03 keliatanlah sosok melambai (jangan salah paham lho) dari jauh Semua langsung teriak… “Itu ANGGI…!!!! Hm… jadilah, tepat beberapa detik setelah masuk gerbong, belum juga duduk, kereta berangkat. But, syukur deh… Di kereta yang berjudul Pramek kita duduk barengan, maksudnya A Rahmat sama Mang Selma, dan Teh Bella sama Neng Kiki. Presiden…???/ hehe, nasib terpaksa duduk sendiri dan terpisah, tapi masih adep-adepan sih… Di gerbong banyak kejadian unik terjadi. Pertama ngetawain Kang anggi dulu. Belum-belum udah ngeluarin buku bacaan. A Rahmat sih udah positif thingking, Presiden GC memberikan teladan yang baik. Tapi lewat sms Neng Kiki menyangkal, itu pasti hanya karena ga punya temen ngobrol (dan hal itu ternyata terbukti saat pulang) Teh Bella juga langsung terlibat obrolan akrab dengan ibu-ibu disampingnya. Biasalah, naluri ibu-ibu kalo udah ketemu teman sejawat, haha… Di setasiun berikutnya (tapi lupa dan ga tau persis namanya naik serombongan orang yang langsng duduk di antara kita berempat. Aa’ Rahmat langsng excited banget begitu tau yang duduk disebelahnya bule. Berbeda dengan Teh Bella yang nyampe turun ga sadar kalo disebelahnya itu ada tyuris-tyuris bulhe gichu. Ngeliat mereka poto-poto timbul sirik (without “y”) di diri teh Bella. Langsung dia minjem henpon rekannya yaitu Mang Selma yang punya kamera lumayan, soalnya punya teh Bella sendiri juga lumayan, tapi kalo yang dipinjem lumayan bagus, dia lumayan jelek hehe… Teh Bella langsung moto seisi kereta, mulai dari yang cukup penting sampe yang ga banget. Aa’ Mamat Surahmat juga pasang pose uhuy dan nyerempet-nyerempet mr Bule, katanya sih biar berasa naik kereta di luar negeri githu, bareng bule dibuktikan poto. Haha… Begitulah…. Setelah satu jam lebih kurang di kereta, kita-kita turun di setasiun Jebres Solo. Udah nyampe di Solo berarti satu masalah selesai. Tapi masalah yang lain muncul, yaitu ga ada yang tahu daerah Solo, apalagi RS tempat ayahnya Mbak Ifa dirawat ataupun rumah mereka., Private calling pun dilakukan sambil berjalan keluar setasiun. Sebenarnya di kereta tadi Teh Bella dah dapet gambaran dikit hasil obrolan dengan rekan barunya. Tapi biar lebih pasti, telepon lagi aja ah… Di luar setasiun kita ditawar para agent. Mulai dari agent sewa mobil ampe tukang becak (tapi koq ga ada taxi ya, jangan-jangan… haha…). Keberuntungan kembali datang. Tiba-tiba Teh Bella melihat kenalannya disana. Wawancara kembali berlangsung. Dari hasil interogasi, diketahui RS tidak terlalu jauh. Hasil nelepon Mbak Ifa juga beliaunya masih di rumah, tapi akan segera ke RS. Dari hasil tersebut disepakati untuk jalan kaki aja, disamping dekat juga biar samaan nyampenya di RS sama Mbak Ifa. Tapi alasan lain sih biar hemat juga. Akhir bulan Cuy… Jadinya ya jalan kaki. Disepanjang jalan masih da yang nawar juga. Ampe sopir angkot yang baik hati juga nawarin kita naik angkotnya saja, daripada kasihan kita harus jalan kaki 3 km gityu. Tapi para EO GC ini keukuh, tetap mau jalan kaki. Jadi kebaikan hati tersebut ditolak dengan halus. Jalan kaki tetap dilanjutkan. Ternyata eh ternyata, Allah masih merahmati semuanya. Mungkinm karena niat baik ingin menjenguk orang sakit, jarak ‘3km’ ditempuh hanya berasa 10 menit. Tapi emang 10 menit doang sih. Dan karena Mbak Ifanya belum nyampe, kita jajan-jajan dulu, ya sekedar pengganjal perutlah, sekalian beli oleh-oleh buat yang sakit. Pertama, kewajiban dan tujuan utama dulu, beli oleh-oleh buat yang sakit. Mungkin saking menjiwainya jadi EO lembaga pengkajian dan penelitian, semua dikaji dulu dengan matang. Oleh-oleh apa yang pas ya, makanan apa mainan (ha…???). iya mainan, soalnya ada yang ngusulin ngasih catur magnetik githu. Kalo makanan apa juga, buah apa yang kayak susu sama roti githu…??/ Dan akhirnya setelah perdebatan panjang yang ampe bikin customer carenya senyum-senyum ga jelas, semua sepakat untuk..., bawa aja deh semuanya, mulai dari buah ampe roti sama susu. Hehe… Abis itu keluar dari swalayan, nunggu Mbak Ifa yang belum datang juga. Eeh, langsung keliatan ada tukang jus buah. Kebetulan lagi pada aus gitu, langsung beli aja… Teh Bella, Kang Anggi sama Neng Kiki. Aa Mamat udah duluan nyeruput susu (sok sehat) dan Mang Selma lebih sehat lagi dengan air mineral. Habis minum bayar dong. Di sini keliatan lagi siapa yang punya otak cerdik (baca : agak licik). Pas Presiden udah mulai mau bayar, Teh Bella minumnya sengaja dilamain, sementara Neng Kiki ngeluarin duitnya lamaa pisan. Akhirnya, ya itu semua dibayarin presiden… huhu… Habis itu dzuhur dulu aja deh, apalagi yang ditunggu juga belum terlihat tanda-tanda kehadirannya. * * * Habis dzuhur alhamdulillah Mbak Ifa udah nyampe di RS DR.Oen (namanya aneh pisan). Kita langsung menuju ke rumah sakitnya. Pas nyampe di depan RSnya, semua melongo. Ini RS apa mall ya, koq isinya orang jualan dan toko-toko semua. Hehe..he… Lalu kita semua masuk, dan bertemu Mbak Ifa di dekat pintu, dan surprise…!!!! Mbak Ifa emang ga dikasih tau kalo kita datangnya rombongan, dikiranya hanya Teh Bella sama Neng Kiki doang, ga taunya ada yang ngawal. Sambil senyam-senyum ga jelas kita menuju ruang tempat Bapaknya mbak Ifa dirawat. Pintu kamar dibuka, yang berjenis kelamin perempuan masuk, baru yang lakinya nyusul. Di dalam abis salam-salaman pada bingung, teruatama cowonya, mau ngapain. Trus disuruh duduk. Ya udah biasalah, ngobrol-ngobrol. Belum juga lima menit duduk, udah ada tamu lagi. Oo… ternyata yang datang Oom sama Tantenya Mbak Ifa (bener ga ya… ^^). Yang cowo langsung berdiri, menyisakan bangku kosong pertanda kesopanan buat “yang lebih berhak”. Alhamdulillah masih punya sopan santun, hehe… Tapi yang dikasih penghoirmatan ga mau, ya udah Aa’ Mamat duduk lagi, beda sama Mang Selma yang kayaknya lebih betah berdiri. Iya, soalnya ga pernah duduk lagi ampe keluar ruangan padahal lamaan lho. Ga lama datang tamu (lagi…???). kali ini yang datang Mbahnya Mbak Ifa, tapi maaf, penulis ga tau itu ayah dari bapaknya atao Ibunya mbak Ifa, hehe… trus lagi-lagi salam-salaman. Ngobrol kemana-mana. Dan untuk kali ini mohon maaf banget, ga bisa diceritain, selain emang kebanyakan ga penting untuk dipublish, tapi yang lebih penting, PENULIS GA NGERTI YANG DIOMONGIN CUY…. Bahsa Jawa kabeh. Huhu… Nasib jadi pendatang di negeri orang… Ngomong-ngomong bahasa Jawa ada yang lucu. Jadi kan ceritanya Si Mbah duduk disebelah A Rahmat, jadilah diajakin ngobrol. Tapi kata pertama yang ditanyain si Aa’ langsung bengong aje, kaga ngarti nanya apaan…?? Hehe… Oh, ternyata ditanya asal daerah, ya udah dijawab dari Padang (West Sumatera dink). Abis itu giliran Kang Anggi yang ditanya, eh Padang juga, hehe. Koq samaan ya… Haha… Singkat vcerita ini udah pada mau pulang. Sebenarnya belum niat pulang sih, presiden ngotot ngajakin ke Pasar klewer. Kasian sih sama Presiden, terungkap, ternyata 2 taon lebih di Jogja belum pernah kemana-mana, apalagi Solo yang luar Kota Jogja. Jalan di Jogja juga taunya Jakal doank, jalan dari kost sama asramanya ampe kampus, udah itu doank. Ke Prambanan juga kalo ga diajakin teman-teman di lembaga sebelmnya juga kayaknya ga bakalan nyampe deh, hua…hua… Waktu udah menunjukkan 13.30. ada beberapa alternative waktu pulang, kereta paling cepat jam 14.30, trus ada lagi yang jam 4 sama 5 sore. Presiden ngusulin yang sorean aja, biar bisa ke Klewer dulu. Tapi yang lain nolak, ya udah jam 3 ato jam 4. Trus ngapain dulu sembari nungguin…? Ada banyak alternative, tapi intinya sama, tempat makan siang. Ada yang usul ke tempat makan yang terkenal, ada yang ngusul makan di temapt biasa, ada yang ngusul ke tempat makan apa aja asal di Pasar Klewer (tau deh siapa) dan ada yang ngusulin ke rumah Mbak Ifa.. Usul terakhir ditampung, tapi langsung dipatahin sama pemilik rumah. Yang bilang rumah jauhlah, yang bilang harus di RS lah, padahal… Haha… (Piss mbak Ifa) Akhirnya kita balik lagi ke setasiun, jalan kaki lagi. Jalan ngomong-ngomong, eh keliatan deh warung bakso. Semua bertatapan dan langsung sepakat, makan bakso aja. Ya udah pesen bakso. Makan bakso sambil ngobrol ga jelas. Dan hasilnya jelas satu, ketauan yang makan paling lama (haha). Itu juga diselesein karena udah jam setengah tiga, padahal kan mau ngejar kereta jam setengah tigaan… WUAA………..!!!!!!!! Sekarang jalannya pada terburu-buru. Nyebrang jalan juga, sampe Mang Selma juga ketinggalan. Yang lain dah pada nyebrang Mang Selma masih di seberang. Di jalan belakang setasiun keliatan jalan kecil ke setasiunnya. Awalnya ada yang ngusul buat lewat sana aja, tapi Alhamdulillah ditolak. Liat jam makin mepet, akhirnya lari-larian. Takut harus nunggu mpe jam 4, kan lama cuy. Sambil lari ngitung modal sama pemegang saham. Tapi karena ngejar kereta lebih penting, masalah itu ditunda dulu buat diomongin di kereta. Di setasiun, kereta udah suit…suit… aja mau berangkat . Teh Bella langsung ngantri pesen tiket keretanya. Tapi lamaa pisan (atau rasanya lama) soalnya keburu berangkat keretanya. Pas udah giliran kita, yang lain kecuali Teh Bella disruh naik dulu. Teh Bella panic, untunglah masih ada A Rahmat (hehe) yang baik hati menggantikan supaya teh Bella duluan. Stelah nungguin Mas-mas pejual tiketnya ngeprint 5 tiket (ga efektif banget sih, masing-masing harus satu) akhirnya tiket selesai di print. Tapi pas mau ngasih, Masnya celingukan, “lha Mbaknya yang tadi mana…???” “Aduh Mas, Mbaknya udah bertransformasi jadi urang teh” pengen rasanya teriak githu. Tapi untung yanmgh keluar “ udah duluan Mas, saya temennya “ Akhirnya…. Tepat pas semua udah naik kereta jalan, Fuiih… Ga pergi ga pulang, SPORT JANTUNG Uy… Di kereta Alhamdulillah masih banyak yang kosongnya. Kita duduk di pojokan, adep-adepan. Jadi bisa ngobrol sekalian. Dan ternyata yang tadi dibilangin Neng Kiki bener banget, Kang President baca buku karena ga ada temen gobrol, buktinya, selama perjalanan pulang ga pernah ngeliat tu bacaan, huhu… Di perjalanan pulang masih banyak yang menarik juga. Ada cerita Neng kiki yang sare selama perjalanan, Neng Bella yang jadi pahlawan dengan memberikan bangku kepada ibu-ibu setengah baya. MAs-mas yang sok akran sama semua orang sampe adik batita yang lucu bangeeet…. Juga kenyataan A Rahmat baru tahu kalo Pramek itu singkatan dari Prambanan Ekspres, haha… ( hayo ngaku siapa yang juga baru tahu ) Dan akhirnmya, nyampe lah dengan selamat di setasiun tugu. Turun-turun barulah masalah tadi dibahas lagi, yaitu pembagian harta warisan dan pelunasan hutang piutang, karena gagl dibahas di kereta. Gimana mau bahas kalo Neng kiki yang ngusulin udah molor duluanm. Hehe… Awalnya sepakat mau shalat bareng, tapi karena Aa’ Rahmat ga bawa helm jadi ga bisa bareng, ya udah. Pojokan luar tempat mangkal Mang Becak jadi saksi perhitungan yang ga kelar mpe akhir. Akhirnya ya itu, sedikit kerelaan diharapkan dari semuanya. Begitulah laporan pandangan mata terhadap perjalanan sebagian pucuk pimpinan Gama Cendekia. Udah nemu apa itu GC sebenarnya. Kalo saya teteeep… Ga Cetho… Uupppsss……. Regards, Mamat Surahmat |
Wednesday, January 27, 2010
Tuesday, January 26, 2010
Antara Solo dan Jogjakarta
Antara Solo dan Jogjakarta
-repost tulisan Kiki dari milist Gama Cendekia-
Ini adalah sekelumit kisah perjalana PH GC IX menuju Solo, untuk membesuk orang tua salah seorang PH GC VIII yang terkena serangan darah tinggi....(semoga lekas sembuh^^)
Antara Solo dan Jogjakarta…
Ketika kami berlima akhirnya memutuskan berangkat ke Solo, menuju Rumah Sakit Dr. Oen. Mengunjungi ayah Ifa yang saat itu terkapar di RS karena serangan darah tingggi (gara2 kebanyakan makan duren. Hehe)
Antara Solo dan Jogjakarta
Saat itu QQ dan Bella tiba di Stasiun Tugu dan tidak menemukan satupun orang yang kami kenal. Menunggu satu demi satu manusia2 yang sudah bersepakat untuk berangkat ke Solo….
Antara Solo dan Jogjakarta
Selma dan Rahmat akhirnya datang juga….namun kami masih dilanda kebingungan dan kegundahan gara2 orang nomor satu di GC tak jua menunjukkan batang hidungnya…
Antara Solo dan Jogjakarta
Karcis sudah dibeli, kereta sudah siap berlari. Tapi masih dengan masalah yang sama, sang Presiden masih enggan menampakkan diri. Sms, telpon, mondar-mandir, melongok kereta sambil berharap masinisnya pengen ke kamar mandi supaya keberangkatan kereta tertunda meski hanya 5 menit…. Rasanya kami semua tinggal selangkah lagi berada di kereta, namun kaki ini tertahan oleh satu nama yang saat itu sangat meresahkan. Sang Presiden… M. Zia Anggiawan… tak segera datang, tak bisa dihubungi, tak membalas sms. Hanya berharap kereta masih sabar menuggu kami barang sejenak.
Antara Solo dan Jogjakarta
Teng….teng….teng… teng….
"Kereta Api Prambanan Ekspres tujuan Lempuyangan-Maguwo-Purwosari-SoloBalapan-Jebres akan segera diberangkatkan dari jalur 3, penumpang harap mempersiapkan diri. "
Semakin cemas saja kami, namun….
Saat itu terlihat sesosok manusia berkemeja putih, bercelana hitam lari tergopoh2 menuju pintu stasiun. Seolah berusaha mencapai pintu stasiun dalm tempo sesingkat2nya.
"ANGGI DATENG….!!!!! !!!!!"
Teriakan itu serentak keluar dari bibir QQ, Bella, Rahmat, dan Selma…..
Huffh…. lega rasanya, namun kereta sudah ambil kuda2, siap melarikan dirinya meninggalkan Stasiun Tugu. Kami berempat seperti rombongan pelari estafet yang bersiap menangkap tongkat estafet dari presiden. Akhirnya presiden sampai juga, satu demi satu berlari menuju pintu kereta…. Hufh…..akhirnya kami selamat. Belum sempat kami duduk, kereta sudah melaju meninggalkan stasiun Tugu. Omelan satu persatu tertuju kepada sang Presiden, tapi dasar Presiden, bukannya merasa bersalah, tapi malah cengar-cengir gak jelas….. (piss Nggi…hehe)
Antara Solo dan Jogjakarta….
Perjalanan kami nikmati dengan cara sendiri2. Sang Presiden sibuk berdialog dengan bukunya (a.k.a baca), Sedangkan yang lain ada yang ngobrol, ngeliat2 pemandangan (kayak iklan Ponds gitu deh….), ada juga yg poto2 (siapa hayo?????)
Antara Solo dan Jogjakarta
Tibalah kami di stasiun Jebres. Lega sekali rasanya, akhirnya sampai juga pada tempat yg dituju. Namun belum selesai, kami harus menempuh perjalanan kembali menuju RS yang dimaksud. Dengan bekal nasihat dari Ifa "Ki, nanti kalo nyampe sana naek becak aja, kalo nawar separuh harga, pokoknya maksimal 8 ribu. Atau kalo mau jalan juga gapapa. Jaraknya sama kayak Psikologi ke Mardliyah" Kami pun memutuskan untuk berjalan saja, toh juga tidak terlalu jauh, yang ada di pikiran kami saat itu hanya satu: "Psikologi ke Mardliyah itu deket!!!", kami mendoktrin pikiran kami dengan kata2 itu….hehe….
Selama perjalanan, banyak sekali tukang becak, supir mobil carteran, sampe angkot yang menawarkan jasanya pada kami. Tapi tiada satupun yang kami terima, karena dalam bayangan kami, Psikologi ke Mardliyah itu deket. Sampai pada akhirnya kami menemukan plang bertuliskan "RUMAH SAKIT DR. OEN KANDANG SAPI",
"Udah mau nyampe……!!!!"
Namun ternyata setelah mendekat, kami sadar kalo ternyata plang itu hanya penunjuk jalan, rumah sakitnya masih jauh……yaelah…..ternyata… .
Antara Solo dan Jogjakarta…
Kami melanjutkan perjalanan kami, di tengah jalan kami mampir ke sebuah mini market untuk membeli oleh2 buat ayah Ifa. Setelah keluar, kami istirahat sejenak di warung jus, QQ, Bella, dan Pressy beli satu gelas jus, sedangkan Rahmat beli sekotak susu segar, dan Selma dengan sahajanya, hanya membeli sebotol air mineral. Setelah satu gelas jus berhasil mengobati dahaga kami, Bella bilang: "Ki', bayarin dulu ya…."
Saat itu QQ sudah siap mengeluarkan 10ribuan dari dompet, namun tiba2 Sang Pressy bilang ke penjualnya: "Semuanya berapa mbak?" Serentak QQ dan Bella cuman cengar-cengir sambil banyak2 bersyukur dalam hati karena gak perlu mengeluarkan rupiah dari dompetnya (hehe….). Dan si Rahmat dengan irinya bilang gini: "QQ tu sengaja ngelama2in negluarin duit dari dompet, biar dibayarin. Kalo Bella pura2 smsan. Iya kan????" Rahmat emang seenaknya aja ngomong, padahal yang dikataannya itu tidak 100% salah (hahaha)
Antara Solo dan Jogjakarta
Perjalanan masih berlanjut, namun adzan sudah berkumandang. Dan kami memutuskan untuk menjawab panggilanNya terlebih dahulu, baru melanjutkan perjalanan. Setelah selesai Sholat, kami melanjutkan perjalanan lagi. Tibalah kami di RS yang dimaksud, tak lama kami menunggu, Ifa muncul dengan gayanya yang tidak berbeda. Hanya saja saat itu dia agak kaget karena bukan hanya QQ dan Bella yang datang, tapi juga Rahmat, Selma, dan Pressy…
Antara Solo dan Jogjakarta
Subhanallah, ternyata tujuan kami tercapai. Kami segera menemui kedua orang tua Ifa dan ngobrol2 sedikit. Saat itu kami sadar kaloada 2 orang yang dilanda gejala roaming akut, sebut saja Pressy dan Rahmat. Apalagi si Rahmat, Nampak bingung2 gimana gitu… saat diajak ngobrol sama kakeknya Ifa. Dia cuman cengar-cengir sambil bilang "iya-iya" doang….. (piss Mat :P)
Antara Solo dan Jogjakarta…
Masih jam 1 lebih sedikit, namun kereta ke Jogja baru ada jam 14.30. Saat itu sempat terlontar sebuah ide (yang agak aneh) dari Pressy, Sang Pressy mengajak kami ke Pasar Klewer. Dan dengan serentak kami menjawab: "NGAPAIN???????"
"Ya,,,pengen tau aja….", kata Pressy membela diri…..
Antara Solo dan Jogjakarta
Kami memutuskan untuk tidak jadi ke Klewer, karena Presiden kalah suara (haha…). Dan menunggu waktu di RS sambil ngobrol dengan Ifa. Menjelang jam 2 siang, kami memutuskan untuk segera meninggalkan RS, setelah pamit pada orang tua Ifa, kami pun melanjutkan perjalanan pulang, dengan diantar Ifa sampai depan pintu RS.
Perjalan pulang terasa panas dan membuat laper. Sepajang perjalanan kami berempat tak henti mengintimidasi presiden supaya mau mentraktir kami sepiring makanan. Jebol juga pertahanan Pressy, ketika sampai di depan warung bakso, Pressy menawari kami untuk makan bakso, minimal mengganjal lapar di perut.
Tapi, saat itu nurani kami mulai terketuk. Ketidaktegaan melihat Presiden yang juga sama2 mahasiswa, membuat kami batal menuntut hak ke Presiden. Dan dengan kesadaran sepenuh hati, kami mengeluarkan uang dari dompet masing2…. Padahal, Presiden sudah menembus batas keikhlasan, dan mencegah kami bayar, tapi saking baik dan lembutnya hati kami berempat, kami tetap memilih untuk bayar sendiri2 (heee….)
Antara Solo dan Jogjakarta
Saat selesai makan, kami menyadari kalau waktu sudah menuju jam 14.30, artinya kami terancam ketinggalan kereta (lagi). Larilah kami berlima menuju stasiun, di tengah jalan Presiden menawarkan alternative yang tidak masuk akal, yaitu memilih untuk memotong jalan. Untung saja saat itu itu Selma mengingatkan kami untuk berjalan sesuai prosedur. Coba kalo kita ikut pilihannya Presiden, yang ada bukannya kita naek kereta, tapi kita cuman bisa ngeliat kereta berjalan meninggalkan kita….
Antara Solo dan Jogjakarta
Kesalahan saat berangkat terjadi kembali. Namun ketika pulang jauh lebih parah. Kalo pas berangkat yang telat cuman Presiden, nah kalo pas pulang semua harus ngos2an ngejar kereta. Saat Bella di depan loket karcis, kereta sudah siap berangkat. Dan dengan polosnya, Selma, QQ, dan lari2 nyariin masinis, berharap masinis mau nungguin kami (lagi). Berhubung kami sadar kalo usaha kami sia2, akhirnya Pressy memanggil Bella dan memintanya naik duluan, urusan karcis biar diurus sama Rahmat. Benar saja, kami berempat sudah siap naik, tapi Rahmat masih di depan loket karcis. Si petugas loket masih mencari2 Bella dan tidak percaya pada Rahmat yang menjelaskan dengan sepenuh hati sambil tanggannya berusaha meraup karcis dari tangan petugas. Si petugas dengan polosnya nyariin Bella: "Mbaknya tadi mana???"
"saya temennya mas, mbaknya udah neak duluan" begitu kata Rahmat
Karena keretanya dah mulai melangkah, si petugas akhirnya memberikan 5 karcis tersebut kepada Rahmat. Dan walaupun sangat penuh perjuangan, kami tidak perlu ketinggalan kereta untuk kedua kalinya….^^v
Antara Solo dan Jogjakarta….
Perjalanan pulang terasa damai dan menenangkan. Karena kami tak perlu khawatir ketinggalan kereta lagi…..Saking nyamannya, Saya sampe terlelap dan tidak menyadari hirukpikuk di dalam kereta. Ketika sampai di Stasiun Lempuyangan, saya sadar, meskipun agak2 pusing gara2 gak nyaman ngeletakin kepala pas tidur di kereta. Satu stasiun lagi, dan perjalanan kami akan berakhir.
Antara Solo dan Jogjakarta
Jogjakarta 15.4…..WIB
Kereta berhenti di Stasiun terakhir tujuan kami. Stasiun Tugu, wuah leganya…..
Kami dengan tenangnya berjalan satu demi satu keluar dari kereta,sambil mencari mushola terdekat. Namu kami memutuskan untuk memilih sholah di Masjid Syuhada saja. Sebelum kami melanjutan perjalanan menuju Syuhada, kami berlima "mojok" di dekat tempat parkir motor, Di sanalah kami berbagi harta gono-gini yang tersebar di dompet masing2 orang. Setelah semua beres, kami memilih jalan masing2
Rahmat dengan Trans Jogjanya
Selma dan Anggi dengan motornya menuju Syuhada
Bella dan QQ juga sama, memilih Syuhada untuk kembali memenuhi panggilanNya
Subhanallah…. sepenggal cerita diawal kepengurusan GC 9
Semoga ini adalah awal yang baik. Tak hanya ukhuwah yang bersimpul padu, namun kita semua mampu mengumpulkan serpihan2 kekuatan yang tercecer. Menyatukannya, memadukannya… menjadi sebuah harmoni yang indah. Selamat mengangkasa GC IX…………
Monday, January 25, 2010
Saturday, January 23, 2010
Friday, January 22, 2010
Thursday, January 21, 2010
kehilangkan menyenangkan
Tuesday, January 12, 2010
Monday, January 11, 2010
Saturday, January 9, 2010
Thursday, January 7, 2010
Tuesday, January 5, 2010
Sunday, January 3, 2010
Saturday, January 2, 2010
masa kecilku
Friday, January 1, 2010
ipersonic test ^^
Laid-back Doer
Laid-back Doers are friendly, happy persons. They enjoy being together with other people. Smart, eloquent, witty and charming, they like to be the centre of attraction. They do not like to be alone. Their zest for life ensures that others feel well in their company and that they quickly get to know people. Laid-back Doers get the best out of every moment - many people of this type have a gift for making their whole life one big party. Boredom is unknown in their presence because they are very good at carrying others away with their enthusiasm, their good mood and their optimism.
Abstract thinking and profound philosophising about the meaning of life appeal less to Laid-back Doers. They are pragmatic, realistic and live completely in the here and now. At work too, they prefer it when it’s all go and they can act out their purposeful manner to the full. They have no problem handling several tasks at once and they blossom out in crisis situations! A varied field of activity with a lot of social contacts is just the right thing for them. One will also seldom find them inactive in their spare time; due to their open, curious nature, they mostly have many hobbies and interests. They are not afraid of the unknown: as they are flexible and creative, they quickly adjust to new situations and make the best of them. They sometimes come into conflict with strict rules or hierarchies by which they quickly feel constrained and against which they rebel.
As friends, Laid-back Doers are generous, helpful persons who attach great importance to harmonious relationships and a good atmosphere. Their sociable manner means that they have a large circle of friends and they love having the house full of many different types of guests. They are happy to give in to their spontaneous moods and fancies in the just one or two important things. This makes them appear somewhat unpredictable to those with a quieter nature. When it really matters, you can rely on them one hundred percent. As partners, they are creative, impetuous and imaginative - as long as their partner knows how to fascinate them. They can hardly stand boredom or routine in a relationship. They do not like conflicts at all; if a relationship becomes too strenuous or involves too much effort, they tend to withdraw from the partnership and start to look for a new partner. However, if one manages to keep their curiosity alive in the long term and surprise them again and again, one has a loyal and loving partner.
Adjectives which describe your type: extroverted, practical, emotional, spontaneous, enthusiastic, friendly, playful, lively, talkative, nonchalant, tolerant, happy, pleasant, generous, flexible, wily, attractive, relationship-oriented, generous, adventurous, fun-loving, creative, helpful, action-loving, casual, sociable, open, sensitive, touchy, erratic, curious, noncommittal, action-loving