Kami diterima dengan baik oleh pengasuh di sana. Pengasuh menceritakan beberapa kondisi anak-anak yang tinggal di sana. Ada 28 anak dengan berbagai tingkatan ketunaan di sana. Tingkatan ketunaan ada tiga: mampu didik, mampu latih, dan mampu rawat. Keterangan selanjutnya bisa didapatkan di Eyang Google :D. 28 anak tadi diasuh oleh 8 pengasuuh. Jumlah yang sangat kurang ideal memang. (Kalo kata Bu Indati, jalan ke surga emang ga mudah..., kebanyakan Psikolog lebih milih kerja yang dapet duit banyak di area PIO, kalo Perkembangan sedikit peminatnya, tapi deket ke surga, hehe...)
28 anak dengan berbagai macam ketunaan. Ada yang hidrosefalus, ada yang gabungan tunadaksa-tunanetra-tunaru
Dan ketika kami dipersilakan berkeliling di sana, rasa haru terpaksa kami tahan kuat-kuat. Rasa syukur yang saya yakin membuncah di dalam dada kami masing-masing.
Ketika di depan kami ada anak berusia 2 tahun, dengan fisik yang masih seperti bayi, serta berkepala sangat besar sehingga otaknya tertekan dan menjadi tipis, membuatnya tidak bisa merespon apa-apa, sehingga makan-minum pun melalui selang, apa yang anda rasakan?
Ketika di depan kami ada perempuan berusia 18 tahun dengan usia mental 4 tahun 8 bulan, berwajah Mongoloid dan berkepala datar. Seorang anak laki-laki, tampan wajahnya, berkulit putih bersih, tapi hanya bisa berbaring tanpa daya karena tunadaksa, tunanetra, tunarungu dan tunawicara, serta mikrosefali. Bagaimana perasaan anda?
Dan masih banyak keadaan anak-anak di sana. Sungguh, jika bukan karena kuasa Allah....
Maka nikmat Tuhan-Mu manakah yang kamu dustakan?
Satu kata yang terngiang: SYUKUR.
Kita di sini masih bisa bergerak, melihat, mendengar, berbicara, beraktivitas, berpikir tentang ini itu, berusaha mewujudkan mimpi, dan banyak lagi. Mereka di sana, hanya bisa tergolek lemah dengan bantuan selang, dengan obat-obat yang mengontrol tubuh mereka. Maka bersyukurlah teman... alhamdulillah... :)
No comments:
Post a Comment