Cerita tentang Handphone

Sekarang ini ibaratnya ga ada handphone bisa mati gaya kali ya...? Semua orang punya hape...
Nah, di sini saya mau cerita tentang hape saya. Yang ibaratnya sudah kayak sobat kentel saya deh... (aduh.. apa saya mulai ketergantungan sama hape ya??).

Hape saya, si Hengpon, sebuah hape mungil nan cukup lengkap. I think I can do anything using Hengpon. Sony Ericsson K530i tapi yang Black... Dibelikan bapak pada tanggal 10 November 2008, tapi saya baru make dia tanggal 15 November 2008 (lha baru balik dari Jogja je...)

Saya merasa terpenuhi dengan Hengpon. Di samping fungsi utamanya yaitu telepon (iyalah, kan handPHONE), dia bisa ngenet dengan cepet (3G gituh... tapi depends on operatornya juga sih!), bisa jadi modem juga, tinggal dicolokin ke kompy. Kalo kesepian tinggal onlen YM atau MXit atau smsan dengan kawan, atau hanya sekedar membuka fesbuk, multiply, plurk, dan fs. Si Hengpon juga bisa berubah fungsi jadi music player.. Radio juga. Dia bisa jadi digicam yang lumayan oke buat memahami kenarsisan saya. Jadi organizer saya, pengingat janji-janji atau tugas yang kudu saya selesein. Atau sekedar menjadi alarm untuk membangunkan saya.

Nah ini nih... Karena saya merasa si Hengpon 'ngerti' saya banget, saya jadi susah lepas dari dia... Dari bangun tidur ampe mau tidur lagi, pasti dia berada gak jauh-jauh dari saya. Sampe-sampe jari jempol kanan saya protes... Nah, saya ga mau terus-terusan kayak gini. Pengen sih sekali-sekali dia kutinggalkan di Solo. Njajali, seminggu aja ga pake hape, akan seperti apa jadinya.... Tapi takut juga. Hummm...

Hujan Kali Ini

Malam ini, selepas isya, hujan turun membasahi bumi Solo dan sekitarnya...
Termasuk Karanganyar..
Yang menarik, hujan kali ini tidak seperti biasa.
Kalo yang biasa, hujan disertai petir...
Tapi kali ini, justru petirlah yang disertai hujan...
Hujan gerimis dengan kilat dan petir lebih mendominasi.
Selama hampir satu jam, langit seolah menjelma menjadi lampu disko.
Ya, lampu disko...
langitnya keclap-keclap karena kilat, suara petir menyambar-nyambar.
Ngeri, sekaligus takjub, terpana, ga bisa mengalihkan pandangan ke lain objek...
langitnya kedip-kedip ungu-hitem-ungu-hitem gitu...
entahlah apa yang ingin disampaikan langit pada kita.. *loh...?*

I just can say Subhanallah...

Malam Ini

Hikss....

Entah kenapa, malam ini merasa jenuh sekali... 

Tugas-tugas kuliah mengantri untuk diselesaikan, tentunya dengan tenggat waktu masing-masing.

Seminar nasional GC seminggu lagi tapi publikasi belom fiks, poster belom naik cetak.

Kadang terbersit pikiran jahat: gimana kalo aku hilang ingatan??

Tapi aku sadar kalo hilang ingatan tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan menambah masalah. Lagipula dengan hilang ingatan, tugas-tugas itu tak akan hilang begitu saja bukan....

Yeah..., jadi teringat kata2 seseorang: 

Masalah, akan membuat kita menjadi lebih dewasa. Hidup ini penuh dengan masalah, tergantung bagaimana kita menyikapinya. 

-------------------------------------------------------------------------------------

*ditulis di tengah-tengah kejenuhan menerjemahkan buku Experimental Psychology..

How Can I Not Love You

cannot touch, cannot hold, cannot be together 
cannot love, cannot kiss, cannot have each other 
must be strong and we must let go 
cannot say what our hearts must know 

chorus: 
how can i not love you 
what do i tell my heart 
when do i not want you 
here in my arms 
how does one waltz away 
from all of the memories 
how do i not miss you 
when you're gone 

cannot dream, cannot share, sweet and tender moments 
cannot feel, how we feel, must pretend it's over 
must be brave and we must go on 
must not say what we've known all alone 

back to chorus

----------------------------------------------------------------------------

sedang suka banget dengan lagu ini.. dalem, hoho!

udah liat filmnya juga, Anna and The King. 

hmmm... lumayan juga.

Steamboat... ^^

Long weekend kali ini Ifa sekeluarga pergi ke Solo Grand Mall Lantai 3 buat makan Steamboat. Enak, lumayan terjangkau pula. Seporsi untuk 2 orang, Rp 20.000,00.

TELAGA HATI

Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya.

Pak tua bijak hanya mendengarkan dgn seksama, lalu Ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan;

"Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya ", ujar pak tua. "Pahit, pahit sekali ", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping

Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yg tenang itu. Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya.

"Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah." Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya,

"Bagaimana rasanya ?"

"Segar", sahut si pemuda.

"Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya pak tua

"Tidak, " sahut pemuda itu

Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata:

"Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yg kamu dapat lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu".

Pak tua itu lalu kembali menasehatkan:

"Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu, dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian. Karena Hidup adalah sebuah pilihan, mampukah kita jalani kehidupan dengan baik sampai ajal kita menjelang? Belajar bersabar menerima kenyataan adalah yang terbaik"

***

Berbahaya, jika kita merasa tahu segalanya. (Jack Kuehler, mantan vice chairman IBM)


Seseorang yang mengendalikan orang lain mungkin saja sepertinya berkuasa, tetapi seseorang yang mengendalikan dirinya sendiri jelas lebih berkuasa. (Lao Tze)

***

dapet dari notes facebook kakak kelasku SMA, Mas Catur.

Kangen Main In Line Skate

Haduhh... kangen nih main in line skate...! Sudah lamaaa banget saya nggak main. Terakhir kali main mungkin pas saya masih tinggal di Surabaya. Dulu biasanya setiap minggu pagi saya dan tetangga-tetangga saya bareng-bareng ke Unesa atau ke Telkom main in line skate, trus kalo udah capek beli batagor. Hehehe...

Asal mula saya suka main adalah ketika saya kelas 2 SD, saya punya tetangga namanya Febi. Si Febi ini punya kakak namanya Reza. Nah, suatu hari Reza ulang tahun, dikado in line skate sama ortunya. Karena saya sering main sama mereka, saya sering dipinjemin in line skate deh sama mereka... Hehe, in line skate satu dipake main 3 anak. Dulu itu kok ya nggak berantem ya... Gantian main di kantor Telkom tiap Minggu. Tapi dalam hati saya pengen punya sendiri sih... juga minta-minta bapak ibu biar dibeliin. Hehehehe....

Tak lama kemudian, karena saya terus-terusan minta, ibu saya gak tahan dan pulang kantor bawa in line skate... Eitt... jangan salah... Itu in line skate lungsuran dari anaknya doktternya ibuk yang udah bosen. Ukurannya 40! Padahal pas itu saya masih kelas 2 (kebayang ga gimana gedenya in line skate itu pas saya pake... wong sampe sekarang aja ukuran sepatu saya cuma nyampe 37 kok...!) Tapi wong ya namanya anak kecil, saya sueeeneeengg banget punya in line skate tadi. kegedeannya saya akali dengan mengunci betis kuat-kuat bir gak gampang lepas. Setelah itu tambah lancarlah jalan permainan saya dengan Febi dan Reza.

Oiya, saking cintanya dengan in line skate tadi, sampe-sampe pas saya liburan kenaikan kelas ke rumah simbah di Gemolong, Sragen, in line skatenya saya bawa.. Di Gemolong saya juga menularkan demam in line skate tadi sama sodara-sodara saya. Bahkan dibela-belain jam 6 pagi saya dan Mas Nanang dibonceng buneyasmin naik motor buat main in line skate di Manahan. Saya dan Mas Nanang juga punya tempat favorit main in line skate di Gemolong. Kami juga menamai tempat-tempat favorit kami tadi. Diantaranya Tegel Abang (etalase toko di terminal angkot Gemolong yang lantainya dikeramik merah), UJA (Ukir Jepara Asli, teras depannya ukir jeparanya simbah), Lapangan Tenis Kawedanan, Dambah (dapurnya Simbah, lha dapurnya simbah luas sekali je.. kami suka juga main di situ. Hehehe....).

Setelah sekian lama memakai in line skate kegedean tadi, akhirnya saya dibelikan in line skate sendiri sama bapak, sekitar kelas 3 SD gitu deh... Lengkap dengan pelindung lutut, siku, dan telapak tangannya. Huah... saya sueenennggg buanget! Saya juga ngefans sama Olga (itu lho, tokoh bikinannya Hilman dan Boim yang suka main in line skate juga) dan berkhayal seandainya saya ke sekolah boleh pake sepatu roda, toh sama-sama sepatunya, cuma ounya saya ada rodanya.. Hehehe! Akhirnya in line skate baru inilah yang menemani saya sampai saya SMP. Sayangnya in line skate ini mulai agak gak enak dipake setelah tenggelam kebanjiran... (rumah saya di Surabaya dulu sering banget kebanjiran sampe selutut atau sepaha, jadi kayak kolam butek), dan entah ke mana rimbanya ketika saya pindahan dari Surabaya ke Solo.